11

31 8 0
                                    

"Iya, sebenarnya emang 'itu' datang ke kelas kita. Nggak mungkin kan Yeseo sama Sein yang acak-acak kelas?"

Haruto mengangguk-angguk mendengarkan segala penuturan J tentang keadaan kelas mereka kemarin. Kalau kata J, gadis itu tahu siapa yang datang.

"Kakak kelas yang meninggal waktu itu. Dia yang datang."

"Beneran?"

"Haru--"

"Ya?"

"Enggak, aku mau nyebut nama yang datang. Kak Haruno. Abe Haruno."

**

"Dor!!!"

Mako sedikit tersentak ketika Yuri mengagetkannya.

"Kenapa?"

"Kamu yang kenapa? Bengong mulu, awas kesambet!!!"

Sumin yang duduk di sebelah Mako mengangguk setuju. "Dari tadi bengong terus ngeliatin sumur tua. Ada apa sih?"

Mako menghela nafas. "Enggak ada apa-apa kok. Cuma--"

"Apa?"

"Ah, enggak..."

Yuri jadi ikutan melirik ke arah sumur tua. Entah kenapa Yuri jadi sedikit merinding. Hawanya jadi seram.

"Udah, ayo habisin makanan kalian. Habis ini gurunya kan rada killer," seru Sumin yang tak menyadari kalau guru yang dia maksud berdiri di belakangnya.

"Ehem..."

Sumin langsung pura-pura menghabiskan makanannya.

**

"Park Jeongwoo dan Suzuno Miihi, tolong bantu bawakan buku-buku paket ini ke ruangan guru, ya? Langsung taruh di atas meja saya," seru Pak Wooyoung.

Jeongwoo dan Miihi mengangguk, kemudian melaksanakan perintah guru mereka itu.

Ketika melewati koridor kelas 11, mereka bertemu dengan Isa dan Nayoung. Air muka Jeongwoo sedikit berubah, tapi dengan cepat Jeongwoo menormalkannya kembali. Pemuda itu malah tersenyum ke arah Isa, yang sedikit membuat Isa kaget.

"Udah terbiasa sama Kak Chaeyoung?" tanya Miihi tiba-tiba.

"Eum,,, masih belum 100% sih, tapi aku harus berusaha. Sama-sama Lee Chaeyoung, tapi dia orang yang berbeda dengan yang ada di masa lalu. Lagipula aku nggak mau dihukum Kak Yeji lagi," jawab Jeongwoo.

"Baguslah. Aku akan membantumu. Gapapa kalau masih ada trauma, tapi kamu harus berusaha berdamai dengan itu."

"Iya, aku ngerti kok. Tapi please jangan diaduin lagi ke Kak Yeji, ya? Ngeri banget dah hukumannya."

Miihi tertawa kecil. "Iya deh..."

Sementara itu, Isa yang tadi masih terheran-heran, disadarkan oleh Nayoung.

"Itu adik kelas yang pernah ada masalah sama kamu bukan?" tanya Nayoung.

Isa mengangguk pelan. "Aneh, biasanya kalo dia gak keliatan takut gitu, dia pasti kayak marah gitu deh. Kayak ada dendam."

"Mungkin dia dah nyadar kali kamu bukan orang yang bikin dia trauma?"

"Mungkin aja kali ya? Yah,,, aku harap begitu. Selain aku juga takut 'diserang' mulu sama dia, aku kasian liat dia. Pasti berat banget deh masa lalunya."

"Tenang aja, kalo dia berulah lagi, dia harus menghadapi seorang Kim Nayoung!!!"

Isa memandangi Nayoung dari ujung kepala sampai ujung kaki, kemudian tertawa kecil.

"Kok malah ketawa? Harusnya seneng dong ada yang mau ngebelain?"

"Hahaha... Nggak gitu... Cuma, yakin kamu bisa ngadepin Jeongwoo? Kamu kan mini?"

"Eum,,, iya sih... Yaudah nanti ajak Sangah juga deh!!!"

"Hahaha... Udahlah, nggak usah pikirin itu. Tugas Pak Donghae udah selesai?"

"Udah dong..."

"Tumben rajin?"

"Hei, aku nggak semalas itu ya!!! Aku bisa rajin juga, tau!!!"

"Iya deh iya..."

**

Seperti biasa, Kang Yeseo akan menjadi siswi yang terakhir keluar dari kelasnya, bersama Kim Sein. Setelah mengecek seluruh penjuru kelas, termasuk lemari yang kemarin roboh, Yeseo langsung mengunci pintu kelas.

Baru selangkah Yeseo dan Sein meninggalkan kelas, terdengar sedikit suara gaduh dari dalam kelas. Karena kedua anak itu penakut, tanpa ba-bi-bu, mereka langsung kabur.

Ternyata, dari dalam lemari kelas, seekor tikus besar keluar. Secara misterius, tikus itu tiba-tiba kejang-kejang lalu mati.


#####

Mafia In The SchoolWhere stories live. Discover now