1. Fall Into the Deep Trench

137 14 2
                                    

              Tidak ada hal yang istimewa dari seorang Jeon Wonwoo. Ia sama seperti manusia lainnya, menjalani hidup dengan bangun pagi, bekerja, menulis, membaca, membersihkan rumah dan ritual wajibanya; menciptakan sebuah dunia di pikirannya.

                       Walaupun sama seperti manusia lainnya, yang membedakannya adalah bahwa ia begitu terobsesi dengan para sastrawan terutama Lovecraft yang membuatnya begitu tersihir dengan makhluk-makhluk aneh yang hanya ada di otaknya sendiri. Saat kecil Wonwoo dijuluki sebagai pengkhayal dan pemimpi akut bahkan banyak dari temannya yang menyangka jika ia tidak dapat membedakan mana fakta dan mana khayalan. Namun walau demikian ia adalah pendongeng ulung, mereka mengakui hal yang satu itu. Karena dijuluki pengkhayal, tidak ada satupun orang-orang yang mempercayainya meski ia berkata jujur, hidupnya selalu sendiri. Tidak ada yang disesalinya, baginya kesendirian merupakan anugrah tak terhingga sehingga ia mampu memaksa otaknya untuk bekerja lebih keras.

                  Berbagai cemoohan telah diterima. Masa itu Wonwoo bercerita, saat mengunjungi rumah neneknya di Daegu dimana hamparan salju membentang sejauh mata memandang, ia menemukan tangan yang terkubur. Tangan itu membeku, dan penuh luka. Yang membuat penasaran, tangan itu seolah memanggil dirinya. Sekuat tenaga ia menarik keluar hasilnya selalu sia-sia. Wonwoo kecil berlari menemui teman-temannya. Ketika menceritakan segalanya, mereka bersama-sama mendatangi tempat dimana Wonwoo menemukan, namun hasilnya nihil. Bermula dari sana ia menjadi bahan perbincangan.

              Bertahun-tahun lamanya peristiwa terjadi, selama itu pula ia masih memikirkannya, menebak-nebak apa yang menimpa dengan manusia terkubur di bawahnya, hingga berbagai macam plot ia tulis di dalam cerita. Kisahnya tersebut berhasil membuatnya menjadi novelis yang memenangkan best debut writer, dengan tema horor abstrak dan dibumbui sedikit fantasi. Namun keberhasilannya sebagai penulis hanya sebatas itu, lambat laun namanya meredup. Berulang kali ia mengirim naskah-naskahnya, tetap saja penolakan yang didapat. Menurut mereka kualitas tulisannya menurun dari yang sebelumnya, dan bahwa genre seperti itu susah mendapatkan sorotan.

           Jarum pendek menunjukkan pukul tujuh pagi. Butuh setengah jam menyiapkan diri untuk bekerja. Dalam cerita 'tangan di salju', ada seorang yang mampu menarik tangan itu yang ternyata milik seorang penyihir. Ia menciptakan sebuah ending bahagia, dimana sang wanita menemukan tujuannya dan mati dalam ketenangan. Padahal Wonwoo sendiri menyimpan sebuah alternatif lainnya, bahwa wanita itu mati karena sebuah obsesi cinta sepihak. Ia berpikir tidak ada seorang pun yang sudi membaca apabila tokoh kesayangannya mati karena hal yang sia-sia.

             Ia menyiapkan roti bakar dengan telur mata sapi dan daging asap serta kopi pahit favoritnya. Di tengah sarapan Wonwoo menjalankan ritualnya, menciptakan dunia atau lebih tepatnya menyaksikan dunia di sekitarnya bergerak seperti alur dalam dongeng di negeri antah berantah. Dari tempatnya duduk, jendelanya terbuka, menampakkan orang-orang sibuk yang berlalu lalang. Namun, kali ini yang terlihat bukan lagi imajinasi, ia melihat orang-orang itu diikuti bayangan hitam pekat tepat di belakang mereka. Bayangan itu membuntuti mereka, dan bagai gerakan yang diperlambat, bayang-bayang itu menoleh ke jendela rumahnya, menatapnya tajam dan tersenyum lebar hingga menampilkan gigi-gigi bertaring mengerikan.

            Tanpa merasa ketakutan atau terganggu, Wonwoo hanya menatap mereka datar, sibuk mengunyah makanan. Selain mempunyai imanjinasi tingkat tinggi, ia mampu melihat sesuatu yang tak dilihat orang lain. Dari kapan kemampuan ini bermula, ia juga tidak tahu, karena secara tiba-tiba penglihatannya berubah. Tapi itu semua dapat diterima, dalam kesendirian ia merasa ramai.

         Waktu menunjukkan pukul delapan lewat empat puluh menit. Butuh lima belas menit perjalanan menuju tempat kerja. Setelah membereskan sisa sarapan, Wonwoo segera bergegas. Baru saja ia mengunci pintu, di sebelahnya sudah berdiri tetangga yang bertinggal tepat di depan pintunya. Ia seorang pria tampan pecampuran Amerika dengan bahasa Korea fasih.

ANOTHER • Meanie (On Going) Where stories live. Discover now