#12 Kamuflase

119 7 2
                                    

Lagu yang di mulmed sangat amat boleh didenger. Karena it gives me some spirit, nggak paham kenapa. Liriknya deep banget. Memang nggak ada hubungannya sama bagian ini, tapi i very recommend you to put this song on your playlist karena emang se-deep itu. 

By the way, selamat membaca!

***


Seperti perbincangan kemarin malam, Jayden membawa Kencana untuk memeriksa mata kanannya ke rumah sakit. Beserta dengan kedua putranya, ia menggandeng tangan Kencana untuk menuju kursi tunggu. Duduk di sana sembari terus mengeratkan genggamannya pada jari jemari sang bungsu. 

Di sampingnya, Marco terlihat menunduk. Walaupun semalam sudah berlalu, rasa bersalah yang tumbuh dalam benaknya masih tak kunjung surut. Semakin menggunung kala melihat wajah sedikit pucat milik adiknya. 

Namun Marco sangat bersyukur. Dibalik banyak khawatirnya, ada Javas di sebelahnya. Menepuk pundaknya berkali-kali untuk menenangkan dan sesekali mengatakan kalau ini semua bukan salahnya. 

"Adek mau minum dulu?" tawar Jayden, sembari menyelipkan beberapa helai surai Kencana ke belakang telinga. 

Kencana menggeleng, lalu kembali mengedarkan pandangannya untuk melihat sekeliling tempat ini. 

Tempat yang punya maksud baik, tetapi memberikan banyak trauma. Banyak yang keluar dengan keadaan sembuh dan sehat kembali setelah pergi dari sini. Tetapi tidak sedikit juga yang berakhir tinggal nama. 

Dan Anya merupakan salah satunya. 

Kencana ingat betul, kala tangisan milik Jayden terdengar sampai ke ruang tunggu. Teriakan penuh sesal dan marah pada Sang Pencipta, karena mengambil Anya begitu cepat. 

Baru beberapa waktu melihat mamanya tersenyum dan bercanda bersama dengan Javas. baru menikmati beberapa momen bersama dengan mamanya karena wanita kuat itu sempat dilanda koma untuk waktu yang lama. 

Ternyata Tuhan yang punya rencana. Anya pergi. Meninggalkan suami dan ketiga anaknya bersama dengan ratapan sedih dan pilu yang tidak pernah usai sampai hari ini. 

Wanita kuat itu sangat dirindukan oleh Kanaka. Bahkan Javas selaluberdoa supaya Anya bisa kembali. Bersama dengan mereka, seperti dulu lagi.

"Atas nama Kencana Putri Kanaka!"

Panggilan dari salah satu suster muda di rumah sakit tersebut, membuat Jayden  dan anak-anaknya bergegas bangkit. Mereka masuk ke dalam satu ruangan berukuran sedang dan bertemu dengan seorang dokter laki-laki yang sudah cukup berumur. 

Meliht perban yang melekat pada mata kanan Kencana, sang dokter tidak ragu untuk meminta gadis itu berbaring di atas brankar. Ia membuka perban milik Kencana dengan perlahan, lalu bertanya pada Jayden.

"Bisa diceritakan keluhannya, Pak?"

"Anak saya, Dok. Matanya kesikut sama temannya waktu olahraga di sekolah," jawab Jayden, sembari ikut berdiri untuk melihat secara langsung kondisi mata anaknya.

Diikuti oleh Javas dan Marco, mereka bertiga sama-sama berdiri di samping dokter. Mencoba memupuk rasa khawatir berlebihan dalam hati masing-masing. 

Walaupun bukan luka yang begitu serius, ketiga perkasa ini tetap punya takut. Takut kalau harus kehilangan untuk yang kedua kali. Cukup Anya saja, Kencana jangan pergi. 

Dokter tersebut berulang kali membuka mata kanan Kencana dengan perlahan. Mengarahkan senter untuk melihat dengan jelas, luka seperti apa yang ada di sana. Setelah mengamati dengan pasti, dokter tersebut mematikan senter dan berjalan menuju lemari kaca. Mengambil beberapa perban serta obat tetes mata dari sana. 

Kita dan Sekatजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें