Bagian 4. Tempat Rahasia

40 11 0
                                    

Trust the timings,
everything happen for a reason.
-Princess Anna, Frozen I

Sebuah rumah tua yang dipenuhi tanaman merambat, semak-semak dan belukar di sekitarnya, dengan rumput-rumput halus yang tampak baru saja selesai dipotong-bagian dalam rumah juga terlihat bersih dengan karpet berbulu juga bantal-bantal. Halamannya luas sekali, di bagian depan terdapat danau dan satu sepeda yang terparkir rapi. Karena ada dua pohon besar, jadinya dibuat ayunan dari kain yang diikat pada batang kokoh si pohon. Jalan menuju pintu terdapat bebatuan cantik, di bagian depan dibuat tanah berpetak-kutebak Lais mencoba menanam tanaman di sini agar tampak seperti kebun kecil.

Inilah tempat rahasia yang ingin dia bagi denganku.

Aku bangun dari duduk dengan tatapan terpana ke arah sekitar.

"Selamat datang di tempat rahasiaku!" Dia menarik tanganku, lalu diajaknya masuk ke dalam rumah tua itu. "Aku memiliki banyak cemilan, makanan kaleng, kopi kaleng dingin, dan mi instan."

Setelah masuk ke dalam, aku jadi lebih jauh terpana. Atap rumahnya adalah kaca mosaik cantik, lalu bergantung beberapa tanaman merambat di sana. Dindingnya sudah tua, cetnya sudah mengelupas, tapi ini tidak membuat rumahnya tampak mengerikan. Justru sangat segar. Cahaya matahari sore menerobos masuk melalui jendela-jendela besar, begitu juga angin yang sejuk.

Di pojok ruangan terdapat sofa, meja, dan rak buku. Ada global dan satu teleskop yang menghadap ke luar jendela terbuka. Di sisi lain terdapat kotak pendingin tanpa listrik, juga lemari kayu. Sedangkan di dinding pojok belakang terdapat banyak sobekan kertas yang dipajang. Sobekan-sobekan itu berisi koran-koran tentang komet dan sesuatu yang berbau benda langit. Ada foto-foto galaksi, debu bintang, planet-planet dan aurora.

Rumah tua ini hanya sepetak, tapi luar biasa menakjubkan!

"Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini, La?" tanyaku, masih sibuk melihat-lihat.

"Aku menemukannya secara tidak sengaja, ketika sedang marah dan datang ke gang sepi itu. Tahu-tahu, aku menendang batu bata yang membuat bata lainnya terbuka-seperti pintu, kemudian menutup kembali jika aku tidak masuk." Lais menarik tanganku untuk duduk di atas karpet berbulu hangat, di hadapan cemilan dan beberapa kopi kaleng. "Kamu tahu, Lu, saat pertama kali aku menemukan rumah ini, semuanya tampak seperti sebuah keajaiban?"

Aku tersenyum. "Ini memang sebuah keajaiban! Seperti dalam negeri dongeng, tempat rahasia."

"Aku akan selalu berlari ke sini jika aku sedih, kamu juga boleh memakainya." Dia membuka satu kopi kaleng. "Senang bisa berbagi denganmu, Lu. Tadinya aku sendirian di sini."

"Kamu yang membetulkan rumah ini?"

"Tentu." Lais mengambil kamera lalu menyodorkannya padaku. "Ini awal rumahnya, mengerikan bukan? Tapi aku memotong rumput-rumput dan membersihkan lantainya. Aku juga memasang ayunan dan mulai berkebun."

Aku melihatnya. Lais mengambil foto rumah ini sebelum dia renovasi. Sangat kotor, semak belukar memenuhi seisi rumah, danau juga sangat penuh dengan daun-daun kering. Seperti rumah horor. Tapi sekarang setelah sedikit direnovasi, lihatlah! Rumah ini sangat hangat dan nyaman, menjadi tempat rahasia yang benar-benar rahasia. Siapa sangka kalau batu bata di depan sana adalah pintu menuju rumah tua yang tersembunyi ini?

"Kenapa kamu mau berbagi denganku?" Akhirnya, aku menanyakan ini.

Sedikit curiga, kenapa Lais begitu baik padahal dia baru bertemu denganku kemarin sore? Dia bahkan mau berbagi, mengajakku bermain, membuat segalanya berubah hanya karena kehadiran dirinya.

"Karena aku sudah mendengar banyak dari bibi Alea." Lais tersenyum. "Tentang beliau yang punya cucu, tentang kematian kakek Jack, bahkan tentang kamu yang sama denganku-orang tua kita bercerai. Aku hanya merasa kalau, kita memiliki kesamaan."

[END] Happiness is About What Make Us SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang