AVENGEMENT - 19

7.3K 687 65
                                    


"Lo tuh udah gila ya?! Kalau sayatannya sampe kena arteri, lo bisa mati tau nggak, Jerome?!"

Hemma mencak-mencak menahan dongkol sembari mengobati pergelangan tangan Jerome yang masih sedikit mengucurkan darah dengan sangat telaten. Khansa duduk disebelahnya masih berkutat dengan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya dalam pelukan Tiara, sedangkan Eric berdiri di belakang Hemma dengan raut panik dan memelas. Sesungguhnya dia sama sekali tidak menyangka jika Jerome akan nekat melakukan hal yang berbahaya seperti itu, sudah cukup dia melihat sepupu dari istrinya itu nyaris depresi saat kuliah di Jerman dulu, jangan sampai alkohol serta obat penenang menjadi penangkalnya lagi.

Namun di luar dugaan, Jerome justru malah tertawa. Tawa yang begitu geli dan sorotnya berubah lebih santai daripada biasanya. Tidak ada tanda-tanda menyesal yang tergambar di wajah tampannya dan itu membuat orang-orang di sekitarnya semakin meradang.

"Malah ketawa lagi lo!" Hemma menoyor dahi Jerome keki.

"Gue udah nggak tau lagi cara menghadapi nyokap dengan baik dan benar, Hem," kekeh Jerome menahan geli. "Lo sendiri tau kan nyokap gue tuh kayak gimana? Dia itu tipe orang yang bakalan ngerti kalau di hajar nya pake tindakan, bukan kata-kata."

Hemma terdiam, begitu pula dengan Eric. Pasangan suami istri itu saling pandang lalu kemudian sama-sama menunduk. Tiara menghela nafas sembari tangannya sibuk mengusap-usap bahu Khansa yang tangisannya sudah mulai mereda. Perempuan itu menatap ke arah pergelangan tangan Jerome yang sudah dilapis perban dengan sorot hampa.

"Tapi ngelukain fisik sendiri juga bukan tindakan yang bagus, Jerromy." tegur Tiara membuat Jerome menoleh ke arah sang kakak dan juga Khansa yang masih diam seribu bahasa. "Kamu nggak liat Khansa sampe shock kayak gini? Lain kali kalau mau bertindak itu dipikir dulu matang-matang, jangan ikutin emosi aja."

Jerome meraih tangan Khansa, berniat untuk menggenggamnya, tapi Khansa justru malah menepisnya kuat-kuat. Perempuan itu bahkan menolak untuk menatapnya.

"Kei," panggil Jerome lembut, masih berusaha untuk menggapai tangan sang istri.

"Kak, aku mau cuci muka dulu ya," Khansa menoleh ke arah Tiara dengan senyum tipis lalu kemudian menatap Hemma dan Eric yang masih terdiam. "Nanti gue balik lagi, maaf ya gue jadi ngerusak suasana."

"Ih bukan salah lo tau! emang dari awal suasananya udah nggak enak kok." balas Hemma diiringi dengan anggukkan sungguh-sungguh dari Eric.

Khansa menepuk bahu Hemma 2 kali lalu kemudian melesat masuk ke dalam kamarnya tanpa menghiraukan panggilan Jerome. Tiara menghela nafas seraya menatap Jerome lurus-lurus. Walaupun tindakan Jerome tadi itu sangat nekat dan impulsif, Tiara juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan adiknya itu. Pada dasarnya Jerome adalah anak yang sangat baik dan penurut, selama lebih dari 20 tahun bersaudara dan hidup berdampingan dengannya tak pernah sekalipun Tiara melihat Jerome bertindak di luar nalar seperti tadi. Kenekatannya itu seolah seperti menunjukkan bahwa ada amarah dan juga emosi yang telah terpendam selama bertahun-tahun di dalam hati sang adik.

"Kakak nggak membenarkan tindakan nekat kamu tadi," kata Tiara tegas membuat Jerome langsung menundukan kepalanya. Jika ada satu orang yang bisa meredam emosinya selain Khansa sekaligus mampu membuatnya takut, maka Tiara lah orangnya. "Tapi kakak juga nggak bisa menyalahkan kamu karena ucapan mama emang udah keterlaluan banget."

Jerome tidak menjawab. Ada sedikit rasa bersalah yang perlahan terbit di hatinya namun disaat yang bersamaan dia juga merasa lega karena sang kakak tidak langsung menghakiminya.

"Maaf kak..." lirih Jerome.

"Minta maaf nya ke Khansa, bukan ke kakak." Tiara berdecak seraya menjitak pelan kepala Jerome gemas sekaligus khawatir. "Dia yang paling kaget sama tindakan nekat kamu itu. Kakak nggak yakin dia mau keluar kamar sebelum kamu minta maaf sama dia."

AVENGEMENT ( ✔ )Where stories live. Discover now