Dia adalah Hana Federick. Tepat pada hari ini Hana berulang tahun dan dengan suka cita Ibu dan Ayahnya mengadakan pesta di rumahnya. Tepat pada bulan Desember ini, Hana sudah berumur 10 tahun. Hana dengan rambut sebahu sedikit ikal, wajah yang ramah dan lembut begitu senang dan tampak tidak sabar dengan keceriaan yang akan menyambut dirinya hari ini. Ayah dan Ibunya mengundang teman sebaya Hana. Anak tunggal Federick itu juga menunggu kedatangan Vanya Agatha, sahabatnya untuk datang ke rumah Hana nan begitu megah.
Pesta berlangsung sangat meriah. Hana meniup lilin diatas kue ulang tahun. Semua antusias dan bertepuk tangan setelah Hana meniup lilin di atas kue.
Pesta sudah usai, teman-teman Hana pulang dan tentunya masing-masing membawa kue yang sudah dipotong-potong oleh ibunya. Hana juga membantu sang Ibu membagikan potongan kue kepada teman-temannya yang hadir di pesta ulang tahun dirinya.
"Hari ini sangat menyenangkan!" kata Hana dalam hatinya.
Teman-teman Hana sudah pergi, mereka tidak kalah ceria dengan pesta yang telah berlangsung.
"Hana, selamat ulang tahun!" kata sahabatnya, Vanya. Kemudian Vanya memeluk Hana sambil memberikan kado kecil untuk Hana. Anak semata wayang Federick itu sangat senang menerima kado dari sahabatnya. Walaupun bungkusan kado dari Vanya tidak begitu rapi, namun ini terasa sangat spesial dan tidak sabar untuk segera membuka kadonya.
Bungkusan kado itu sangat mudah dibuka, sepertinya Vanya tidak menempel kertas kadonya dengan benar. Vanya saat itu juga enggan saat orang tuanya turun tangan membantu Vanya membungkus kado itu. Vanya harus menyelesaikannya sendiri agar terlihat begitu spesial dan terlihat sangat niat mengerjakannya sendiri.
Kado itu berisi mainan kunci es krim. Mainan kunci itu cukup kecil namun terlihat nyata, seperti es krim sungguhan. Hampir saja Hana berkeinginan untuk memakan mainan kunci itu. Hana sangat menyukai es krim dan sangat senang dengan kado kecil dari Vanya. Selain itu, di dalam kado itu juga terdapat selembar kertas berisikan tulisan dari Vanya. Sebelum Hana membaca tulisan itu, Vanya sudah kabur dan bergegas keluar dari rumah Hana. Isi tulisan itu adalah,
"Hana, buku matematika kamu sebenarnya tidak hilang, aku mengambilnya untuk melihat tugasmu, jangan marah, besok aku kembalikan."
Hana sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, namun pada saat melihat mainan kunci itu, Hana sudah melupakan kesalahan yang sudah dibuat Vanya barusan.
Pesta sudah usai, Elena-Ibu Hana menyuruh Hana untuk berganti gaun kecilnya dan menyuruh Hana beristirahat. Saat Hana beristirahat, ia mendengar air di tempat wastafel berbunyi, begitu jelas pendengarannya. Kemudian Hana pergi ke dapur, dan melihat ibunya mencuci piring dan gelas yang sudah kotor sehabis acara pesta barusan. Hana tanpa berpikir panjang langsung menolong sang Ibu. Hana dengan sifatnya yang manja, juga ingin menolong Ibunya. Rumah mewah Hana tanpa ada asisten rumah tangga di rumahnya, tentang ini Elena lebih menyukai pekerjaan Ibu rumah tangga serta mengurus suami dan anaknya, Hana. Dia akan memanggil jasa bersih-bersih jika dalam keadaan yang darurat saja, seperti jika sang ibu jatuh sakit atau terkadang tidak sanggup membersihkan rumah yang begitu besar.
"Ibu, Hana bantu saja ya, biar ga capek."
"Tidak apa-apa sayang, biar ibu saja. Lagian hampir selesai kok."
"Ini masih banyak Bu."
Kebohongan seorang Ibu yang sangat jelas, membuat tangan Hana terasa gatal untuk segera menolong Ibunya.
"Yasudah, Hana bantuin tarok ini ke rak disana ya."
Pekerjaan mencuci piring saja juga membuat Hana sangat senang, jika bersama ibunya walau dengan kegiatan apapun, semua begitu terasa menyenangkan.
Setelah mencuci piring, Ibu mengajak Hana pergi kembali ke ruang tamu.
Pada saat menuju ke ruang tamu, mereka mendengar suara sirene yang begitu keras, memekakkan telinga, Hana langsung teriak ketakutan dan memeluk Ibunya.
"Ibu, tadi itu apa?" Tanya Hana penasaran.
"Sepertinya itu dari rumah pemerintah," kata Sang Ibu kepada Hana.
"Bukannya jika ada sirene menandakan ada yang meninggal ya Bu?"
Elena tidak merespon Hana, walau Elena sebenarnya tahu apa yang akan terjadi. Ibu Hana itu hanya bisa mengalihkan pembicaraan, tidak ingin membahas tentang hal itu.
Saat di ruang tamu, Hana dan Elena sudah melihat Federick yang sedang duduk sambil memegang sebuah kado berwarna merah muda, warna kesukaan Hana.
"Sayang, ini kado dari ayah dan ibu. Semoga kamu suka ya!" kata sang ibu kepada Hana.
Hana sangat antusias dan langsung membuka kado tersebut, dan isinya adalah sepasang sepatu berwarna biru. Hana sangat senang namun Hana bertanya kenapa Ayah dan Ibu memberikan sepatu berwarna biru, bukan warna merah muda saja yang menjadi warna kesukaannya.
"Ayah, Ibu, pasti sepatu yang warna pink tidak ada di tokonya ya, karena itu aku dapat yang berwarna biru?" Tanya Hana ingin tahu.
"Hmm, sebenarnya tidak juga Hana, warna biru menunjukkan kehidupan, warna yang sangat diharapkan di Negara X ini" ucap sang Ayah menjelaskan.
"Hah, maksudnya Yah?" tanya Hana masih ingin tahu.
Ayah dan Ibunya bungkam, seolah-olah tidak ingin Hana tahu tentang hari esok.
Karena hari esok adalah hari yang menakutkan.
Hari esok, adalah hari dimana jiwa dipermainkan.
*****
Hallooo semuaaa..
Aku akan upload 2x seminggu yaa, setiap sabtu dan minggu, jangan lupa follow dan stay tune!!!
YOU ARE READING
The Kill Switch
Mystery / ThrillerHana Federick, tinggal di Negara X, setiap harinya Hana melakukan masa-masa bahagia bersama Ayah dan Ibunya. Namun senyum itu berubah menjadi suram ketika lima orang dengan pakaian jas hitam mengunjungi rumahnya dan memaksa mereka menekan tombol "ki...
