10

744 123 20
                                    

"Hoi (Y/n)! Bangunlah dasar sialan!"

"Ha? Nanaba? Kenapa tanganmu berlumuran darah? Kau mau mencoba bunuh diri?"

"Bangun dulu anjrit. Lihatlah telapak tanganmu!"

"Kunaon sih-- HEE?!"

(Y/n) yang nyawanya baru sampe tenggorokan terkejut bukan main melihat goresan luka memanjang yang mengalirkan darah dengan deras di telapak tangannya.

"Jangan berteriak! Nanti yang lain bangun!" peringat Nanaba saat dirinya melihat Sasha disebelahnya yang menggeliat. (Y/n) mengangguk.

(Y/n) beralih melihat telapak tangan Nanaba yang juga berlumuran darah. "Kau juga berdarah?"

"Tidak. Ini karena darah mu yang menetes netes sampai ke lantai."

"Haish padahal aku ingin tidur dengan damai tenang tentram dan aman karena dari semalam tatakae. Yasudah kita bersihkan saja darah ini."

"Kau duluan sana. Aku mau mengepel."

"Hm."

(Y/n) berjalan gontai menuju kamar mandi, nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. Setelah sampai, ia langsung membasuh tangannya dengan air bersih.

'Itu baru sedikit, kalau kau berani berulah lagi lukamu akan memanjang sampai memotong urat nadi mu~'

NYUTT

"DARE?!"
(Dare=siapa)

Ia reflek memegangi kepalanya dengan tangannya yang berdarah, membuat surai abu abu nya ikut terkena noda darah dari tangannya. Sambil mencari-cari sumber suara.

'Ah sialan suara aneh itu lagi'

"(Y/n)! Apakah kau sudah selesai?!" dari luar terdengar Nanaba menggedor-gedor pintu kamar mandi.

"Belomm! Ganggu banget buset. Kalau mau tidur duluan ya sudah sana!"

"Tidak. Aku akan menunggumu disini. Buka saja pintunya hoi."

"Baiklah baiklah terserah kau saja dasar pisang impor." (Y/n) mengentikan aktivitas cuci tangannya sejenak untuk membuka pintu, lalu melanjutkan membasuh tangannya.

Henning. Hanya terdengar suara dari kran air di kamar mandi.

"Apa kepalamu terluka juga?" Nanaba membuka suara. Melihat rambut (Y/n) yang juga ternodai oleh darah.

"Tidak. Tadi.. Eum.. ada kecoak! Ada kecoak yang hinggap di kepalaku jadi aku reflek."

"Oh begitu."

Henning lagi.

Lynne: Paan sih lo thor manggil² doi gue
Author: Dih terserah gue mang lo sapa

"Mendokuse... Darah ini tidak ada habisnya." gumaman (Y/n) terdengar samar-samar di telinga Nanaba. Tapi dia tetep cuek sambil sesekali mengacak rambut pirangnya. Nyawanya baru setengah.

"Hoi pisang impor, tolong ambilkan perban." suruh (Y/n) diangguki malas oleh Nanaba. Tidak lama kemudian Nanaba kembali membawa segulung perban.

"Tanganmu masih berlumuran darah loh, yakin mau diperban?"

"Daripada diguyur aer mulu berhenti kagak nambah banyak iya."

Nanaba membantu (Y/n) menggulung tangannya dengan perban, namun darahnya tetap saja tembus sampai perbannya berganti warna menjadi merah.

"Kuso, kenapa malah bertambah."

"Sebenarnya kau ini kenapa sih? Tiba-tiba tanganmu seperti tersayat lalu darahnya mengalir deras." tanya Nanaba heran.

Another Siblings || SnK x ReadersWhere stories live. Discover now