Masih asik melamun, mata Fajar reflek beralih menatap seseorang laki-laki. Berbaju rapi, tinggi tegap, dan terlihat sangat berwibawa.

"Pak, Tio?" ucap Fajar pelan.

Fajar langsung bertanya-tqjya dalam hatinya, untuk apa Pak Tio datang ke ke sekolahnya? Untuk saat ini semua orang bebas masuk ke sekolah. Karna acara pembagian raport, orang tua maupun Wali siswa-siswi akan masuk juga.

Tidak ingin melihat Pak Tio kebingungan, Fajar segera menghampirinya.

"Pak, Tio ngapain disini?" tanya Fajar to the poin.

"Lihat anak ayah," jawab Tio sangat lancar.

Deg!
Fajar merasakan ada hawa aneh, yang membuatnya seketika menjadi senang tanpa alasan. Rata-rata yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Begitu hangat dan sangat nyaman, perasaannya teduh dan sangat-sangat candu.

"Pak ...."

"Ayah!" potong Tio, saat tau Fajar akan mengatakan kata 'Pak Tio'

"Panggilnya, Ayah gitu," saran Tio, mengelus puncak kepala Fajar.

Lagi dan lagi Fajar terenyuh. Selama belasan tahun hidup di bumi, ia smaa sekali belum pernah merasakan namanya kasih sayang dari orang tua. Ia selalu saja di asingkan di keluarganya sendiri.

"Jadi gini rasanya, punya, Ayah? Enak banget ya Allah, kasihan banget Fajar, baru bisa ngerasain sekarang," batin Fajar tersenyum bahagia.

"Fajar, dapet juara," ucap Fajar mengangkat penghargaan, berniat pamer.

"Pinter banget, Anak Ayah," puji Tio, merangkul punggung kecil Fajar.

"Iya, dong."

"Ayo, Ayah traktir makan."

"Gaskeun!"

Fajar dan Ayahnya mulai berjalan keluar sekolah. Sekolah memang memperbolehkan siswa-siswi pulang jika sudah menerima raport. Tapi kebanyakan siswa-siswi memilih di sekolah dulu, hanya untuk sekedar foto-foto, atau menunggu orang tua mereka yang saling mengobrol.

"Eh, Gin, itu Fajar sama siapa?" kata Via, yang melihat Fajar sambil di rangkul oleh Tio.

"Iya, yah, kelihatan deket banget," sambung Dewi.

"Papahnya mungkin," jawab Gina.

"Lu tololl, apa gimana sih! Papah Fajar bukan yang itu, gue paham bener mukanya. Papahnya Fajar itu mukaknya judes, kalo yang ini kelihatan ramah banget, gak sih?" jelas Dewi, diakhiri dengan tanya.

"Iya, kelihatan ramah," jawab Via.

"Om-nya mungkin." sambug Via.

"Fajar gak punya saudara! Saudaranya pada jauh-jauh!" geruntu Gina yang sudah tau seluk bekukan keluarga Fajar.

"Jadi siapa dong?" tanya Dewi lagi.

"Entar dia mau nyulik Fajar!" jawab Via ngelantur!

"Gak mungkinlah goblok! Orang kelihatan deket banget juga.

"Yee, gue kan cuman bantu jawab, kok ngegas!"

"Emosi saya!" hardik Dewi.

"PMS nih, anak," sambung, Gina.

"Ikutin kuy," seru Via.

"Gas!" jawab Gina, dan Dewi kompak.

Tiga manusia Mars tersebut pun kini berjalan ala detektif, mengikuti Fajar dan ayahnya pergi. Sungguh Gina tidak mau ketinggalan satu info pun tentang Fajar, jika bisa Gina harus tau semua tentang Fajar.

"Mereka kemana sih!?" ketus Via mulai cape.

"Wow mereka makan, njir! Wah, gue salut sama Fajar, meskipun punya lestoran terbesar di kota, masih mau makan di cafe kecil," kagum Via.

"Yee, Fajar mah, dimanapun mau, kalo ada sosis!" cemooh Dewi.

"Bener! Fajar bakal mau makan dimana aja asal ada sosis, sama es coklat!" perjelas Gina.

"Mereka masuk, cuyy, mau ikutan masuk?" tanya Via. Yang melihat Fajar dan Tolik masuk ke cafe tersebut.

"Masuklah apalagi!" jawab Gina cepat.

"Gas!" sahut Dewi.

Via hanya terdiam, ia tidak membawa banyak uang, ia takut jika nanti semisalnya harus membeli makan, tidak mungkin makanan di cafe tersebut harganya lima ribu! Karna yang tersisa di kantung Via hanya itu.

"Oke, mode, ngemis tanpa ketawan on!"

Mode ngemis tanpa ketahuan, yang dimaksud Via adalah, meminta traktiran kepada teman-temanya dengan alasan yang sesuai dengan keadaan. Misalnya keadaan saat ini. Via akan meminta traktir Gina dengan alasan menemaninya mencari taun tentang Fajar.

*Pernah gini, cuyy???

*Pernah gini, cuyy???

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Si kembar 😍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Si kembar 😍

Hayo, ada yang bisa bedain??

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Where stories live. Discover now