06

10.7K 971 97
                                    

Terkejut, itu satu hal yang pasti Jisung rasakan saat ini. Pria dewasa di hadapan nya menunduk, walau begitu Jisung tetap dapat melihat bagaimana raut wajah penuh kesengsaraan itu. Cairan bening keluar dari sudut matanya.

Papa nya yang sejak tadi masih terbaring dalam peluknya. Jisung beranjak duduk, lalu menyentil dahi yang lebih tua. "Pria bodoh" kata anak itu seolah dialah sang penguasa disini.

Jeno terdiam.

Menatap anak itu dengan penuh tanda tanya. Dia seolah melihat dirinya ada pada Jisung. Kemudian dia terkejut ketika anak itu malah tersenyum lebar, sama seperti Na Jaemin yang kini berada di dekatnya.

"Salah Papa ku apa sampai Daddy meninggalkan kami?" dia masih bersikap tenang menyamai air danau yang damai. "Apa di masa lalu Papa berbuat kesalahan?" anak itu menoleh ke arah Na Jaemin.

Merapikan rambut coklat yang basah itu ke belakang. "Kau tidak tau seberapa menderitanya Papa ketika harus berjuang keras merawatku setiap harinya" kemudian menoleh ke arah Jeno.

"Kami membenci mu Dad . ."

Baik, mungkin Jisung berbeda dari anak seusianya. Yang mungkin tidak pernah peka terhadap keadaan keluarga mereka. Beda dengan Jisung, yang malah berpikir dewasa di usianya yang masih kanak-kanak. Dia belum masuk taman kanak-kanak jika kalian ingat.

Jeno tak bergeming, dia merasa bodoh. Dia mengakui kesalahannya. Di saat dia membuka baju Jaemin yang basah tadi, Jeno benar-benar menemukan luka jahitan yang amat menonjol. Bukan hanya satu, ada dua garis. Apakah itu menyakitkan?

Renjun juga pernah mengalaminya ketika melahirkan Chenle anak mereka dengan cara di caesar. Tapi luka jahit milik Jaemin berbeda.

"Daddy" panggil Jisung. Jeno kembali menoleh ke arahnya yang sejak tadi dia hanya memerhatikan wajah pucat mantan kekasihnya itu.

"Pulanglah, Papa akan marah kalau dia bangun dan melihatmu ada disini"

"T-tapi—"

"Kita akan bertemu lagi nanti" potong Jisung cepat. Anak itu menjulurkan jari manis miliknya. "Aku berjanji"

Senyum samar nampak terukir dari bibir pria dewasa yang merupakan Daddy nya itu. Jeno mengangguk, sedikit bernapas lega. Walaupun satu fakta bahwa Jisung membencinya tapi anak ini tidak marah atau mengusirnya. Jeno balas menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking milik Jisung yang berukuran mungil. "Terimakasih, nak"

-

-

-

"Ibu-!!!" Jisung mengerjap. "M-maksudku Papa-!!" ralatnya, berlari ke arah Na Jaemin yang baru saja keluar dari kamarnya. "Kapan Papa bangun??"

Jaemin tersenyum di wajah lelahnya. "Baru saja aku terbangun. Oh iya" Jaemin mengerjap melihat beberapa makanan di meja. Dengan jumlah banyak, peralatan masak yang juga keluaran baru serta yang lain nya. "I-ini kau dapat dari mana? Siapa yang membeli semua ini??" ia terkejut bukan main.

Wajah Jisung belepotan karna coklat yang ia makan. "Jisung, jawab" pinta nya menuntut penjelasan dari sang anak.

Yang Jisung lakukan cuman nyengir, deretan giginya bewarna hitam. Jaemin ingin marah saja, itu bisa merusak gigi susu milik anak nya.

"Dari paman yang tempo hari aku rusak hape nya Pa" ia terkekeh.

Jaemin makin di buat terheran dengan semua ini. Dia berlutut untuk menyamai tinggi Jisung. "Katakan yang sejujurnya"

"Apa yang ku bilang barusan itu benar Papa, Paman itu yang memberikan semua nya"

Helaan napas kasar terdengar. "Kita akan kembalikan ini semua kalau kau kembali bertemu dengan nya lagi" gumam Jaemin.

[ ✔ ] Ineffable - nomin ft jisungWhere stories live. Discover now