Happy Ending

670 59 18
                                    

Ketua Choi merunduk memberi bunga pada dua nisan berbeda, ia lalu menunduk mengirim doa. Logan yang berada dibelakangnya juga turut memejamkan mata melakukan hal yang sama.

"Kau tau? Saat aku melihatmu pertama kalinya. Aku sudah tau kau pasti bisa sukses seperti ayahmu. Aku tau ini kekanakan, tapi rasa iri entah kenapa selalu datang dengan mudah merasukiku. Istriku meninggal setelah dua bulan melahirkan Joo Hyuk, aku berjuang sendiri menjadi orangtua tunggal untuknya. Sampai akhirnya aku bertemu dengan ayahmu, lalu bertemu denganmu pertama kali saat kau 8 tahun. Kau mungkin tak mengingatnya. Tapi, aku ingat bagaimana kau membungkuk memberi hormat, anak laki-laki yang manis, pintar, dan seketika aku langsung membandingkanmu dengan Joo Hyuk. Andaikan, ibunya tidak meninggal dan masih bersamaku, mungkin Joo Hyuk bisa sepintar dirimu diumur 8 tahun."

Ketua Choi terdiam sejenak dan Logan masih menunggu ...

"Joo Hyuk besar tanpa belaian seorang ibu, aku sibuk mengurus bisnis dan bertemu dengannya saat ia sudah terlelap. Keluargamu.... adalah impian keluarga lain. Bahagia, mendukung satu sama lain, saling menyayangi, canda dan tawa... aku menginginkan keluarga yang utuh sepeti ayahmu."

"Dan kau merusak kebahagian mereka?"

Ketua Choi tersenyum, "Dulu kupikir itu adil, aku tidak suka keluarga kecilmu meraih kesuksesan dengan mudah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketua Choi tersenyum, "Dulu kupikir itu adil, aku tidak suka keluarga kecilmu meraih kesuksesan dengan mudah. Aku yang berjuang sendirian, harus menyicip asam pahit dan hinaan karna orang-orang terus meragukan usahaku. Pewaris tunggal terlalu mudah menyicip harta tanpa mengnal pengorbanan dan perjuangan. Itu kalimat yang paling aku benci. Apa yang membuatku berbeda dari ayahmu? Dia menantu dari keluarga Chaebol, tanpa koneksi ibumu dia bukan apa-apa, tapi kenapa orang-orang begitu antusias dengan setiap apa yang dikerjakan?"

"Kurasa, pepatah yang mengatakan semakin kau sukses semakin banyak yang iri denganmu itu benar." Gumam Logan.

"Aku merenungi perbuatanku semalaman. Andai aku bisa lebih mengikhlaskan, andai aku bisa lebih intropeksi diri dan menjadikan ayahmu sebagai panutan tanpa rasa iri. Apa yang hilang dari kita sekarang mungkin masih ada. Joo Hyuk, dia menolak pernikahan itu, karna tau kau menaruh rasa pada SuRyeon pertama kali. Tapi aku paksa dia untuk mengambilnya darimu, karna tau kau belum layak saat itu. Dia akhirnya menerima dan memintaku untuk tidak menekanmu lagi dalam hal apapun. Lalu aku menyetujuinya. Dan yang kudapat, kau memang terlihat putus asa diawal tapi itu sama sekali tak mempengaruhi sekolahmu. Aku heran, apa kau memang sekuat itu?"

"Karna aku menghormati Joo Hyuk dan seperti katamu, aku juga belum layak bersanding dengan SuRyeon saat itu. Makanya, aku memutuskan untuk memperlihatkan kelayakanku." Logan memberi jeda sejenak. "Kadang kita harus kehilangan baru kita sadar dengan kesalahan kita. Penyesalan selalu datang belakangan, jadi kau hanya perlu jadikan itu sebuah pelajaran, rasa kehilangan itu akan semakin besar jika kau terus membesarkan rasa egomu. Itulah kenapa aku memilih untuk menunjukkan kalau pemikiranmu salah ketimbang merencanakan sesuatu dengan caramu." Logan menarik nafasnya dalam-dalam. "Pilihan ada ditanganmu, Aboeji. Ikhlaskan semua, ayo bangun keluarga seperti yang kau inginkan dengan kami. Jika kau menerima tawaranku, rumahku selalu tebuka untukmu. Kami semua menunggumu."

Damn!! Younger ManWhere stories live. Discover now