"Dan apa kau sendiri tau apa arti dari sifat dasar?"

"Aku pernah hidup miskin, aku dihina sepanjang kehidupan remajaku, harga diriku pernah diinjak-injak, aku tidak diingikan oleh ibu dan ayahku, dan aku bahkan menjadi pengemis di keluarga ini selama empat tahun, bukti apa lagi yang kau inginkan dariku?!"  aku tidak bisa menahan air mataku menuruni pipiku, tapi aku langsung mengusapnya dengan kasar, aku tidak ingin terlihat lemah didepannya.

"Kau wanita yang luar biasa Ashley Warren, kau bahkan bisa membodohiku dengan begitu mudah, tidak ada yang pernah melakukan hal itu padaku sebelumnya, dan, ohh maaf, apakah aku harus memanggilmu dengan sebutan Ashley Maxwell?" dia menghinaku sekali lagi, cukup, sudah kesabaranku sudah habis untuk menghadapi tua bangka satu ini, bisa-bisa aku membunuhnya saat ini juga.

"Lupakan saja semua kata-kataku, aku benar-benar sudah gila berpikir kau akan membantuku" aku berkata sambil beranjak keluar dari sofanya, baru saja aku membuka pintu suaranya menghentikanku.

"Tunggu!" dia berujar lalu berjalan menutup kembali pintu kamarnya dengan tenang, dia menatapku lagi lalu mencengkeram daguku, lalu dia mendekatkan bibirnya di telingaku.

"Kau ingin menghancurkan keluarga Maxwell?, baiklah, aku akan membantumu, tapi jika kau ingin aku membantumu kau harus mengikuti semua yang kukatakan" aku terdiam ketika dia mengatakan hal ini padaku, apa sebenarnya yang direncanakan wanita ini, tapi biar bagaimanapun aku mencari tahu jawaban itu lewat matanya, aku tetap tidak kunjung menemukan jawaban itu.

"Baiklah, akan kulakukan semua yang kau katakan"

"Pertama, kau harus keluar dari penthouse Sean"

***

"Dimana kau!!" Sean membentakku melewati ponselku, aku menghela nafas untuk menenangkan diriku, aku tidak boleh terbawa dengan emosi dalam menghadapinya, dan aku juga tidak boleh kehilangan kendali saat aku menghadapinya.

"Tenanglah Sean"

"Jangan menyuruhku untuk tenang saat ini!, kenapa kau membereskan semua barang-barangmu dari penthouseku!, apa-apaan ini Ash!!!" aku memejamkan mataku ketika dia membentakku sekali lagi.

"Aku sudah didekat penthousemu, aku akan menemuimu sebentar lagi" tanpa memperdulikan lagi kata-kata selanjutnya yang keluar dari bibirnya aku langsung mengakhiri panggilannya.

Aku membuka pintu penthouse Sean dengan jantung berdebar debar, tapi aku memberanikan diriku untuk menghadapinya, aku sudah memilih pilihan ini, dan aku tidak akan mundur karena hal-hal kecil ini.

"Darimana saja kau!" dia langsung menanyaiku ketika aku menginjakkan penthousenya.

"Aku mengurus urusanku" aku menjawab dan saat itupula aku melihat kilatan kemarahan dimatanya.

"Urusan macam apa?!" dia bertanya padaku sambil mencengkeram tanganku.

"Jangan membentakku!, aku bukan pelayanmu!" aku balas membentaknya, dan dia terlihat sangat terkejut dengan hal itu.

"Kalau begitu jelaskan apa ini!" Sean melambai ke sekeliling.

"Aku pergi Sean, kita akhiri sampai disini" aku berkata padanya, dan dia hanya menatapku dengan tatapan tajamnya, dia mencengkeram lenganku dengan kuat lalu menggoncangnya.

"Kau pikir apa yang baru saja kau katakan!!!!" dia membentakku, aku hanya memejamkan mataku mendengarnya begitu marah padaku.

"Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan didunia ini, aku juga ingin mendapatkan apa yang kuinginkan didunia, biarkan aku melakukan apa yang kuinginkan" aku menjelaskan kepadanya, tapi dia sama sekali tidak mau mengerti, dia malah menyeretku kearah kamarnya lalu membanting pintu kamar dengan sangat keras, jujur saja saat itu aku begitu ketakutan.

"Kau pikir aku mainanmu!, apa yang sebenarnya merasuki dirimu!!!!" Sean kembali membentak, dia benar-benar telah kehilangan kendali atas dirinya saat ini.

"Sean, kau tidak bisa memaksakan semua ini" aku berusaha melepas cengkeraman tangannya yang mulai menyakiti lenganku.

"Tentu saja aku bisa!, jadi jangan pernah sedetikpun berpikir kau bisa pergi dariku" ancamnya sambil menjatuhkanku diatas ranjangnya, dia berjalan menjauhiku menuju kearah kamar mandi, aku menggigit bibirku lalu segera berjalan kearah pintu kamar untuk keluar dari kamarnya, tapi setelah aku mencoba membuka pintu itu, ternyata pintunya terkunci, dia menguncinya dari dalam?, aku tidak bisa percaya hal ini, memangnya aku ini kriminal.

***

Aku menghampiri Sean yang sekarang telah rapi dengan setelan hitamnya, dia terlihat tenang dan terkendali seperti biasanya, tapi aku benar-benar tdak bisa menahannya lebih lama lagi.

"Sean..." ucapku putus asa, tidak kusangka dia berbalik kepadaku lalu menghampiriku, dia membungkuk untuk mencium pelipisku, dan aku tidak menghindarinya.

"Aku anggap tidak pernah mendengar kata-katamu tadi"

Aku hanya bisa dia membisu ketika dia mengatakan hal itu padaku, muluutku seakan terkunci rapat aku tidak bisa berkata-kata lagi selain diam dan memandangnya.

"Sekarang tolong ikat dasiku" dia mengulurkan dasi berwarna gelap padaku aku mengambilnya lalu segera mengikat simpul dasi dilehernya, aku tidak bisa melawan rasa gemetar di tanganku saat aku mengikat dasi itu dengan dia yang menatapku lurus-lurus. Aku telah selesai memasangkan dasi itu padanya lalu mundur selangkah darinya, tapi dia tidak membiarkannya, dia kembali menarikku kedekatnya lalu dia menangkup jemariku.

"Kau takut padaku?" dia berkata, dan aku menggeleng padanya, bahkan siapapun tahu jika aku sedang berbohong padanya, dia mengerutkan dahinya lalu kembali tersenyum padaku.

"Jika ada hal yang kau inginkan didunia ini, aku yang akan memberikannya kepadamu, jadi tidak perlu mengatakan omong kosong seperti tadi sebaga alasan, kau tidak akan pernah pergi dariku, tanam itu baik-baik dalam pikiranmu" dia kembali berujar, dia menunggu reaksiku selama beberapa saat, saat dia tahu bahwa aku sudah cukup pucat, dia melingkarkan lengannya di sekeliling pinggangku lalu membawaku keluar dari kamarnya, kami berdua berjalan kearah dapur, dan makanan sudah siap disana, seperti biasa dia memundurkan kursi untuknya lalu duduk, setelah itu dia meraihku kedalam pangkuannya, ya, aku telah kembali kedalam kehidupannya saat ini.

"Kemejamu akan kusut" aku berkata padanya tapi dia hanya santai menuangkan madu diatas pancakeku.

"Sejak kapan kau perduli dengan hal itu?" dia berkata tenang, aku menghela nafas panjang lalu menatapnya, aku berpikir sampai kapan aku akan menjalani kehidupan seperti ini, dan sampai kapan dia akan memperlakukanku seperti ini.

"Buka mulut" dia berkata dan aku menurutinya, dia menyuapkan potongan kecil pancake kepadaku, dia meraih bacon dengan tangannya lalu menyuapkannya padaku lagi, kami bergantian makan, dia menyuapkan untukku lalu dia menyuapkan sesuap untuknya sendiri.

***

"Apa kau gila!, kenapa kau langsung mengatakan hal itu padanya!!!" Melisa memarahiku karena kejadian tadi pagi ketika aku meminta mengakhiri hubunganku dengan Sean.

"Maaf!, aku tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapinya" aku berkata sambil menatap Melisa yang kini berada didepanku.

"Lupakan saja!, aku akan mengurus semuanya"

"Apa yang harus kulakukan lagi?" tanyaku dengan sungguh-sungguh.

"Hanya ada dua cara untuk bisa mendapatkan apa yang kauinginkan dari Maxwell Company, pertama adalah membeli saham di perusahaan itu baru kau bisa masuk kedalamnya, tapi kau tidak mungkin melakukan itu karena kau tidak memiliki uang"

"Apa cara yang kedua?" kejarku padanya, Melisa menunduk sebentar untuk mengulurkan sebuah foto, aku melihat seorang pria difoto itu, aku membelalakkan mata padanya, apakah mungkin dia menginginkan aku untuk...

"Ya Ashley, kau harus merayu kakak tirimu sendiri"

 ***


Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang