05. Club

5.3K 910 119
                                    

Batu yang keras dapat berlubang karena air yang tak pernah lelah menetesinya.
______________________________

Brak!

Lisa meringis saat dirinya beserta motor hitamnya itu masuk ke dalam semak-semak "Ahjumma! Seharusnya—"

"Maaf. Aku benar-benar minta maaf, aku yang tidak melihat saat menyebrang, maafkan aku."

Lisa membasahi bibirnya canggung. Melihat wanita yang hampir ia tabrak itu nampak menunduk dengan membenahi belanjaannya membuat Lisa merasa bersalah.

"A-apakah Ahjumma baik-baik saja?" Tanya Lisa membantu wanita dihadapannya itu.

"Nde, apa kau baik-baik saja?"

Deg~

Detak jantung dalam dadanya itu mendadak terasa berhenti. Lisa terpaku ditempatnya menatap wajah dari sosok dihadapannya itu "Nak, kau baik-baik saja?"

"Eomma?" Celetuk Lisa dengan wajah polos.

"Nde? Apa kepala mu terbentur?" Lisa menggeleng dengan mata mengerjap. Tangan gadis Uhm itu sesekali memukul keningnya.

"Stt, jangan lakukan itu. Nanti kau terluka." Ucapnya lembut menahan tangan Lisa.

"N-nde." Keduanya bergegas merapihkan beberapa bahan makanan yang sempat berserakan itu, setelah selesai Lisa segera menjauh.

"Nak, kaki mu terluka!" Serunya sedikit keras pada Lisa yang hendak menaiki motornya.

Gadis Uhm itu menunduk pada kaki kanannya yang mengeluarkan darah "Tidak apa."

Tangan wanita itu kembali menahannya "Ikutlah dengan ku, akan ku obati luka mu. Rumah ku sudah tidak jauh dari sini."

"Kalau begitu, Ahjumma naiklah. Akan aku antar sebagai permintaan maaf." Senyum manis itu terbit di wajah oval-nya membuat Lisa sekali lagi terpaku.

"Arraseo," sahutnya mulai menaiki motor kesayangan Lisa.

Padahal, dalam 5 tahun Lisa berkendara. Satu-satunya orang yang Lisa izinkan untuk mengisi kursi dibelakangnya hanyalah Rosé.

Tapi wanita asing ini justru dengan mudah menaiki motornya "Sudah sampai, ayo masuk."

Lisa menatap ragu rumah berlantai 2 yang menurut Lisa nampak begitu kecil dan kumuh "Ayo, kenapa melamun?"

Lisa mengulum bibirnya dengan mata yang menelit setiap sudut dari rumah kecil itu "Duduklah, Ahjumma akan mengambilkan air dan obat untuk mu."

Lisa menatap ragu sofa berwarna cokelat yang tertata menghadap pada televisi berukuran sedang. Dalam 17 tahun Lisa hidup, belum pernah sekali pun ia menginjakkan kakinya ditempat kumuh dan kecil seperti ini.

"Siapa nama mu, Nak? Kau nampak terlihat masih remaja." Tanyanya lembut menghampiri Lisa.

"Lisa. Aku murid kelas 2 Senior High School." Sahutnya pelan.

"Ah benarkan? Ahjumma juga memiliki 2 orang putri yang kini duduk di kursi kelas 3 Senior High School."

Lisa menunduk menatap tangan putih itu dengan telaten mulai membersihkan lukanya
"Nama Ahjumma Lee Jiah. Jika kau mau, panggil saja aku dengan sebutan Eomma. Seperti tadi."

"Kau sudah makan?" Tanya Jiah lagi membuat Lisa menggeleng.

Gadis Uhm itu mengernyit, kenapa ia menjadi begitu jujur pada orang yang bahkan baru ia kenal beberapa menit lalu "Ahjumma memiliki beberapa makanan, kemarin dan makanlah."

FraternalWhere stories live. Discover now