22. Rampage

4.4K 895 113
                                    

Ekspresi terkejut itu menghiasai wajah Jiah yang baru saja keluar dari dapur untuk mengetahui siapa orang yang bertamu pada malam hari seperti ini.

"Selamat malam, Ahjumma." Sapa Rosé membungkok sopan.

"Kami yang mengajak Rosé untuk makan malam. Eomma tidak keberatan kan?" Jisoo berujar membuyarkan lamunan Jiah.

Jiah memunculkan senyum manisnya, berusaha menutupi rasa gugup yang ia rasa "Selamat datang, Rosé. Pertama duduklah terlebih dahulu, Ahjumma masih mambutuhkan waktu untuk menyiapkan makan malamnya. Tidak masalah bukan?"

"Nde, Ahjumma. Maaf aku datang tiba-tiba." Seretan gigi putihnya itu ia perlihatkan pada Jiah yang juga ikut tersenyum.

"Jisoo, tolong bantu Eomma di dapur—"

"—Ahjumma, bolehkan aku juga membantu?" Tawar gadis Uhm itu merasa sedikit tidak enak.

"Tidak apa, Nak. Pergilah bersama Jennie dan tinggu makan malamnya dengan tenang. Ayo Jisoo."

Jiah menarik lengan putri sulungnya itu bergegas ke dapur, merasa suaranya tak akan dapat terdengar oleh Rosé, wanita Lee itu segera melemparkan tatapan menuntut pada Jisoo.

"Kenapa kau tidak bilang pada Eomma terlebih dahulu jika Rosé akan datang?!"

Jisoo yang masih merasa cukup geram dengan Ibunya itu memilih berlalu, meraih bahan-bahan makanan dan mulai menyiapkannya "Tak akan ada yang berbeda jika pun aku mengatakannya sejak awal pada Eomma."

"Setidaknya Eomma bisa menyiapkan makannya yang lebih layak—"

"— memangnya makanan seperti apa yang layak untuk Rosé? Dia juga manusia, sama seperti kita. Eomma sendiri yang mengatakannya pada kami bahwa Kasta tak mengubah status kemanusiaan seseorang."

Jisoo berbalik dengan kening mengerut "Dengan kata lain, Eomma baru saja berkata bahwa selama ini makanan yang kita makan tidaklah layak."

"Eomma semakin membuat ku curiga." Ujarnya membuat Jiah menegakkan kepala.

"Apa maksud mu Jisoo? Apa yang kau curigai dari Eomma, hm?" Sisi lembut Ibunya itu muncul.

Tapi Jisoo menepisnya pelan dan menjauh "Kenapa Rosé nampak begitu istimewa di mata Eomma? Sejak awal, Eomma selalu bertingkah untuk menjadi lebih baik di hadapannya. Kenapa?"

"Tidak seperti itu Jisoo. Kau tahu, Rosé itu adalah tamu, terlebih dia memiliki perbedaan Kasta yang jauh dengan kita—"

"— Jadi masalah ada di Kasta? Lalu bagaimana dengan Appa yang Eomma bilang merupakan orang kaya raya? Berarti Aku dan Jennie adalah anak dari pria kaya raya yang mungkin saja Kasta-nya sama dengan Rosé."

Keheningan itu menyelimuti mereka dalam beberapa saat. Jiah merasa jika lidahnya itu kelu.

"Aku tahu Eomma tak akan perbisa— Ani, atau mungkin tak pernah mau mengungkapkan siapa Ayah kami. Membiarkan kami hidup dalam cemooh orang-orang yang mengatakan kami hanyalah anak haram atau anak yang tak memiliki Ayah."

Jisoo membuang nafasnya samar, kembali memunggungi Jiah dengan air mata yang jatuh "Waktu makan malam sudah hampit tiba. Kita tidak boleh membiarkan seorang tamu menunggu bukan?"

Setelahnya, sepasang Ibu dan Anak itu terjebak dalam tajamnya atmosfer yang terasa mencekik mereka dalam kesunyian.

Di sisi lain, kedua gadis dengan 2 marga berbeda itu tengah melangkahkan tungkai mereka untuk mengelilingi rumah berlantai dua dengan keheningan yang melanda.

FraternalWhere stories live. Discover now