Dua orang pemuda bertubuh tinggi dan tegap tampak sedang fokus menjalankan misinya. Keduanya sangat gesit mengejar mangsa. Seekor rusa betina yang cukup besar. Pemuda bersurai abu violet itu mengarahkan tombaknya ke target yang sudah terkunci. Matanya memicing tajam.
"Sekarang!"
SWUSH
"Yo!" Pekiknya senang. Bidikannya tepat sasaran.
Keduanya menghentikan pengejaran, lalu mendekati rusa yang sudah sekarat itu. Mengeluarkan sebilah pisau dari tempatnya. Pemuda itu memandang lekat mata mangsanya yang pasrah.
"Terima kasih sudah menjadi buruanku, semoga kau bisa berlari bebas di tempat yang lebih baik tanpa rasa takut..." ucapnya lalu dengan cepat menghunuskan pisau itu tepat di jantung si rusa hingga mati.
Ia tersenyum senang, lalu memikul buruannya di pundak lebarnya.
"Kau hebat, aku bangga--" Ujar pemuda satunya.
"Ayo kembali, yang lain pasti sudah menunggu." Tambahnya.
Keduanya pun kembali berlari kencang menembus rindangnya pepohonan. Tak lama kemudian, mereka akhirnya tiba di sebuah pemukiman. Kedatangan mereka disambut bahagia oleh para penduduk setempat. Rusa itu ia letakkan di atas batu untuk di olah segera oleh para wanita.
"Lebih cepat dari perkiraanku, Soobin. Kemampuanmu semakin membaik. Tak salah jika kau terpilih menjadi pemimpin pasukan."ujar seorang tetua sambil menepuk pundaknya. Soobin menunduk sedikit sebagai tanda hormat.
"Terima kasih paman."
"Hmm, besok kau akan kembali ke kota bukan? Bersama Kai juga, aku hanya bisa memberi kalian ini." Pria itu memberikan dua buah kalung dengan liontin berupa taring.
"Ini Baba dan Nana. Semoga kalian selalu terlindungi." Pesan pria itu lalu pergi meninggalkan keduanya.
"Hei, apakah kita punya kesempatan untuk bertemu dengan dia? Jujur, aku sangat penasaran oleh sosoknya itu." Ujar Kai sambil mengalungkan Nana pada lehernya.
"Jangankan kau, aku pun demikian. Mungkin suatu hari nanti. Pasti." Balas Soobin.
Keduanya pun berjalan masuk ke dalam gubuk besar yang dijadikan sebagai dapur. Kehadiran mereka tentunya mengundang senyum malu-malu dari para submissive wanita. Soobin dan Kai melempar senyumnya ramah. Mereka membantu para mama untuk memotong hewan hasil buruannya.
***
Hiruk pikuk kota ditambah dinginnya udara sore membuat para insan merasa malas untuk beraktifitas lebih. Banyak yang memilih mendekam di dalam rumah tinggal atau duduk bersantai di bar untuk meneguk alkohol.
Soobin yang baru saja menyelesaikan pekerjaan sebagai seorang petugas kesehatan, tampak memijat pelipisnya dengan lemas. Merogoh sesuatu dari saku celana, sebuah ponsel pintar. Ia mendial kontak milik Kai. Tapi sayangnya tak ada jawaban.
"Masih sibuk, kah?" Nafas berat berhasil lolos darinya.
Dengan malas ia melangkah keluar dari ruangannya. Di luar agak sepi, lagi pula siapa orang gila yang akan berkeliaran di tengah badai salju seperti ini. Hanya dirinya.
SRAK
Langkahnya terhenti kala mendengar suara benda tergeser. Maniknya menatap lorong kecil yang terkapit di antara dua gedung. Sangat gelap di sana, sulit untuk menelisik. Karena penasaran, Soobin menggunakan pengelihatan malamnya. Kedua lensa matanya berubah menjadi keemasan. Betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang vampir bocah tengah menikmati 'makan malam' nya.
Insting serigalanya muncul seketika saat pandangan keduanya bertemu. Soobin mengerang dan mulai mengejar vampir itu. Aksi kejar-kejaran itu berlangsung cukup sengit. Sampai akhirnya langkahnya terhenti. Kini di hadapannya terdapat beberapa vampir dewasa. Walau wajah mereka ditutupi kain, Soobin masih bisa mendeteksi.
"Ini bukan wilayah kalian." Ujar Soobin dingin.
Salah satu vampir itu mendecih. Ia menatap Soobin nyalang seakan menantang pemuda itu.
"Memangnya kau siapa? Hanya anjing liar," ujung kiri bibir Soobin berkedut.
"Ini bukan urusanmu, kau sendirian jadi sadarlah." Tambahnya lagi dengan tersenyum mengejek.
Pemuda tinggi itu diam tak bergeming. Tapi, tubuhnya mulai mengeluarkan uap panas dan membuat ketiga vampir dewasa itu terkejut bukan main. Sepertinya mereka salah cari lawan. Rahang Soobin mengeras dan perlahan kedua taring serta kuku tajamnya mulai muncul.
Tanpa aba-aba, ia bergerak secepat kilat dan menyerang ketiganya tanpa ampun. Kuku tajamnya berhasil mengoyak hancur tubuh vampir itu hinga berkeping-keping. Ia menginjak kepala vampir lainnya dan menusuk dadanya lalu mencabut jantungnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk membereskan ketiga vampir itu, kini, tinggal lah seorang vampir muda yang tengah memojok ketakutan.
Saat ia hendak melancarkan aksinya, ia mendapat serangan tiba-tiba hingga terpental menabrak dinding. Soobin terbatuk sembari memegangi perutnya. Ia menangkap siluet seorang pemuda berambut agak panjang berwarna merah muda yang sedang membantu vampir kecil tadi berdiri, lalu menyuruhnya untuk pergi. Pandangan keduanya bertemu. Untuk sesaat hanya hening yang mengisi. Vampir berpenampilan nyentrik itu berjalan mendekatinya. Wajahnya datar, tak ada ekspresi sama sekali.
"Cari lawan yang sepantaran, dia hanya anak kecil." Ujarnya. Soobin berdecih remeh.
"Apa pedulimu, huh?!" Balas Soobin garang. Pemuda itu mengehela nafasnya karena merasa ucapannya tak berarti apa-apa, lalu berbalik untuk meninggalkan Soobin.
Tapi, Soobin mencoba menyerangnya. Gerakannya sangat gesit, ia berhasil menghindar. Malah kini ia mencekik Soobin dan menabrakkan tubuh besar itu ke dinding retak di belakangnya. Jarak keduanya sangat tipis.
Soobin bisa melihat struktur wajah lawannya ini dengan jelas. Kembali hening untuk sementara. Pemuda berambut merah muda itu merasa aneh saat Soobin menatapnya lekat. Ia jadi tak fokus saat maniknya terkunci rapat oleh milik Soobin. Merasa ada kesempatan, Soobin membalik keadaan. Kini dirinya yang memegang kendali atas vampir itu.
"Argh!" Erangnya tertahan.
Nafasnya tersengal-sengal. Ia sangat terkejut saat menyadari jika manusia serigala di hadapannya ini sangat kuat. Ia tak berkutik di buatnya. Soobin mendekatkan wajahnya ke pemuda itu. Ia mengendus ceruk lehernya sedangkan empunya meleguh tertahan. Hidung mancung Soobin menelusuri leher dan telinga si lawan.
"A-apa yang-- akh!" ia memekik pelan saat Soobin semakin mengencangkan cengkraman pada pangkal lehernya. Taringnya kembali muncul, dan saat hendak mengigit si vampir, aksinya terinterupsi oleh kehadiran Kai yang tampak berlarian.
Vampir itu melayangkan pukulannya ke wajah Soobin dan berlari kabur. Ia berdecak kesal dan memandang pemuda blasteran itu nyalang.
"A-apa? Aku kan mau membantu."
"Ya, membantunya lepas dariku. Cih."
"Kau kenapa di sini?" Tanya Kai.
"Dan apa yang terjadi?"
Soobin merapikan penampilannya yang sempat berantakan. Kai memandang ngeri potongan tubuh ketiga jasad yang perlahan terbakar lalu melebur jadi abu di atas tanah.
"Mereka menyerang seseorang di sana,"
"Ah, pria gelandangan itu ya? Untung saja masih bisa diselamatkan. Dan... siapa yang barusan? Seorang wanita yang cantik."
"Matamu bermasalah?" Tanya Soobin sarkastik.
"Eh?" Soobin memutar kedua bola matanya malas.
"Dia laki-laki, Huening Kai--"
"Andai kau tak menggangguku tadi, aku pasti sudah bisa mendeteksi identitasnya. Cih, dasar anus kuda." Caci Soobin. Kai hanya cengengesan dan menggaruk lehernya yang tak gatal.
Keduanya pun pergi meninggalkan lokasi. Sementara itu, pemuda berambut merah muda tadi tampak memandangi keduanya dari kejauhan. Tubuhnya meremang, sensasi akibat sentuhan manusia serigala itu masih melekat pekat padanya. Ia menggelengkan kepalanya cepat, berusaha menjernihkan pikirannya.
To be continue...
YOU ARE READING
You Are The Only Exception (SooJun/END)
FanfictionVampire dan Werewolf, dua jenis makhluk predator supranatural. Berawal dari kesalahan di masa lalu yang menyebabkan tumbuhnya kebencian. Namun apa jadinya, jika salah satu anggota dari setiap kubu kembali melakukan 'kesalahan' yang sama? Apakah ada...
