15✓

18K 1K 24
                                    


Tok tok tok

Lia mengetuk pintu rumah Rara, ia berniat untuk bermalam disini sembari meminta solusi kepada sepupunya yang pintar ini.

"Lia?"

Lia tersenyum menatap Aksa yang membukakan pintu. "Rara ada?"

"Ada, lagi masak. Masuk gih."

"Makasih."

"Siapa sa?" Teriak Rara sembari menyiapkan makanan.

"Lia."

Rara menatap kearah Aksa dan benar, Lia tengah berjalan dibelakangnya. "Makan bareng sini, btw ada apakah gerangan?"

"Gue mau nginep disini boleh?" Tanya Lia ragu-ragu.

"Boleh dong." Jawab Rara.

"Kamar tamu kosong." Imbuh Aksa.

"Tapi gue maunya sama Rara, soalnya mau sekalian cerita."

"Hah? Nggak-nggak, ntar gue gabisa tidur kalau Rara sama lo." Protes Aksa.

"Yailah, semaleman doang sa."

"Gakpapa, nanti aku temenin tidur dulu baru aku sama Lia."

"Ck, dasar nek lampir nyusahin aja. Mana bisa gue tidur tanpa Rara." Batin Aksa.

Mereka bertiga memakan makanan dengan lahap, masakan Rara memang tak pernah mengecewakan. Entah seberapa beruntungnya Aksa mendapatkan istri seperti Rara.

"Dahlah, masakan lo emang ngangenin Ra." Puji Lia ketika melahap sendokan terakhir. Lia membantu Sepupunya mencuci piring dan membereskan meja.

"Gue nidurin Aksa dulu, lo tunggu dikamar tamu."

Lia melirik Aksa yang berjalan menghampiri Rara dengan mata yang menahan ngantuk. Lia menggeleng tak percaya, pasalnya ia baru tahu kalau Aksa semanja ini sama Rara? "Tiap hari lo begitu ra?"

"Kenapa? Gak boleh?" Tanya Aksa sewot.

"Dasar bayi!" Ejek Lia yang kemudian berjalan menuju kamar tamu.

Rara menatap Aksa yang tengah memeluk erat tubuhnya. "Tuh diejek bayi, gak malu apa?"

"Nggak." Aksa menggendong Rara ala bridal style dan membawanya ke kamar dengan memberikan beberapa kecupan di keningnya.

"Sa, nanti Lia lihat lo." Ucapnya dengan menahan kepala Aksa.

"Biarin, lagian juga udah sah kan?"

Iri, itulah yang Lia alami. Ia harus menjadi saksi betapa manjannya Aksa dan sabarnya Rara. "Gini amat nasib gue. " Rintih Lia yang mengintip dari celah pintu.

Aksa merebahkan tubuh Rara dikasur, ia tidur dengan menjadikan tangan Rara sebagai bantalan. Tangannya kini mulai mengusap punggung Rara.

"Tidur cepet, gak enak aku ditungguin Lia." Rara menepuk-nepuk punggung Aksa dan memberikan beberapa kali kecupan dikepalanya.

Lia berjalan kesana-kemari menunggu Rara, pasalnya ia sudah tak sabar ingin menceritakan semuanya. Pikirannya tengah kacau balau.

Tok tok tok

"Lia?"

Lia membukakan pintunya dengan segera ia menarik Rara untuk masuk dan menutup pintunya. Lia membawa Rara duduk dipinggiran kasur. Ia memegang erat tangan Rara, harus dari mana Lia bercerita?

"Cerita gih."

"Tadi Arga kerumah gue, dia ngajak jalan, dia ceritain kenapa dia ninggalin gue dan dia..

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang