25. She Knows

4.5K 834 103
                                    

Lisa meregangkan otot lehernya yang terasa kaku. Bell pulang telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, gadis itu tertahan karena Guru Kwon yang memerintahkannya untuk menyerahkan beberapa berkas ke ruang Guru.

Mungkin banyak orang yang kebingungan 'Bukankah Lisa anak dari pemilih Yayasan dan Sekolah? Lantas bagaimana bisa seorang Guru berani memerintahkannya?'

Peraturan itu berlaku pada semua Guru dan staff sekolah, terkecuali Guru Kwon yang berstatus sebagai teman Kijoon sekaligus Guru kepercayaan sang Ayah.

"Lisa-ssi letakkan saja di sana. Guru Kwon akan datang sebentar lagi." Ujar seorang Guru.

Gadis Uhm itu menurut dan segera bergegas pergi dari sana. Tapi niatnya terurung saat suara obrolan beberapa Guru mulai mengusik pendengarannya.

"Kalian tahu katanya Uhm Rosé membolos ujian Matematika hari ini, dia meninggalkan kelas begitu saja tanpa keterangan."

Seorang guru berdecak "Diakan anak Uhm Kijoon. Tentu saja nilainya akan tetap bagus walau—"

"Tidak seperti itu. Katanya, Kijoon sangatlah tegas jika menyangkut soal pendidikan anak-anaknya."

"Dia juga membolos jam pelajaran ku tadi." Sahut seorang guru lagi.

Lisa menoleh, pria yang Lisa ketahui sebagai Guru Jang itu nampak baru saja bergabung "Tapi aku tetap memasukkannya dalam absen. Jika Rosé ketahuan tidak hadir oleh Ayahnya— Ck, habis anak itu kena pukul."

Beberapa Guru itu nampak tersentak dengan wajah terkejut. Tidak membayangkan bahwa di balik nama baik seorang Uhm Kijoon, pria itu ternyata sering melakukan kekerasa terhadap anak perempuannya sendiri.

"Maka itu Guru Kwon sedang berusaha menirukan tulisan tangan Rosé. Ayahnya pasti akan marah besar jika tahu gadis itu memiliki nilai jelek apa lagi sampai membolos jam ujian."

Tangan Lisa terkepal. Guru Kwon memalsukan jawaban Rosé? Ternyata Kakak kembarnya itu benar-benar murid kesayangan semua Guru.

"Woah Chaeyoung~ah... aku tak menyangka kau akan seberuntung itu."

Lisa melirik sekilas pada beberapa Guru yang masih sibuk berdiskusi. Tangan kurusnya merogoh saku rok dan meraih benda pipih cangih yang selalu ia bawa kemana pun.

Panggilan itu terhubung dengan begitu cepat "Appa... ada yang harus ku beritahu pada mu."

****

Wanita dengan surai cokelat panjang itu terduduk di bibir kasur dengan sebuah album foto dipangkuannya.

Tangannya yang nampak mulai menua bertengger di atas sebuah foto; mengusapnya lembut dengan senyum terpatri pada bibirnya.

"Putri-putri Eomma rupanya sudah dewasa dan cantik." Gumamnya penuh sendu.

Lembar demi lembar foto itu telah ia lewati dengan derai air mata. Sampai pada di penghujung album foto itu, tangan putihnya tak lagi bisa bergerak.

Tangisnya yang semua hanya berupa tetes air mata kini menimbulkan isak yang terdengar menyayat hati "Putri-putri ku..."

Kepalanya tertunduk dengan isak tangis. Rongga dadanya itu terasa sesak setelah selama hampir 12 tahun berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk kembali membuka lembaran masa lalunya itu.

"Putri-putri kesayangan Eomma." Tukasnya mengusap foto di mana terdapat 4 bayi mungil yang terbaring bersamaan di atas sebuah ranjang.

"Eomma merindukan kalian sayang."

FraternalWhere stories live. Discover now