“Maksudku kita sudah sedekat ini, kau tidak ada masalah jika kita tak memiliki status apa pun?”

Sebenarnya ini menjadi ucapan paling sensitif untuk Hyunsuk dengar. Menurut Hyunsuk tak apa sedekat apa pun dengan seseorang. Tapi, jika orang itu mengharap hal lain, Hyunsuk lebih baik undur diri.

Wait wait wait.” Hyunsuk menjauh dan berdiri. Ucapan Sungjin membuatnya sedikit bingung.

Gadis itu tersentak tapi malah tersenyum, berpikir bahwa Hyunsuk sedang mengajaknya bercanda. “Apa aku perlu menjelaskan perkataanku? Ayolah Hyunsuk ... Kau tak selugu itu karena hidup di Kota.”

“Tidak ... Aku perlu memastikan.”

Sungjin bangkit, kini keduanya berdiri saling berhadapan. “Kau bahkan sudah main ke kamarku, kapan giliranmu mengajakku main di kamarmu?”

Mendengar hal itu mulut Hyunsuk sedikit terbuka. Namun beberapa detik selanjutnya tawanya menyambar keras. “Jadi, apa karna aku masuk ke kamarmu ini makannya kau berkata demikian?”

“Tidak. Lebih dari itu!”

“ ... Kita satu frekuensi, tujuan kita sama. Aku bisa mewujudkan mimpimu dan, kau juga bisa mewujudkan mimpiku,” jelas Sungjin.

“Satu frekuensi?! Kupikir dalam sebuah kelompok pun harus memiliki pemikiran yang sama. Jika seperti itu apa diharuskan memiliki ikatan lebih?”

Sungjin menggaruk pelipisnya samar. “Tidak juga ... Tapi aku sudah banyak membantumu, dan aku menyukaimu karena ... Kau baik, kau menolongku saat kakakku bersikap kasar, kau membantuku tenang dan memelukku saat itu. “ Gadis berlesung pipit itu melangkah mendekat.

“... Kau membuatku merasa nyaman, Hyunsuk.”

Meski tak henti-hentinya mengumpati diri sendiri, tapi Hyunsuk berusaha tenang agar tak merusak keadaan. Pemuda itu menyeret mundur kursi yang menghalanginya lalu menggenggam kedua bahu Sungjin.

“Seo Sungjin, maaf. Tapi aku tak mengerti kenapa kau beranggapan seperti itu. Aku akan melakukan hal yang sama meski orang itu bukan dirimu, karena sejatinya tak ada perempuan yang pantas diperlakukan kasar.”

“Itu artinya?” Sungjin memotong seakan menuntut.

“Sekali lagi aku minta maaf .... “ Hyunsuk melepas kedua tangannya. “Formulir itu belum kuselesaikan. Aku pikir ... aku harus mempertimbangkannya kembali,” ujarnya sebelum berbalik.

Tepat di langkahnya yang pertama, tangan Sungjin menyahut dan menahan jari kelingking Hyunsuk. “Kau menolakku karena Heejin, ‘kan? Perempuan tidak tahu diri itu terus mengejarmu dan membuatmu seperti ini, ‘kan?!!”

Shut up!” Hyunsuk menoleh teramat cepat.

“Siapa yang kau bilang tidak tahu diri? Selain itu bukan Heejin yang mengejarku, jadi tolong jangan asal bicara saat kau tidak mengerti situasinya.” Hyunsuk bisa melihat mata Sungjin berubah nanar.

Gadis itu menatapnya segan. “Sekarang bagaimana denganku? Aku menyukaimu dan kau mengabaikanku?”

“Aku harus pulang. Permisi .... “

“Yak Hyunsuk!”

“Berhenti melangkah atau kau akan menyesal.”

“Choi Hyunsuk!!”

****

Pikiran Hyunsuk runyam, sulit, pelik, penuh menjadi satu. Laki-laki itu menghela napas. Setelah bersikap seperti itu pada Sunjin, ia tahu debutnya pasti gagal. Bahkan bukan gagal lagi, ia tak akan diterima di perusahaan itu.

My Day || Hyunsuk x Heejin [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now