*1*

11.6K 351 19
                                    

*Someone POV*

Pertemuan yang tidak disengaja, mungkin itu yang tepat untuk keadaan kita saat ini. Takdir kah? Apa itu tidak terlalu berlebihan? Apapun itu namanya, aku tidak peduli. Pertemuanku dengannya adalah hal yang mungkin saja bisa aku syukuri. Karena dia yang membuat aku mengerti segala sesuatu yang belum aku mengerti.

Cinta? Membicarakan soal cinta, aku tidak yakin dengan itu. Bahkan mungkin aku tidak mempercayainya lagi. Lagi? Ya, karena dia tentunya.

*_*_*_*_*

Pagi itu aku berjalan menuju stasiun. Menggunakan kereta untuk menuju kantorku. Karena ini hari Senin, di mana hari sibuk, jalanan macet.

Sesampainya aku di stasiun, aku sudah melihat tumpukan penumpang kereta yang begitu banyak. Sepertinya aku akan melewatkan beberapa kereta melihat begitu banyaknya penumpang, pikirku.

Kereta pertama pukul 06.10 pagi sudah datang, aku melihat penumpang berdesak-desakkan untuk memasuki kereta yang sebenarnya sudah penuh.

Kereta kedua pukul 06.25 pagi datang, dan penumpang masih berdesakkan masuk. Aku memutuskan untuk menunggu yang berikutnya. Setidaknya masih ada waktu sebelum aku terlambat sampai kantor.

Kereta ketiga jam 06.40 pagi datang, aku bersiap di peron. Melihat sudah tidak terlalu banyak penumpang, meski masih ada beberapa penumpang transitan dari kereta lain.

Tidak kuduga, di dalam masih berdesakkan. Aku memaksa masuk, tubuhku didorong dari belakang agar aku bisa masuk sempurna ke dalam kereta.

Seperti menang lotre tiap minggu, aku senang akhirnya bisa masuk kereta. Aku bernafas lega meski gak lega-lega banget karena di dalam kereta penuh sesak.

Kereta berhenti, tapi sialnya aku kehilangan keseimbangan karena aku tidak berpegangan pada apapun.

Tapi anehnya aku tidak terjatuh, kok bisa ya? Pikirku.

Aku merasakan seseorang menahan pinggangku. Dia berada di belakangku. Posisinya seperti ini >> aku hampir jatuh ke depan, tiba-tiba ada tangan yang seperti memeluk pinggangku dari belakang. Kebayang 'kan posisi aku dengannya? Kalau tidak terbayang, bayang-bayangin saja ya.

Aku terkejut dan langsung berdiri sempurna kemudian berpegangan pada pegangangan yang ada. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya.

"Y.. ya. Aku tidak apa-apa. Terima kasih," jawabku dan berterima kasih. Bagaimanapun juga, dia sudah menyelamatkan aku dari rasa malu. Kenapa malu? Ya jelas lah, jatuh di antara orang-orang itu bikin malu, sakitnya sih gak seberapa, malunya itu loh.

*_*_*_*_*

Aku sudah tiba di kantor, benar perkiraan aku kalau aku tidak terlambat. Yosh!!!

Setelah absen, aku langsung menuju meja kerjaku. Membuka laptop dan mengecek kerjaan yang mungkin belum aku selesaikan.

"Maaf kalau tadi aku lancang menahanmu." Pemuda itu mulai perbincangan, aku mendengarkan. Posisi kami sebelah-sebelahan, berdiri.

"Iya tidak apa, justru aku berterima kasih karena kau sudah menyelamatkanku dari rasa malu eh maksudnya dari hampir terjatuh." jawabku seraya menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

Aku melihat pemuda itu tersenyum. Astaga! Demi Homogami di sana, dia manis sekali kalau tersenyum! Bisa tidak waktu diberhentikan dulu supaya itu senyum tidak menghilang. Pikiranku kacau nih.

Aku balas tersenyum, tapi aku rasa senyumku ini membuat pipiku memerah. Aduh apa-apaan aku ini malu-maluin aja. Akhirnya aku menundukkan kepala. Mas, mas coba jangan senyum terus dong, bikin doki-doki aja nih. Gerutuku dalam hati.

"Ah ya, aku Lana. Namamu siapa?" tanyanya yang mau gak mau bikin aku mengangkat wajahku lagi. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan.

"A.. a-aku Arva," jawabku agak gugup dan menjabat tangannya.

Dia senyum lagi. Oh Homogami, jika dia straight, tolong kutuk dirinya jadi gay biar kami bisa bersatu. Doaku mengada-ngada.

Ya intinya sepanjang perjalanan, kami ngobrol-ngobrol. Apapun itu. Sampai akhirnya dia turun duluan di stasiun tujuannya.

"Arva, aku harap kita bisa bertemu lagi. Aku senang bisa berkenalan denganmu. Sampai nanti," ucapnya sebelum dia turun dari kereta.

Aku tersenyum dari dalam kereta ketika dia melambai-lambaikan tangannya dari luar kereta.

"Woy! Ngelamunin apa nih? Pagi-pagi udah ngelamun aja coba." Suara yang tidak enak di telinga sekaligus yang sudah aku kenal memecahkan lamunanku.

"Ah, sial ganggu aja sih. Lagi ngelamun yang enak-enak nih," jawabku sedikit kesal.

"Mesum kau mesum!" ucapnya seraya duduk di kursi kerjanya yang berada di sebelahku.

"Aku gak mesum!" balasku.

"Lagi seneng? Itu wajah berseri-seri banget deh." Orang itu coba menebak-nebak.

"Ciee yang tau dah. Iya nih, lagi seneng dong," jawabku sumringah.

"Ceritakan padaku, ayo ceritakan," pintanya dengan antusias.

"Aku bertemu seseorang di kereta tadi. Dan entah, aku merasakan sesuatu. Tapi aku gak tau perasaan apa itu," jelasku.

"Cinta pada pandangan pertama," ceplosnya watados dengan wajah sok mikir.

"Sok tahu kau Ka," ujarku. Temanku ini memang sok tahu, Erka namanya. Teman kantor, tapi lumayan dekat lah. Dia tau aku menyimpang, dan ternyata dia juga menyimpang. Memanglah mungkin kami ditakdirkan bersama. Eh tunggu, bersama dengan Erka? Oh BIG NO.

Dia hanya tertawa. Aku bisa jadi bahan ledekannya nih. Sial!

*

*

*

Apa-apaan ini Rei??? When you come aja belum update, udah update cerita baru??? Aduh maafkan maafkan. Tadi lagi di busway tetiba ada dipikiran aja deh. Karena kapasitas otak Rei terbatas, jadi dituangin aja kesini xDDD Terus ini gak diedit-edit lagi, jadi kalau ada kata-kata yang aneh, maklum aja ya, soalnya Reinya juga aneh -" Yg baca, jangan lupa Vote dan Komen ya. Kali aja Rei berniat lanjutin ini cerita...

Sankyu ya~

Give me your love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang