PART II

102 46 109
                                        

Mereka hidup di Negara X, dipimpin oleh seorang raja yang amat besar, tangguh, kejam dan tidak pernah main-main dengan ancaman kepada menterinya jika mereka lalai dalam bekerja. Raja tersebut bernama Zionik, dimana para menterinya bertugas mengunjungi setiap rumah di Negara X untuk menyuruh setiap penduduk menekan tombol "kill", yaitu tombol berwarna hitam dengan hasil akhir hidup atau mati.

Sebelum Zionik, Negara X dikuasai oleh ayah kandungnya. Pada saat Ayah Zionik memimpin, Negara ini memiliki perkembangan kemajuan yang sangat pesat. Dan ayah Zionik tidak pernah memberlakukan hari menekan tombol aneh itu. Namun ayahnya meninggal dunia, sehingga kekuasaan berada di tangan Zionik hingga saat ini. Beberapa tahun memimpin Negara X, akhirnya Zionik memberlakukan hari tekan tombol itu. Beberapa penduduk tidak setuju, mereka ingin protes namun tidak memiliki kekuasaan, dan beberapa penduduk yang lain menyutujui hari itu karena mereka yakin tidak akan mendapatkan tanda merah. Dan Zionik merasa tak acuh tentang hal itu, dengan sistem pemerintahan otoriter sehingga mau tidak mau, penduduk harus menjalankan hari yang mengerikan itu.

Hari tombol kill itu berlangsung setiap tujuh tahun sekali. Mereka akan mendapatkan hasilnya setelah menekan tombol tersebut, dan hasilnya akan terdapat di pundak mereka. Jika setelah menekan tombol kemudian mendapatkan tanda kecil berwana biru di pundaknya, maka mereka bisa tetap kembali hidup. Sungguh mengenaskan jika mereka mendapatkan tanda merah di pundak mereka, warna tersebut menunjukkan kematian dan jiwa mereka akan lenyap dalam waktu 1 bulan setelah menekan tombol tersebut.

Jika penduduk di Negara X tidak mau, mereka dianggap melanggar aturan bahkan diancam dengan cara dibunuh. Penduduk selalu bertanya kenapa hari itu diselenggarakan. Para menteri itu selalu menyebutkan bahwa tindakan itu dilakukan untuk mengurangi jumlah populasi penduduk di Negara X, dimana setiap tahunnya jumlah populasi penduduk di Negara X selalu meningkat yang mengakibatkan terjadinya kehancuran, sehingga hari itu harus tetap diselenggarakan dalam waktu sekali tujuh tahun. Alasan yang tidak masuk akal menurut penduduk di Negara X.

***

Hari aneh itu telah tiba. Semua penduduk yang bekerja, sekolah atau melakukan aktivitas diluar, diliburkan pada hari ini. Keluh resah penduduk sangat terasa pada hari ini. Respon penduduk masih tidak menerima, ingin berusaha melarikan diri namun tidak akan mungkin. Sebagian penduduk hanya pasrah sambil berdoa agar mereka mendapatkan tanda biru di pundaknya. Keluarga Hana juga tidak bisa memilih, tidak ada jalan lain.

Menteri utama Raja Zionik yaitu Markes, dimana bertindak untuk menyuruh anggotanya untuk mengunjungi setiap perumahan. Setelan jas hitam, celana dan dasi hitam membuat penampilannya begitu suram. Jangan salah, bahwa Markes dan pasukannya juga harus menekan tombol itu setelah penduduk melakukan kegiatan menekan tombol kill tersebut. Markes masih setia dengan Raja Zionik karena jika bekerja dengannya, Markes akan mendapatkan gaji yang sangat besar. Tidak ada pilihan lain selain harus bekerja dengan Raja Zionik. Penampilan suram Markes membuat bawahannya selalu tertunduk dengan setiap perintah yang diberikan.

***

"Hanaa, Hanaa, bukain pintunya doong," teriak Vanya memanggil Hana di depan pintu rumah.

Hana mendengar suara dan langsung membuka pintu, "Vanya, ada apa? Bukannya kata orang tua kita, kita ga boleh keluar dari rumah?"

"Itu, aku mau nanyain sesuatu. Kenapa semua orang di rumahku kayaknya ketakutan gitu ya? Katanya akan ada yang datang ke rumah kita. Emang siapa orangnya?" Tanya sahabat Hana dan juga sekaligus tetangga dekatnya. Vanya merasa sedih dan juga ketakutan terhadap apa yang terjadi dengan keluarganya.

Kemudian tangan mungil Hana meraba pipi Vanya, "Kamu jangan sedih juga, nanti keluargamu juga ikutan sedih" Hana memeluk Vanya, "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi tapi semoga semua baik-baik saja."

Setelah memeluk Vanya, Hana melihat lima lelaki tinggi, memakai jas hitam berhenti di teras depan rumahnya. Mereka menatap Hana dan Vanya tajam. Vanya yang pada awalnya tenang setelah dipeluk Hana, kembali menjadi takut melihat pasukan jas hitam tersebut. Pemimpin dari kelompok itu langsung menghampiri Hana dan Vanya.

Lelaki tinggi tersebut mengeluarkan alat pendeteksi dan alat itu diarahkan pada Vanya,
"Rumahmu bukan disini kan?" Tegas lelaki dewasa berkulit putih hidung mancung itu. Lelaki itu tampak marah dan membuat Vanya menangis ketakutan.

"Paman jangan marahin temen saya dong. Tuh nangis kan temen saya," kata Hana tak kalah menaikkan nada suaranya.

Teriakan Hana membuat Ayah dan Ibunya menghampiri Hana di depan pintu, "Hana, ada a.."
Pertanyaan Ayah terhenti melihat Markes dan anggota Markes berdiri di ambang pintu.

Tanpa berbasa-basi, Markes dan diikuti pasukannya masuk ke dalam rumah Hana, sedangkan Vanya lari ketakutan dan kembali ke rumahnya. Hana masih tidak mengerti apa tujuan lima lelaki jas hitam ini datang ke rumahnya. Tetapi semakin lama suasananya terasa kelam, tidak hangat, Hana mulai merasakan takut pada dirinya. Pimpinan pasukan itu, Markes, menyuruh bawahannya mengeluarkan tombol "kill" tersebut. Alat tersebut seperti tombol bel dan keseluruhannya berwarna hitam. Ketiga anggota Markes menghampiri Ayah, Ibu dan Hana.

"Tekan sekarang!" perintah Markes dengan paksa.

Ayah dan Ibu tampak pasrah menekan tombol hitam legam itu, dan secara bergantian menekan benda berwarna hitam itu, sedangkan Hana masih tidak mengerti apa maksudnya, namun melihat anggota Markes yang menyeramkan, Hana terpaksa menekan tombol tersebut.

Seperti arus yang bergerak begitu cepat, hingga hasilnya akan tampak pada pundak mereka. Kemudian seperti orang yang tidak bertanggung jawab, Markes dan empat anggotanya yang lain pergi meninggalkan Ayah, Ibu dan Hana. Saat mereka berjalan, Hana melihat sekilas bahwa Markes sempat melihat Ibu dengan tatapan sejuta emosi. Dan Markes kembali memalingkan wajahnya kemudian pergi meninggalkan keluarga Federick, masih banyak kunjungan yang harus mereka datangi.

Ayah dan Ibu langsung menghampiri Hana setelah lima orang berjas itu pergi. Mereka langsung melihat pundak Hana, sangat bergetar hati mereka ketika melihat tanda yang didapatkan Hana, dan hasil yang didapatkan Hana adalah tanda kecil berwarna biru. Ayah dan Ibu tampak bahagia sekali.

Kemudian Ibu melihat pundak Ayah, juga menunjukkan tanda kecil berwarna biru. Kemudian ayah akan melihat hasil yang akan di dapatkan oleh ibu. Namun, Ibu menolak jika ayah melihatnya di hadapan Hana, kemudian mereka menyuruh Hana bermain di ruang bermain milik Hana. Hana menuruti orang tuanya dan tertinggal Federick dan istrinya di ruang tamu.

"Aku sungguh minta maaf, tidak menyangka akan seperti ini" Elena menangis dibalik punggung Federick.





------

Haiiii😁😁....

Author seneng banget niih kalo kalian komen di bagian yg kalian sukaa,

stay tuneee!!!! :D

The Kill SwitchWhere stories live. Discover now