11 - Kenapa Nggak Coba?

Start from the beginning
                                    

Teman-temannya yang lain lebih memilih tak banyak bicara saat seorang Abi Prayoga sedang kacau begini. "Lo bisa lacak 'kan, Ky?"

Rizky, cowok rambut cepak itu sontak menatap Abi yang duduk disebrang sana. Dia meneguk ludahnya susah payah melihat sorot mata teman seperjuangannya.

"B-bisa, masih bisa kalau nyokap lo nggak matiin ponselnya."

Abi menegakan punggungnya. Menatap Rizky dengan harap yang sudah tak seberapa. "Tapi udah lima hari ini ibu nggak bisa dihubungin, Ky. Apa masih bisa?"

"Duh...,"

Dana, teman Abi yang lainnya mendelik. Menepuk paha Rizky cukup keras begitu satu kata itu lolos. Keselamatan mereka semua terancam.

"Tenang aja, Bi. Rizky udah jago masalah beginian." celetuk Dana dengan mata yang cukup memaksa untuk dipahami olehnya.

Abi tak bodoh. Dia tau mereka juga sama kesulitannya sekarang.

"Maaf ngerepotin kalian seharian ini."

"Gue---bakal urus semuanya sendiri. Maaf sekali lagi,"

Semua orang terdiam saat Abi bangkit. Menatap mereka bergantian dengan mata sayu. Tanpa mengucapkan sepatah kata lain dia pergi. Menjauh dari teman-temannya.

"Ah! Cupu lo, Ky!" seru Adit begitu punggung Abi menghilang dari pandangannya.

Rizky mendelik tak terima. "Gue bukan intel, goblok! Mana bisa lacak orang yang ponselnya udah nggak aktif hampir seminggu."

"Kalau masih di Indo gue bisa usahain. Lah ini Hongkong, njir!"

Tuhan merencanakan apa sebenarnya? Kenapa hidup begitu rumit? Bukannya dunia juga cuma sementara, apa akan begini selamanya?

Abi ingin sekali menyudahi kekacauan ini. Dia hanya ingin diberi kesempatan sekali lagi untuk membuat ibu dan adik perempuannya bahagia. Hanya itu, dia tidak akan minta yang lain.

"Abi takut, Bu." gumam laki-laki itu sembari menundukkan kepala. Dia gagal lagi. Semua usahanya sia-sia sekarang. Dua perempuan dalam hidupnya menderita, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Abi pengin pulang, ketemu Danum. Terus jemput ibu. Tapi kenapa malah kayak gini sekarang?"

Abi takut. Dia ingin ada bersama sang adik sekarang. Tapi Abi tak punya nyali untuk muncul dihadapan Senja. Dia mengacaukan semuanya, tanpa terkecuali.

Dia gagal berperan sebagai laki-laki yang seharusnya bisa diandalkan.

•••••

Gadis itu terbaring diatas ranjang dengan selang infus yang terpasang dipunggung tangannya. Dia dirumah sakit. Sendirian saat ini.

Senja menatap sekitar, lantas berdecak setelahnya, "Ketan bego!" bukannya sebelum pingsan dia sudah bilang kalau tidak mau diantar kesini? Kenapa Nathan itu senang sekali memaksa.

Dia melepaskan infus yang melekat dipunggung tangannya. Tidak ada pengalaman sebelumnya, jadi jelas Senja membuat luka disana.

Begitu tubuhnya berhasil berdiri giliran kepala gadis itu yang berputar tak karuan. Senja buru-buru menyandarkan tubuhnya ke ranjang. Dia berpikir sebentar, agak ragu ingin kabur sekarang. Senja takut kena marah orang orang. "Tapi---masa bodoh, lah."

Demi apapun, tubuhnya tak pernah terasa seburuk ini sebelumnya. Dengan pandangan mata yang kabur Senja berusaha sebisa mungkin agar tetap berjalan.

Tubuh gadis itu otomatis berbelok begitu dirinya nyaris berpapasan dengan seorang suster. "Kacau!" dia mendesis pelan saat langkahnya terpaksa berpindah rute lagi.

Danum SenjaWhere stories live. Discover now