I

3.3K 108 1
                                        

"Pokoknya kita putus!" ujar Ayla ketus pada pria yang baru saja berubah status dari kekasih menjadi mantan kekasih.

"Okay! Kamu kok yang salah! Bukan aku!" sahut Dion.

"Aku?!" tanya Ayla ketus sambil menunjuk dirinya sendiri.

Dion mengangguk yakin.

"Kamu yang selingkuhin aku! Kamu yang toxic! Kamu selalu nyuruh aku buat ngabarin 24 jam, ngelarang aku pergi kesana kemari, bahkan selalu numpahin segala kesalahan kamu ke aku terus kamu bilang aku yang salah?! Emang dasar hobinya gaslighting kamu tuh!" ujar Ayla kesal.

Ia tidak peduli dengan beberapa orang yang berlalu lalang di rumah sakit, melihatnya dan Dion dengan ekspresi aneh yang penting saat ini ia bisa menumpahkan segala kekesalannya pada pria ini.

"Jangan pikir aku gak tau kamu check-in sama temen kamu disini ya! Aku tau bahkan perempuannya yang mana! Mau aku seret orangnya ke sini?!" ancam Ayla yang sudah kepalang marah.

Dion kaget mengetahui bahwa Ayla tahu semuanya. Selama ini ia berpikir ia sudah bermain dengan sangat rapih namun nyatanya tidak.

"Laki-laki doyan selingkuh kayak kamu emang pantesnya ditinggalin aja! Dasar gak tau terima kasih! Aku yang nemenin kamu dari awal ujian masuk sampe akhirnya bisa kuliah spesialis begini malah kamu ngeduain aku begini. Ini balasannya? Okay! Tunggu sampai suatu saat nanti kamu nyesel dan jangan berharap aku mau balikan sama kamu!" ujar Ayla.

Tanpa mau membuang waktu, Ayla pergi meninggalkan mantan kekasihnya itu berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari lorong rumah sakit tempat ia dan Dion bertengkar.

Dengan segala kekesalannya, Ayla melangkahkan kaki menuju mobil, lalu bergegas pergi dari rumah sakit tersebut.

Dion yang memang sudah tidak mempedulikannya lagi, pergi begitu saja masuk ke dalam rumah sakit.

Dadanya terasa sesak selama perjalanan pulang menuju apartemennya.

Ia tidak menyangka, Dion setega ini padanya, padahal ia sudah memberikan semua untuk kekasihnya itu.

Ayla yang tadinya tidak ingin menangisi mantan kekasihnya itu akhirnya menyerah dan membiarkan air mata meluncur dengan bebas dari kelopak matanya.

Sambil sesekali mengusap air matanya, Ayla tetap menyetir mobilnya. Berharap ia bisa segera pulang agar bisa menangis sepuasnya tanpa harus khawatir akan menabrak pengendara atau kendaraan lain di jalan.


****


Sejak semalam, tentu saja yang Ayla lakukan hanyalah menangis.

Meratapi nasib percintaannya yang buruk.

Bahkan bisa Ayla bilang, yang paling buruk.

"Saya hari ini gak ke kantor, lagi kurang enak badan" ujar Ayla pada seseorang di ponselnya.

Setelah selesai berbicara, Ayla menaruh ponselnya di meja nakas kamarnya, lalu melangkah menuju dapur.

Ia mengambil gelas dan menekan tombol di dispensernya.

Banyak menangis sejak semalam membuatnya jadi lemas sendiri. Baru kali ini Ayla menangis sampai tubuhnya lemas begini. Bahkan ketika nenek kesayangannya meninggal dunia, Ayla tidak menangis sehebat ini.

Dion benar-benar sukses mematahkan hatinya!

Ayla membuka kulkas dan kemudian mencari bahan makanan yang bisa ia makan untuk sarapan. Ia terlalu malas dan malu untuk keluar dari apartemennya karena kedua matanya sembab sehabis menangisi pria brengsek itu.

"Udahlah panasin aja tamago yang kemaren beli" ujarnya yang akhrinya mengeluarkan tamago dari dalam kulkas dan memanaskannya ke dalam microwave.

Sambil menunggu, Ayla mengeluarkan sebotol es kopi susu berukuran dua liter yang selalu ia stok di dalam kulkasnya itu.

Ia menuangkannya ke dalam gelasnya, lalu menenggaknya sampai habis.

Setelah tamago miliknya sudah selesai dipanaskan, Ayla mengambilnya lalu segera menyantapnya.

Dengan tatapan kosong, Ayla menyantap sarapannya.

Pikirannya masih tertuju pada mantan kekasihnya. Pada semua bukti-bukti perselingkuhan yang Dion lakukan di belakangnya, bersama wanita yang ternyata seorang residen di rumah sakit yang sama dengan Dion.

Semula Ayla hanya menganggap bahwa Dion pergi dengan wanita lain hanyalah kabar burung. Atau kalaupun benar, itu hanya salah satu teman Dion saja.

Namun ternyata Ayla salah.

Dion benar-benar bermain api dibelakangnya.

Padahal selama ini Ayla sudah menjaga hatinya hanya untuk Dion. Ia begitu membatasi komunikasinya dengan pria manapun, termasuk teman-teman prianya. Ayla sadar, bisa dihitung dengan jari berapa kali ia bertemu dengan teman-teman prianya sejak ia berpacaran dengan Dion.

Namun kini malah Dion yang tidak bisa menjaga kepercayaan yang Ayla berikan padanya.

Bahkan pria itu bisa-bisanya menyalahkan dirinya yang terlalu sibuk dengan usaha yang tengah dirintisnya.

Belum lagi dengan perusahaan keluarga yang juga masih tanggung jawabnya yang harus ia urus. Ayla tidak bisa diam di satu tempat saja.

Air mata Ayla lagi-lagi mengalir mengingat semua perlakuan yang ia terima selama menjadi kekasih Dion.

Semua tingkah toxic Dion yang ia terima awalnya ia pikir adalah bentuk perhatian nyatanya adalah tindakan 'beracun' yang pelan-pelan menyakiti dirinya sendiri tanpa ia sadari.

"Kenapa harus gagal lagi sih Ya Tuhan" ujar Ayla sambil menangis di ruang makannya.

Air matanya mengalir deras sedangkan mulutnya sibuk mengunyah sarapannya.

When you're broken-hearted but you need to eat.

Napasnya tersengal-sengal karena tangisannya yang semakin deras.

"Gak apa-apa nangis sekarang, abis ini gue gak boleh nangisin si brengsek lagi!"

Mr. FragileWhere stories live. Discover now