Empat

2.2K 300 8
                                    

"Tidak boleh!" tolak Boboiboy tegas. Atau bahkan bisa dibilang membentak.

Buset langsung ditolak, batin Fang.

"Memangnya kenapa?" tanya Fang lagi.

"Kau masih tanya kenapa? Kau tahu, kan dia itu cuma manusia biasa. Dia juga sedang sakit. Kau mau membunuhnya secara perlahan, apa!?"

"Eh santai, dong. Jangan marah padaku. Aku, kan cuma menyampaikan pesan." Fang meneguk ludahnya. Kalau sudah berhubungan dengan [Name] atau kakeknya dia pasti langsung emosi.

Sebenarnya kalau Boboiboy emosi begini yang dia takutkan hanya satu.

Kekuatan Halilintar atau Blaze akan keluar dan menyerangnya. Dan Fang sama sekali tidak ada persiapan melawannya.

"Aduh, kakek sudah kembali. Aku pergi dulu. Pokoknya tidak akan kuizinkan adikku terlibat dalam bahaya."

Boboiboy pun segera berlari kembali ke kedai dan meninggalkan Fang di bawah pohon tempat mereka bicara. Fang menghela napasnya.

Kok jadi aku yang kena amuk sih? batinnya tidak terima.

Ia masuk ke dalam pesawat dan berniat melaporkan jawaban Boboiboy.

"Oh, kau sudah kembali. Bagaimana hasilnya?" Fang menggeleng. "Sudah kuduga, dia tidak akan mengizinkannya dengan mudah. Huft, sayang sekali. Padahal kita butuh kemampuannya itu. Coba kau lihat ini. [Name] bukan hanya memperbaiki sistem yang terkunci. Dia juga membuatnya agar lebih mudah digunakan tapi tidak mudah ditembus. Sangat langka orang - orang yang jenius sepertinya bisa kita temukan di sini."

Fang terdiam sambil melihat sistem yang Kokoci maksud. Dia memang tidak terlalu paham tentang itu. Tapi dia tahu kalau hanya sekadar menggunakannya. Dan memang benar, sistem ini jadi dibuat mudah.

Apa [Name] berbakat dalam bidang komputer? Kalau pun iya, dari mana dia belajar tentang sistem dari luar angkasa? Apakah sistemnya memang sama dengan yang di bumi?

"Nanti coba ditanyakan lagi. Kali ini, biar aku langsung yang bicara padanya," ucap Laksamana Tarung. "Selama ini sistem di pesawat dan markas kita bergantung padaku dan Nut. Kami butuh tenaga lain untuk mengembangkannya," tambah Kokoci.

♡♡♡

"Kamu istirahat dulu sana. Biar kami yang urus sisanya." [Name] mengangguk dan mematuhi perkataan kakeknya itu.

[Name] pergi ke toilet umum yang tidak jauh dari kedai. Ia menuju salah satu bilik dan masuk ke dalamnya.

[Name] memuntahkan apa yang sedari tadi ingin dia keluarkan. Bukan isi perut, melainkan darah yang keluar dari tenggorokannya. Ya, memang dia tidak bisa terlalu lelah. Dia pasti batuk atau muntah darah kalau terlalu lelah. Ditambah pita suarnya yang tidak mendukung menambah penderitaannya.

Di sisi lain, Tok Aba juga menyuruh Boboiboy beristirahat.

Entah ada angin apa, Boboiboy merasakan feeling nya yang tidak enak. Ia seperti dituntun menuju toilet umum. Dan benar saja, di sana ada adiknya yang sedang kesakitan.

Boboiboy yang melihat itu karena pintunya terbuka, langsung menghampiri adiknya.

Dia bertekuk lutut di samping [Name] dan memijat tengkuk [Name] agar adiknya itu bisa merasa lebih lega. Begitu pikirnya.

Boboiboy berlari keluar toilet dan mengambil beberapa lembar tisu dari kedai kemudian kembali ke toilet.

Ia mengambil selembar tisu dan mengelap sisa - sisa darah di mulut adiknya dengan lembut.

Ia tidak merasa jijik sama sekali. Justru ia merasa sedih dan prihatin. Sampai kapan adiknya harus menderita seperti ini, pikirnya.

Setelah tidak ada lagi yang dimuntahkan [Name], Boboiboy membawa adiknya ke wastafel dan membasuh wajah juga tangan [Name] serta mengelapnya dengan tisu.

Kondisi begini mau disuruh jadi pasukan TAPOPS? Bisa mati sia - sia adikku.

Setelah wajah dan tangan [Name] bersih, Boboiboy menuntunnya ke kursi taman dan membiarkannya istirahat.

"Eh, ada apa dengan [Name]?" tanya Yaya yang baru saja datang dan menghampiri mereka. "Oh, dia memang biasa begini." Boboiboy mengusap kepala [Name] yang mulai tertidur. Sampai akhirnya [Name] benar - benar tertidur dengan paha kakaknya sebagai bantal.

Yaya pamit ke kedai karena tidak ingin mengganggu [Name] yang terlihat pucat pasi.

Boboiboy menghela napasnya.

Cepat sembuh, ya, [Name].

♡♡♡

Manusia Biasa Menjadi Pelindung Galaxy [END]Where stories live. Discover now