7

41 15 4
                                    

"Min, Ko, ayo ngantin! Laper banget nih!" seru Yuri sambil memegangi perutnya.

Mako langsung bangkit. "Ayo! Nanti baliknya mampir ke kelas 10-B ya? Mau ngambil albumku di Miihi."

Yuri mengangkat sebelah alisnya. "Album lagi? Heran, Kak Atsuko kok nggak marah?"

"Sebenarnya marah. Makanya nanti aku bilang itu dikasih sama Miihi. Dia juga kolektor soalnya."

"Cepuin ah..."

Mako langsung melotot. "Jangan ngadi-ngadi!"

Yuri tertawa.

Sumin yang baru selesai merapikan buku-bukunya juga ikut berdiri. "Kuy gas ngeeeeng!"

Soojin mengangkat tangannya. "Hei kalian, aku boleh ikut?"

Yuri menoleh. "Iya, ayo!"

Jadilah keempat gadis itu berjalan beriringan menuju kantin. Soojin berjalan di depan.

Ketika keluar dari kelas, Soojin tak sengaja menubruk salah 1 teman sekelas mereka.

"Aduh, maaf nggak sengaj-- oh, Wonjin?"

Wonjin langsung menolong Soojin. "Kamu nggak apa-apa?"

"I-iya, aku nggak apa-apa."

Soojin melirik ke arah Mako yang berdiri di belakangnya. Wonjin ikut-ikutan melirik. Yuri yang paham situasi langsung menyeret mereka semua untuk segera ke kantin.

Setiba di kantin, mereka langsung memesan makanan. Soojin terlihat agak canggung duduk berhadapan dengan Mako.

"Eum,,, Mako..."

Mako menoleh. "Ya, Jin? Ada apa?"

"Soal yang tadi, maaf..."

"Hah? Santai aja kali... Udah jadi mantan juga..."

"Tapi--"

Mako menghela nafas. "Aku tau kamu suka Wonjin, kok."

Sumin keselek batagor. Yuri langsung menyodorkan minuman.

Soojin jadi makin merasa tak enak. "Maaf..."

"Nggak apa-apa... Lagian tuh cowok juga rada ngeselin. Pacaran cuma buat memenuhi dare. Padahal aku beneran suka sama dia."

"Ko--"

"Jin, aku punya 1 permintaan deh. Aku nggak masalah kamu deket sama dia. Tapi kalo semisal Wonjin nembak kamu, jangan diterima dulu, ya? Please banget ini..."

Soojin mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Aku belum move on seratus persen soalnya..."

Air yang diminum Sumin muncrat ke muka Yuri. Giliran Soojin menyodorkan tisu untuk mengelap muka Yuri.

Yuri mau misuh, tapi dilihatnya banyak adik kelas. Dia mau jaga image.

Soojin tampak berpikir, sambil mengunyah siomay. Beberapa saat kemudian, gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Oke... Lagipula aku juga nggak yakin dia juga suka sama aku."

Mako tersenyum. "Makasih..."

Sumin terbatuk-batuk kecil. "Mako gitu-gitu udah punya mantan, ya? Soojin juga ada gebetan. Kita kapan ya, Yur?"

"Aku udah ada mantan, kok..." balas Yuri.

Lagi, Sumin keselek batagor.

"Kalo makan jangan sambil ngomong!" cibir Mako sambil menyodorkan air minum.

Sumin masih terbatuk-batuk. "Kaget aku... Seriusan, Yur?"

Yuri mengangguk pelan. "Iya. Mantanku anak SMA Asiansoul."

"Siapa namanya?"

"Itu,,, Jerome."

"Polin?"

Rasanya Yuri mau menampol Sumin.

"Bukan... Oh Sungmin alias Jerome. Tau Nako nggak sih? Nah, Jerome yang tetangga Nako itu."

"Oh kirain Jerome yang onoh. Duh, kalian udah pada ada mantan, aku gaada yang deketin malah."

"Ada kan? Si Beomgyu noh! Cocok tuh. Ketua sama wakil ketua kelas."

Sumin langsung bergidik ngeri. "Beomgyu? Ew ogah!"

"Kalian gelut mulu tiap hari, awas jadian!"

"Idih amit-amit! Lagian siapa sih yang dulu milih aku buat jadi wakilnya si Beomgyu?"

Yuri, Mako dan Soojin kompak mengangkat tangan mereka, yang artinya mereka dulu memilih Sumin untuk menjadi wakil ketua kelas.

Sumin langsung lemas. "Teman macam apa kalian?"

Soojin tertawa kecil. "Udah, terima takdir aja, Min... Oh ya, nanti kita pelajaran kimia, kan? Eum,,, kita nanti ke lab kan ya?"

Semua terdiam. Mengingat kembali mereka sudah lama tidak ke lab kimia. Semua kelas, sih. Sejak kejadian 'itu'. Kelas mereka adalah yang terakhir memakai lab kimia, dan sekarang kelas mereka juga yang pertama memakai lagi lab kimia. Kepala sekolah memutuskan mereka sudah boleh memakai tempat itu lagi setelah sekian lama.

Yuri menelan ludahnya kasar. "Nggak akan ada mayat lagi kan? Waktu itu Beomgyu yang buka pintu lab, dia yang nemu mayat Kak Haruno."

Soojin mengangkat tangannya. "Gimana kalo nanti aku aja yang buka pintunya? Aku kan sekretaris, masih pejabat inti kelas. Kurasa Beomgyu juga masih trauma."

"Ide bagus!"

**

Pelajaran kimia sudah selesai. Sesuai rencana, Soojin yang membuka pintu lab kimia. Dan memang tidak ada apa-apa selain peralatan lab.

Ketika semua murid keluar dari lab, giliran Beomgyu yang menutup pintu. Seperti dugaan Soojin, anak itu masih sedikit trauma. Tapi karena selama jam pelajaran tidak terjadi apa-apa, Beomgyu memberanikan diri menutup pintu lab.

Ketika pintu hampir tertutup, samar-samar Beomgyu mencium bau parfum aroma melati. Seingat Beomgyu, tidak ada teman-teman sekelasnya yang memakai parfum itu. Iseng, Beomgyu mengintip sedikit ke dalam lab.

Ups, baunya semakin menyengat.

Beomgyu langsung teringat ke kejadian di masa lalu, saat dia menemukan mayat Abe Haruno. Bau parfum yang biasa dipakai gadis itu adalah aroma melati. Bahkan waktu mayat ditemukan juga masih bisa sedikit tercium aroma parfumnya.

Beomgyu jadi merinding.

Jaehyuk yang belum jauh meninggalkan lab, melihat Beomgyu masih berdiri di tempatnya. Segera dia menghampiri Beomgyu.

"Gyu? Ada apa?"

Beomgyu yang setengah melamun jadi tersentak.

"O-oh, bukan apa-apa, Jae."

Jaehyuk yang memiliki keahlian 'khusus', juga bisa mencium aroma parfum itu.

"Gyu, ini bau parfum kayak yang waktu itu kamu bilang, kan? Parfum Kak Haru?"

Beomgyu mengangguk pelan. Jaehyuk mengintip ke dalam lab.

"Kak Haru kembali, Gyu..."


#####

Mafia In The SchoolWhere stories live. Discover now