Napas Drake mulai putus-putus, matanya berair banyak. Ia bahkan mengambil napas dari mulut untuk membantu memasukkan udara ke paru-parunya.

Drake menengadah, tubuhnya tersentak-sentak ketika melewati undakan tinggi-tinggi itu. Dia mengira jika ia hanya di bawa ke kastil lalu selesai. Tapi semua sama sekali tidak sesuai dengan angan. Harvey masih terus menyeretnya ke ruangan bawah penjara khusus tawanan Dewa Gerard. Drake di dorong masuk ke sana dengan kasar dan amat tidak manusiawi.

Pria itu tersungkur di tanah yang dipenuhi hewan-hewan seperti kecoak, kelabang, cacing, bahkan lintah. Tentu saja itu bukan sembarang hewan, melainkan makhluk penyuka darah. Setelah mengikat rantai di sebuah tiang kecil, Harvey melangkah keluar dari penjara. Gerard lantas masuk.

Mata sang penguasa dunia bawah itu menyala, terlihat sangat marah dan benci pada putranya sendiri. Gerard berjongkok, meraih dagu Drake dengan gerakan kasar. Drake terdongak kaku, lehernya yang sakit bertambah sakit karena di paksa mendongak sedangkan rantai masih melilit disana.

"Jadi ini kau yang sebenarnya?" Kata Gerard, menatap Drake amat tajam.

Drake menelan salivanya, ia sungguhan tidak tahu apa yang membuat Gerard semarah ini. "apa? Drake tidak tahu," balasnya lirih, suaranya serak. Pita suaranya seperti nyaris putus.

Gerard menghempaskan cengkraman tangannya di dagu Drake hingga kepala lelaki itu berpaling.

"Kau membebaskan Frederick untuk membalaskan dendammu juga, kan? Karena perempuanmu tidak menikahimu justru menikahi manusia biasa?" Mata Gerard melebar, menampakkan kengerian yang nyata.

Drake menggeleng lemah "aku tidak seperti itu. Father!"

"Jangan memanggilku father, sialan. Aku tidak memiliki anak sepertimu!!" Gerard berteriak murka, menampar sebelah pipi Drake hingga menimbulkan bekas dan rasa kebas yang menjalar sampai ke seluruh tubuh. Drake jatuh dengan posisi miring.

Gerard menarik kasar rantai yang terjulur membuat Drake terpaksa duduk walau raganya sangat sakit menuruti kemauan ayahnya ini.

"Sia-sia aku mengakuimu sebagai satu-satunya anak yang kumiliki." Kata Gerard penuh penekanan. 

Sang penguasa dunia bawah itu lantas berdiri, menarik sebilah besi panas dari pemanggang di sebelahnya. Ia melayangkan besi panas tadi ke punggung Drake, memukulkan dengan kekuatan penuh hingga tulang punggung putranya langsung patah detik itu juga, Drake menjerit keras.

Seketika Drake memuntahkan banyak darah dari mulutnya.

"Noooo!!!" Drake berseru di sela rintihannya menahan sakit luar biasa.

"Stoppp please stop. It's not me, father!!" Katanya dengan suara parau.

Gerard sepertinya gelap mata, ia sama sekali tidak mau mendengar penjelasan Drake perihal lepasnya jiwa Frederick. Ia bahkan enggan bertanya pada Drake apakah laporan yang diajukan Harvey benar atau tidak.

Intinya Gerard main hakim sendiri sebelum tahu kebenarannya, hanya mendengarkan opini sepihak. Lebih memilih jalan menyiksa putranya dari pada mendengar penjelasan dari si pemilik teritori.

Gerard benar-benar dibutakan oleh hasutan Harvey. Drake sampai heran bagaimana Harvey menghasut ayahnya sampai bisa sepercaya itu. Bahkan lebih percaya omongan orang lain yang belum tentu benar dari pada menunggu Drake menjelaskan sesuatu.

Masih belum puas melihat kondisi Drake, Gerard kembali melayangkan pukulan di kaki dan tangan Drake. Sepasang kaki jenjang itu sekarang patah, tulangnya remuk. Tangan Drake bahkan nyaris terputus karena terus-terusan menerima hantaman.

Anak itu menangis, untuk pertama kalinya dalam hidup. Drake menangis tanpa suara tapi air matanya tidak mau berhenti menetes. Menangis tanpa suara itu sangat menyakitkan, lebih sakit dari pada meraung keras.

MATE FROM THE DARK [END ✔️]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن