10

24 10 0
                                    

Jeongwoo berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya dengan bibir sedikit manyun. Kemarin dia diomeli Miihi gara-gara mencederai Isa. Terus ternyata Miihi cepu ke Yeji, yang membuat 'penjaga' Jeongwoo itu juga memarahinya. Tapi Yeji pengertian, membelikan Jeongwoo seblak kesukaannya setelah memarahinya.

Ketika Jeongwoo masuk ke dalam kelas, suasana kelas sedang ramai. Beberapa murid perempuan terlihat asyik berghibah.

"Eh masa di kelas sebelah tuh ada kejadian mistis," ucap Jian.

"Iya ih. Aku dikasih tau sama si Yeeun, eh maksudnya si J, kalo kelasnya tuh berantakan banget tadi pagi. Lemari jatuh, beberapa barang berserakan. Padahal kemarin jendela udah dikunci, pintu juga udah dikunci. Yang bawa kuncinya kan Yeseo. Yeseo tadi yang pertama datang bareng Sein," sahut Bahiyyih sambil memakan kripik kentangnya.

"Kok bisa, ya? Sekolah kita ada hantunya?"

"Kalo kata Rima, ada tuh?"

"Waduh, kok serem ya?"

Hanya itu yang Jeongwoo dengar. Anak itu langsung pergi menuju kelas sebelah.

Jeongwoo bisa melihat para siswa kelas itu merapikan semua barang yang berserakan. Jeongwoo juga bisa melihat Haruto ikut membantu. Ketika Jeongwoo berniat menawarkan bantuan, pandangannya beradu dengan J. Karena merasa tak enak hati, Jeongwoo memilih pergi.

"Nanti aja deh tanya Haruto."

**

Ketika bel jam istirahat berbunyi, Jeongwoo langsung melesat ke kantin. Tanpa Miihi, karena gadis itu ada panggilan dari guru. Jeongwoo agak malas ke kantin bersama Baekseung.

Setiba di kantin, Jeongwoo melihat Haruto yang duduk sendirian dengan semangkuk bakso terhidang di hadapannya. Jeongwoo langsung berjalan menuju meja Haruto.

"Hoi, sendirian aja?" seru Jeongwoo sambil mencomot keripik milik Haruto.

Haruto mendelik melihat keripiknya diembat Jeongwoo, tapi dijawabnya juga pertanyaan Jeongwoo. "Rima tadi dipanggil Kak Yeojin ke ruang Rohis. Si Yewang tauk deh ke mana tadi. Eh, nggak usah ngambil keripik lagi!"

"Yaelah To, keripik doang pelit amat!"

"Beli sendiri sana woi!"

"Dih, pelit. Iya ini aku mau beli sendiri."

Jeongwoo bangkit untuk memesan bakso. Tak lama, dia kembali dengan semangkuk bakso di tangan.

"Eh To, aku mau tanya deh soal kelasmu. Beneran kelasmu berantakan banget pas pintu dibuka?"

Haruto mengangguk. "Iya. Tau Yeseo sama Sein, kan? Mereka yang pertama masuk kelas. Ya secara kucinya dipegang Yeseo, trus Sein kan tetangga Yeseo. Pas mereka buka pintu, kelas tuh berantakan banget!"

"Mereka selalu datang lebih awal?"

"Iya. Kalo Yeseo nggak masuk, kunci dititipin ke Sein. Mereka juga yang selalu pulang paling akhir soalnya ya itu tanggunh jawab mereka. Emang di kelasmu siapa deh yang kayak gitu?"

"Bahiyyih, kalo nggak salah. Cadangannya si Baekseung kalo Bahiyyih nggak masuk."

"Hmm... Agak heran ya sekolah ini nerapin sistem kayak gitu. Di sekolah lama nggak ada kayak gituan kan ya?"

"Hooh. Pulang sama datang tuh terserah, gak dikunci segala macam dah."

"Tapi seru sih. Ngebayangin yang dipasrahin megang kunci tuh bangun kesiangan."

"Tapi kalo Bahiyyih kayaknya nggak mungkin. Rumahnya deket tuh. Kalopun kesiangan, biasanya diambil sama Baekseung. Baekseung sering nelpon Bahiyyih dulu buat mastiin."

"Eh, Bahiyyih punya kakak kan, ya? Kok nggak sekolah di sini?"

"Oh, iya. Kak Hueningkai. Katanya dia milih sekolah di SMA Kubus kalo nggak salah. Tauk deh kenapa."

"Eh kok kita jadi ghibahin Bahiyyih sih?"

"Lah, iya juga."

Kedua anak itu tertawa.

"Oke deh, kayaknya kita harus fokus. Gini To, aku tuh penasaran kok bisa kelasmu digituin."

"Nah, itu dia, Woo. Kalo kata Rima sih ada yang 'ganggu' gitu."

"Gimana? Nggak paham, nih."

"Maksudnya, diganggu makhluk halus gitu lho... Kan Rima bisa ngeliat gituan."

"Oalah, sama kayak Miihi. Trus Rima tau dong siapa orang- eh makhluk halus nya?"

"Katanya sih Rima kenal orangnya. Tapi gatau dah, Rima gak nyebut siapa namanya, gitu."

Bel masuk berbunyi. Haruto dan Jeongwoo pun masuk ke kelas masing-masing.

**

"Rima!!"

Rima yang sedang duduk-duduk di halte menunggu jemputan, menoleh ke arah sumber suara.

Oh, ternyata Haruto. Anak itu nangkring di atas motornya sambil cengengesan.

"Nunggu jemputan, ya?"

Rima mengangguk pelan.

"Bareng aku aja."

"Tapi bukannya arah rumah kita nggak searah, ya?"

Haruto gelagapan. "Oh, eh, iya. Anu, nanti aku mau sekalian mampir ke suatu tempat gitu."

Rima tertawa kecil. Dia tahu tujuan Haruto sebenarnya.

"Yaudah iya deh aku bareng kamu."

Haruto bersorak dalam hati. Niatnya tadi dia mau mengajak ngobrol Rima di perjalanan.

Tapi--

"Eh Rim, kelas kita tuh beneran 'diganggu' ya?"

Sunyi.

"Rim?"

"Hah? Apa To?"

"Kelas kita beneran ada yang 'ganggu' gak sih?"

"Apa sih? Gak denger."

"Kelas kita ada yang 'ganggu' tuh beneran apa enggak?"

"Oh iya tadi ada tugas kan dari Pak Wooyoung. Kalo kamu bingung, nanti tanya aku aja gapapa."

"Bukan itu heh!!!"

"Oh tugas Pak Taec? Gaada kok. Pak Wooyoung doang yang ngasih tugas."

Gagal. Haruto menyerah.

Akhirnya sampai motor Haruto sampai di depan rumah Rima, Haruto batal menanyakan tentang 'pengganggu' kelas mereka.

"Makasih ya? Nanti aku pap tugasku ke kamu kalo nggak ngerti."

... Sudahlah... Nanti Haruto mau tanya Jang Yeeun saja.


#####

Mafia In The SchoolWhere stories live. Discover now