38. Worries

5.3K 872 99
                                    

Rosé berdecak setelah mendapat hasil berupa sejumlah angka dari termometer ditangannya "Suhu tubuh mu mencapai 39,2 Celcius, kita ke rumah sakit sekarang. Aku khawatir—"

"Hey, tidak perlu! Berikan saja aku obat penurun panas. Lagi pula kita masih harus sekolah besok." Sanggah Lisa tetap pada pendiriannya.

"Kenapa kau tiba-tiba bersemangat tentang sekolah? Biasanya kau selalu mencari alasan untuk telat atau bahkan membolos sekolah."

Lisa menggaruk kepalanya yang tak gatal
"I-itukan dulu."

"Jika kau sudah tahu besok harus sekolah, kenapa kau pulang dengan keadaan basah terguyur hujan? Kenapa kau pergi dengan motor bukannya mobil?!"

"Sudah terjadi juga Rosé! Kenapa kau harus memarahi ku." Protes Lisa mengalihkan pandangannya.

"Siapa yang marah? Aku hanya bertanya pada mu!"

'"Lihat! Nada bicara mu tinggi seperti itu, jika bukan marah namanya apa?" sahut Lisa tak mau kalah.

Gadis bersurai blonde itu berkaca pinggang "Ini namanya khawatir Uhm Lisa! Kau pulang dengan keadaan basah kuyup dan demam seperti ini, apa kau pikir aku tidak akan khawatir?"

Melihat Kakak kembarnya yang nampak tak akan mau kalah dan berhenti mengomel, Lisa pun mulai mengeluarkan keahliannya
"Awh kepala ku pusing."

"Kepala mu sakit?" nada bicaranya melembut dan terdengar khawatir.

"Oh, rasanya sakit setelah kau terus memarahi ku." Raut wajah Rosé berubah jengkel. Gadis itu meraih sebuah bantal dan melemparkannya pada Lisa.

"Awh, Sakit!" pekiknya pada Rosé.

Menyadari jika Kakak kembarnya itu kesal, Lisa kembali mengeluarkan rayuan andalannya "Chaeyoung~ah sakit..."

Bungsu Uhm itu bersorak dalam hati saat mendengar tarikkan nafas pasrah dari Rosé "Maka itu ayo ke rumah sakit."

"Tidak mau. Aku hanya demam." Tolak Lisa entah untuk yang keberapa kalinya.

"Tadi kau bilang pusing." Koreksi Rosé membuat Lisa bergelayut manja padanya.

"Eoh, aku juga pusing karena kau memarahi ku."

"Siapa yang memarahi mu---" kalimat Rosé tertahan saat jari telunjuk Adiknya itu teracung didepan wajahnya.

"Lihat! Nada bicara mu meninggi, itu namanya marah. Jika ingin aku cepat sembuh berhenti mengomel."

Jika sudah begini gadis bersurai blonde itu hanya bisa pasrah "Senyum Uhm Chaeyoung!"

"Sudahlah---"

"Jika kau tidak mau tersenyum berarti kau masih marah pada ku." tukasnya membuat Rosé mau tidak mau mengembangkan senyumnya.

Lisa tersenyum puas setelah mengerjai Kakak kembarnya itu "Aku lapar."

"Arraseo, akan ku suruh maid untuk---"

"Aku ingin makan masakkan mu!" sergah Lisa membuat Rosé mengeram menahan kesal.

Terkadang gadis bersurai blonde merasa kewalahan menghadapai sikap manja luar biasa Adik kembarnya "Aku yang memasaknya tadi, hanya saja aku menyuruh maid untuk menghangatkannya saat kau mandi."

"Benar kau yang memasak---" kata-kata Lisa terputus setelah melihat wajah Rosé yang nampak begitu gelap dan menyeramkan.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" Seru Rosé menyahuti ketukan pintu.

Seorang pelayan dengan seragam itu datang menggiring sebuah nampan berisi bubur dan beberapa botol obat-obatan.

FraternalWhere stories live. Discover now