27✓

8.7K 532 14
                                    

"bye kak." Cila melambaikan tangannya sebelum memasuki mobil. Sebenarnya tadi ia sempat merengek supaya diijinkan nginep, tapi tatapan ayahnya sangatlah tak bersahabat.

"Hati hati yah." Ujar Rara melambaikan tangannya dengan tersenyum.

Tin!

"Padahal aku masih kangen ngumpul bareng." Rara menatap lirih kearah depan. Entah kenapa tiba-tiba moodnya gak jelas.

Aksa tersenyum menatap Rara. Ia merangkul istrinya dan membawanya kedalam. " Aku juga kangen sama istri ku yang gemesin ini."

"Orang udah serumah juga masih kangen. Kan kasihan yang virtual."

"Virtual? Kenapa emangnya?"

"Ya kamu aja yang udah serumah masih ngomong kangen terus, gimana yang virtual gak pernah ketemu."

"Kiss and hug online dong."

Aksa dan Rara tertawa bersama. Pembicaraan yang random dan gak jelas saja sudah membuat mereka sebahagia sekarang. Memang ya, bahagia itu sederhana dan bahagia itu kita yang buat sendiri.

"Semalem aku lihat Lia sama Arga."

Rara mengurungkan niatnya yang hendak mengambil minum. Ia menghampiri Aksa yang berada didepan televisi. "Dimana?"

Aksa melirik Rara sekilas. Ia bersandar dipunggung sofa dengan tangan yang ia rentangkan dan membawa Rara bersandar di bahunya. Ia tersenyum ketika Muti ikut naik dan duduk dipangkuan Rara. Sepertinya Muti tengah mencari tempat untuk tidur.

"Aksa ih."

"Kenapa?"

"Ketemu dimana?"

"Dipinggir jalan. Kayaknya mereka balikan Ra. Kelihatan banget mereka ketawa bahagia."

Rara mendongak menatap Aksa. Ia tahu, pasti sekarang Aksa tengah menahan emosinya. Secara, vino adalah sahabat Aksa yang paling berjasa dalam perjuangan untuk mendekatinya.

"Vino gimana Sa?"

"Sibuk kuliah mungkin Ra. Kan orang yang dia jaga dulu udah balik lagi sama masalalunya."

Rara mengusap-usap kucingnya yang tengah tidur dipangkuan nya. "Pasti sakit banget ya jadi Vino."

"Banget lah. Kadang aku pengen marahin Lia, tapi ya... Mau gimana lagi."

"Lia itu masih belum paham begituan Sa."

"Setidaknya dia paham gimana sakitnya Vino. Dia sendiri udah tahu kan, gimana rasanya ditinggal orang yang disayang."

"Tapi, apakah Arga pulang buat Lia?"

"Maksudnya gini loh. Kan Arga ninggalin Lia secara mendadak, satu tahunan lebih lho. Tanpa kabar sama sekali, kan gak masuk akan. Selama satu tahun dia pergi tanpa chat ataupun call Lia, hanya karena alasan ngurus bisnis Papanya. Aneh gak sih menurut kamu?" Rara menatap Aksa yang tampaknya sedang mencerna ucapannya.

"Dia pamit sama kamu gak waktu dia pergi? Secara kan kamu sahabat dekatnya."

"Terakhir kali aku ketemu Arga itu, sehari sebelum Oma meninggal."

"Pas Oma meninggal Arga datang gak?"

"Enggak."

Ting!

Ting!

Ting!

Rara mengambil ponselnya yang terus berbunyi. Ia kembali bersandar di dada Aksa, dengan Muti yang masih tertidur pulas dipangkuannya.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang