"Cepat makan dan minum obat mu." Lisa mencekal tangan Rosé yang hendak pergi.

Saat berhasil mendapatkan perhatian sang Kakak, Lisa menyengir lebar "Suapi aku."

"Arraseo, buka mulut mu!" Sesuap bubur itu masuk kedalam mulut Lisa dengan aman. Tapi saat Rosé siap melanjutkan suapannya Lisa menolak.

"Hambar!" Pekiknya menjauh.

"Aku mengurangi bumbu perasanya agar kau cepat sembuh. Cepat makan, jangan rewel!" Sepertinya Lisa tak bisa lagi menggunakan rayuan mautnya untuk menggoda Rosé.

Saat sedang menikmati suapan Kakaknya itu, Lisa dikejutkan dengan mangkuk bubur yang tiba-tiba saja terlepas dari tangan Rosé.

"Akh!" Lisa memekik saat cipratan bubur panas itu mengenai lengannya.

Tapi tidak dengan Rosé yang justru memejamkan matanya karena kepala dan telinganya yang mendadak terasa nyeri "Eomma, Rosé juga ingin di suapi."

"Uhm Chaeyoung!" Teriak Lisa menarik kembali kesadaran Kakak kembarnya.

"Astaga! Lisa sungguh maafkan aku. Aku tidak bermaksud melukai mu." Panik Rosé mulai menyeka cipratan bubur itu dari lengan Adiknya.

"Rosé kau—"

"Akan ku ambilkan ice bag, tunggu!" Lisa mengernyit menatap kepergian Rosé.

Kakaknya itu terlihat ketakutan dan panik, bahkan entah sadar atau tidak Rosé bahkan menangis sejak tadi.

****

Air itu dibiarkan mengalir, sedangkan Rosé justru hanyut dalam lamunannya. Mengabaikan tangannya yang memerah karena melepuh.

"Belakangan ini aku selalu mendapatkan ingatan asing saat melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Lisa."

"Nona, ini ice bag yang anda minta." Tegur seorang maid.

Rosé berbalik dan tersenyum kikuk
"Tolong berikan itu pada Lisa. Bersihkan juga tumpahan bubur di kamarnya, aku akan naik sebentar lagi."

Setelah pelayan itu lenyap di ambang dapur, Rosé beralih pada tangannya. Gadis itu sedikit mengerang, ia baru sadar jika bubur panas itu tumpah ke tangannya saat sudah berada di dapur.

"Ck, aku harus apa jika Lisa tahu bahwa semua ini terjadi karena kesalahan ku?" Gerutu Rosé menyisir rambutnya frustasi.

Putri ketiga Uhm itu menopang keningnya dengan tangan, membiarkan seluruh wajahnya tertutupi oleh rambut panjangnya yang menjuntai.

"Aku tak siap jika Lisa membenci ku." Rintihnya membatin.

Punggung kurusnya itu bergetar saat Rosé mulai menangis "Chaeyoung~ah..."

Rosé tak mengindahi panggilan Adiknya itu. Dirinya terlalu malu sekedar menatap wajah Adiknya "Kenapa menangis sendirian di sini?"

Rosé bisa merasakan tangan hangat Adik kembarnya itu menyentuh bahunya lembut "Hey, Rosé— lihat aku!"

Lisa menjulurkan tangannya meraih dagu Rosé yang terasa basah "Ini kecelakaan, kau tidak sengaja menumpahkan bubur itu dan mengenai ku. Berhenti menangis."

"Aku melukai mu." Balasnya masih enggan menatap Lisa.

Padahal dari apa yang Lisa lihat sekarang, dibandingkan dengan beberapa bercak merah di lengannya. Kulit tangan Rosé justru terlihat melepuh dan merah.

"Kemarilah." Bungsu Uhm itu melembut, ia tarik tubuh bergetar Rosé masuk dalam pelukannya. Bahunya itu perlahan mulai basah karena air mata Rosé.

"Kau tidak melukai ku. Aku tidak akan marah atau menjauhi mu lagi, aku janji."

FraternalWhere stories live. Discover now