03. School

6.6K 1K 107
                                    

Restaurant yang semula ramai akan pengunjung itu mulai sepi seiring berjalannya waktu.

Jisoo dan Jennie baru saja menyelesaikan kegiatan bersih-bersihnya saat Jiah datang menghampiri mereka setelah menanggalkan masker diwajah ovalnya.

"Kenapa sejak tadi Eomma menggunakan masker? Padahal sebelum ini pun tak pernah." Gerutu Jennie pada Lee Jiah yang tersenyum.

"Eomma sedang merasa tak enak badan, bagaimana jika pengunjung tertular?"

Jennie hanya mengangguk pasrah tak mau banyak berdebat dengan Ibunya itu "Eomma kenal ahjumma tadi?"

Langkah Jiah terhenti saat suara putri sulungnya terdengar. Ia berbalik memasang senyum tipis di wajahnya "Eoh, teman lama."

Jisoo juga tak yakin dengan wanita yang tadi menghampiri sang Ibu. Karena Jisoo hanya dapat melihat punggung kurus wanita yang beberapa saat lalu menghampiri Jiah dan berbincang di luar.

"Teman lama? Lalu kenapa tak pernah menghubungi kita selama di Busan?" Jiah bungkam.

Ia memang sudah ditakdirkan sebagai wanita yang tak bisa berbohong. Sulit baginya untuk tidak berkata jujur, akan ada celah besar yang selalu dapat membuktikan bahwa dirinya tengah berbohong.

Seperti saat ini "Iya, kami... hm, sempat hilang kontak. Kami baru bertemu lagi tadi setelah sekian lama."

"Arraseo, Eomma istirahatlah. Aku dan Jennie yang akan menyelesaikan ini."

Jiah menghela nafasnya panjang, merasa lega karena putri sulungnya itu tak lagi bertanya "Kalian juga jangan terlalu kelelahan. Eomma menyayangi kalian."

****

Rosé meringis saat jemari panjang Lisa mulai menyentuh beberapa luka di punggung kurusnya dengan salep "Apa masih lama?"

"Apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit? Aku takut jika luka mu infeksi." Rosé menggeleng dan berbalik.

"Biarkan saja. Lagi pula tak sakit." Gadis berponi itu bergeser setelah membenahi pakaian Rosé.

"Kenapa kau harus melindungi ku? Tubuh mu itu kurus dan kecil." Protes Lisa dengan wajah gusar.

Rosé terkekeh "Sadar diri, tubuh mu lebih kurus. Lagi pula, luka di punggung mu juga belum sepenuhnya sembuh."

Melihat Lisa yang terdiam dengan wajah bersalah membuat Rosé tersenyum kecil
"Hey, jangan khawatir. Selagi kau punya aku, semuanya akan baik-baik saja."

Lisa mengangguk. Sejak kecil keduanya sudah berjanji untuk selalu bersama. Rosé bilang jika mereka adalah satu jiwa yang hidup dalam 2 tubuh.

Jadi tak akan bisa terpisahkah, jika berpisah salah satunya akan mati atau bahkan keduanya.

"Tidurlah, persiapkan diri mu untuk ujian akhir semester nanti. Aku tak mau kau menerima hukuman karena nilai mu jelek."

Tangan kurus Rosé terulur mengacak-acak surai milik Lisa yang mendongak dengan senyuman "Selamat malam orang bodoh."

"Malam kutu buku."

****

Hari berganti dengan cepat. Pagi ini, sepasang gadis kembar itu akan memulai awal yang baru, hidup baru dengan sekolah dan orang-orang baru.

"Jennie, jangan lupakan bekal mu! Jangan jauh-jauh dari Kakak mu mengerti?" Gadis bermata kucing itu memutar matanya malas.

Ayolah, ia gadis berumur 18 tahun yang duduk di kursi Senior High School tingkat akhir, haruskah ibunya itu terus mengingatkan hal seperti itu di usianya sekarang.
"Eomma~ aku sudah besar."

FraternalWhere stories live. Discover now