Lima

2.1K 279 2
                                    

"Satu hal yang harus kau ingat saat membunuh adalah

Jangan pernah ragu!"

[Name] termenung saat memainkan ponselnya. Semua kalimat yang dia dengar di masa lalu selalu saja terngiang di kepalanya. Setelah kejadian "waktu itu", sifatnya berubah. Ia menjadi lebih dingin dan tertutup.

Sebenarnya Boboiboy sendiri heran dengan perubahan sikap adiknya itu. Tapi ia hanya mengira [Name] masih canggung karena sudah lama tidak bertemu.

[Name] keluar dari kamar dan menuruni tangga. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara 2 orang yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu.

"Kau ini keras kepala sekali, sih?"

"Sudah kubilang jangan marah padaku. Marahi Laksamana sana kalau kau berani!"

[Name] mengintip. Ia melihat Boboiboy yang menghela napasnya.

"Memang harus sekali, ya?" tanya Boboiboy. Fang mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu apa - apa. Laksamana sebenarnya ingin bicara langsung padamu. Makanya sebelum kau didamprat, aku mau membantumu mempermudah semua ini. Tapi sepertinya memang sulit, ya?"

"Sekarang kau bicara seolah aku yang keras kepala." Fang tersenyum miring. "Kenyataan, kan?"

"Landak laknat."

[Name] sedikit terkejut mendengarnya. Selama ini dia mengira kakaknya adalah orang baik - baik yang selalu bertutur kata sopan. Tapi sepertinya virus - virus alien sudah mencemari kepolosan kakaknya itu.

[Name] pun memutuskan untuk menuruni tangga dan menampakkan dirinya. Fang yang melihat itu langsung mengode Boboiboy agar tidak melanjutkan pembicaraan mereka.

"[Name]? Kok belum tidur?" tanya Boboiboy lembut. Walaupum sebenarnya ia khawatir adiknya itu mendengar percakapannya dengan Fang tadi, tapi ia menyembunyikannya.

[Name] memberi isyarat kalau dia mau ke toilet. Boboiboy mengangguk dan matanya tetap tertuju pada [Name] sampai dia benar - benar menutup pintu kamar mandi.

"Hufft. Dia tidak dengar apa - apa kan?" Fang menggeleng. "Kuharap tidak. Sebenarnya dia tahu pun tidak masalah. Bukannya bagus kalau dia memutuskannya sendiri?"

"Kau gila!? Kalau dia setuju, bagaimana!?" Nada Boboiboy meninggi. "Memang itu yang kami harapkan."

"Lebih baik kau pergi sebelum kujadikan rendang di sini!"

Fang mengangkat kedua tangannya. "Oke, oke. Aku pergi."

♡♡♡

"Oh, kebetulan kau ada di sini, [Name]."

[Name] menoleh dan menundukkan kepalanya sedikit tanda memberi salam.

Ciciko mengajaknya untuk ke gazebo yang tidak jauh dari kedai. Di sana, sudah ada Laksamana Tarung yang menunggu mereka.

[Name] memberi salam lagi. Ya, dia memang anak baik.

"Ada hal yang perlu kami bicarakan denganmu. Langsung ke intinya saja. Kami ingin kau bergabung dengan TAPOPS. Tentu, kau tidak akan langsung menjadi anggota resmi. Kau hanya akan menjadi anggota percobaan karena kami sangat membutuhkan bantuanmu di bagian sistem. Kecerdasanmu dalam komputer akan sangat mempermudah pekerjaan kami," jelas Ciciko.

"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Pikirkanlah jawabanmu dengan baik. Kami akan beri waktu 3 hari. Kau boleh menolaknya kalau kau berpikir ini terlalu berbahaya. Tentu, setuju atau tidaknya dirimu tidak akan berpengaruh pada posisi Boboiboy di TAPOPS. Kau mengerti? Kalau mau dijawab sekarang, kami akan sangat berterima kasih," tambah Laksamana Tarung.

[Name] berpikir sejenak. Memikirkan jawaban sekaligus memikirkan cara memberitahu mereka apa jawabannya. [Name] pun mengambil ponselnya dan menekan beberapa tombol. Ia mengetik sesuatu di sana. Saat ingin menunjukkan layar ponselnya, tiba - tiba sebuah suara mengejutkan mereka.

"Aku menolak! Tidak akan kuizinkan adikku bergabung!"

♡♡♡

Manusia Biasa Menjadi Pelindung Galaxy [END]Where stories live. Discover now