Menatap langit legam bertabur germerlap sinar dari titik batu api. Ia menyenderkan punggung tegapnya menghadap dinding kayu.
Ini hari ketiganya berada di sebuah pemukiman yang berisi penuh oleh kelompok musuh. Tapi jujur saja, ia merasa nyaman berada di sini. Suara tawa anak-anak yang berlarian ke sana kemari, para wanita dan gadis yang berkumpul untuk sekedar bergosip, juga para alpha yang terlihat sibuk dengan kebiasaan naturalnya. Jauh berbeda dengan kehidupannya di sisi sana.
Namun tentu saja, ia tak bisa berlama-lama menghabiskan harinya di tempat ini. Berkali-kali dirinya menghembus nafas panjang dan membuangnya.
"Yeonjun-ssi?" Suara berat menyapanya.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya pria itu yang mulai menduduk kan diri sejajar dengannya.
"Bukan hal ringan tentunya," balas Yeonjun tersenyum tipis.
"Aku bimbang dengan eksistensiku di dunia ini, terlalu menyiksa."
Taehyun terkekeh. Ia paham maksud pemuda ini.
"Apa yang dimintanya darimu?"
"Salah satu dari kalian."
"Siapa yang kau targetkan?" Tanya Taehyun menahan senyum.
"Soobin..." Yeonjun menunduk lemas.
Tak tahan lagi, Taehyun tersenyum geli. Tebakannya benar. Kejadiannya sama persis seperti dirinya dan Beomgyu dulu. Pemuda cantik itu menjebaknya hingga terpancing datang ke kastil. Setibanya di sana, Kibum dan para antek-antek sialannya itu menjadikan Taehyun bulan-bulanan hingga akhirnya, terjadilah peperangan dalam misi penyelamatan pria bergigi rapi tersebut.
Seusai itu, Beomgyu menemui Taehyun secara diam-diam guna meminta maaf karena sudah melakukan hal keji tersebut. Itu ia lakukan bukan tanpa alasan, identitas serta posisinya lah yang memaksa dirinya.
"Choi Yeonjun, berpikirlah logis. Ikuti kata hatimu. Aku tahu itu tak mudah, tapi kau juga tak ingin terus-menerus terkukung dalam lingkaran hitam ini bukan?" Yeonjun mendongak menatapnya serius.
"Aku yakin kau lebih cerdas dan kuat dari kebanyakan bangsamu, nak." Tambah Taehyun yang mulai beranjak dari posisinya. Ia menepuk pundak si gulali lalu mengecup puncak kepalanya.
Pria itu berjalan keluar dari bilik tersebut. Tak lama, Kai dan Soobin tiba. Mereka baru saja kembali dari rumah sakit. Menangani tiga orang pasien yang harus menjalani operasi dalam satu shift, sungguh menguras energi dan pikiran. Kedua pemuda tinggi itu terlihat sangat lelah. Si blasteran langsung melangkah ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara si kelinci mendekatinya.
Soobin mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam ransel lalu memberikannya kepada Yeonjun.
"Apa ini?" Tanyanya bingung.
"Buka saja." balasnya dengan tersenyum.
Yeonjun membuka kotak kayu itu, kedua maniknya agak membesar. Ia menatap Soobin cemberut.
"Kau belum mengisi energi sejak awal tiba di sini, Jun. Ini hanya darah yang terbungkus, kau tahu kan?" Ujar Soobin meyakinkan. Pemuda itu membukakannya untuk Yeonjun.
Teguk demi teguk berhasil mengalir mulus ke tenggorokannya. Kedua manik rubahnya berubah menjadi merah terang. Untungnya, Yeonjun tak bereaksi parah seperti saat pertama kali mencicipi cairan pekat itu. Ia terlihat tenang. Setelah habis, dirinya merasa jauh lebih baik.
Soobin menarik lengan kiri Yeonjun dan memakaikan sesuatu. Sebuah gelang yang terbuat dari akar pohon Willow.
"Bin..."
YOU ARE READING
You Are The Only Exception (SooJun/END)
FanfictionVampire dan Werewolf, dua jenis makhluk predator supranatural. Berawal dari kesalahan di masa lalu yang menyebabkan tumbuhnya kebencian. Namun apa jadinya, jika salah satu anggota dari setiap kubu kembali melakukan 'kesalahan' yang sama? Apakah ada...
