Bab 3

13.5K 1.6K 22
                                    

Vote dan komen kalian adalah penyemangatku. 😍😍

Selamat membaca.

Ganiya berjalan, lalu berhenti. Terus seperti itu sampai-sampai beberapa orang yang berpapasan dengan perempuan itu menatapnya aneh.

Tidak berhenti di situ, Ganiya malah menendang-nendang kerikil kecil di jalanan seraya menggerutu. Perempuan itu menggeleng keras saat ingatannya mengulang kembali kejadian bodoh yang baru saja dilakukannya.

"Seberat apa masalahmu?"

"Ha? Apa maksudnya?"

"Seberat dan sebesar apa masalah yang kamu hadapi, sampai-sampai kamu melamar seseorang yang kamu benci."

Ganiya gelagapan, bibirnya terbuka lalu menutup. Tidak tahu harus berbicara apa, bisa-bisanya dia mengajukan pertanyaan seperti itu!

Ini semua salah Kayla! Ya, perempuan itu lah yang bersalah karena memberi ide konyol hingga membuatnya terngiang-ngiang terus. Lalu dengan bodohnya, dia menuruti saran sahabatnya. Melamar Bara?

Astaga, dia sudah gila! Bagaimana mungkin ajakan itu keluar dari mulutnya?

Mau menangis malu, kabur pun dia gengsi. Mengibaskan rambut panjangnya, dia berdeham pelan. Sudah terlanjur malu, sekalian saja dibuat drama.

"Gue lagi latihan aja, kemarin ada tawaran main mini series."

"Oh, ya? Judulnya apa?"

Ganiya menatap tajam lawan bicaranya yang seolah menanggapi pernyataannya dengan serius. "Rahasia!"

"Gani."

"Hei! Jangan panggil aku kayak gitu!"

Alih-alih mendengar larangan perempuan di sebelahnya, Bara justru berkata hal lain, "kita udah kenal berapa lama sih? Meskipun kita ngga dekat, tapi aku tau kalau kamu tadi cuma berasalan."

Bara sialan!

Dirinya juga bodoh! Sudah bertahun-tahun mencoba move on, sekarang hanya dengan mendengar kalimat itu hatinya jadi menghangat.

Tidak bisa dibiarkan, Bara terlalu bahaya untuknya. Jika tidak menghindar, bisa dipastikan patah hati kedua lah yang akan dia dapatkan.

"Aku tau kamu sedang melewati masa sulit, tapi pernikahan bukan hal yang bisa diputuskan saat marah. Jadi, seandainya kamu benar-benar siap menikah ngomong sama aku."

Ganiya terdiam, mencoba mencerna kalimat panjang yang diucapkan Bara. Laki-laki yang irit bicara itu, terdengar tulus kali ini. Dia tidak mau besar kepala, tapi kalimat itu terasa seperti sebuah angin surga.

Oke, dia harus tenang. Semua harus jelas! "Kenapa gue harus ngomong sama Lo? Emangnya Lo mau lamar gue?"

Bara mengedikkan bahu. "Ya, siapa tau aku bisa ngenalin kamu sama temenku. Siap tau jodoh 'kan?" Laki-laki tersenyum miring melihat wajah teman SMA sekaligus tetangganya itu merah padam. "Apa kamu berharap aku yang jadi jodohmu?"

Ganiya mengipasi wajahnya yang terasa panas. Salahnya sendiri bertanya seperti itu pada Bara, dan hasilnya sungguh memalukan.

Berdiri seraya mengusap-usap roknya yang sama sekali tidak kotor, Ganiya tersenyum manis pada lawan bicaranya. "Aku?" tunjuknya pada diri sendiri. "Mengharapkanmu?" Kini jarinya berganti menunjuk Bara. "Enak saja!"

Tanpa pamit, Ganiya berjalan dengan anggun. Namun, jika dilihat dari depan wajah perempuan itu tertekuk masam dengan bibir komat-kamit mengutuk Bara.

***

Hidup dengan terus menjadi perbandingan, membuat Ganiya menjadi pribadi yang cuek. Sudah cukup masa remajanya dihabiskan dengan bertanya kenapa sang mama memperlakukannya secara berbeda.

NIKAH demi KONTEN (Ada Di Playstore dan Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang