"BISA GAK KALAU JALAN ITU PAKAI MATA HAH!" teriak Adira marah. "SIAPA YANG NYENGGOL DAN SIAPA JUGA YANG JATUH, BODOH!"

"M-maaf kak aku gak sengaja nyenggol tadi" ucap siswi itu menunduk.

"JALANAN DISINI LEBAR RINAI PUTRI! GUE JALAN DIPINGGIR DAN LO LIATKAN KALO GUE GAK HABISIN TEMPAT!"

(Jika kalian tidak ingat dengan Rinai Putri dia gadis yang tidak sengaja menubruk Avandy di part 13)

"Beneran kak a-aku gak sengaja" elak Rinai dengan air mata yang sudah keluar.

Adira yang geram menjambak rambut Rinai dengan kasar, karena perempuan itu terus mengelak.

"Gue gak suka main-main Rinai" ucap Adira penuh penekanan.

"AAKKHH SAK-KIT" erang Rinai karena Adira menjambak penuh amarah. "A-aku emang gak sengaja kak, kenapa kak Adira jambak rambut aku. Ini sakit hiks..."

Para murid yang melihat itu ada yang merasa puas ada juga yang merasa iba karena telah berurusan dengan Adira si ratu bullying yang sudah lama tidak melakukan aksinya.

'Ratu bullying is back'

'Adira balik woy, seru parah ini pasti'

'Heh gue liat lo tadi sengaja ya nyenggol Dira!'

'Ngelak mulu lo!, dijadiin perkedel baru tau rasa lo ya'

'Gak tau aja gimana lawannya'

'Jadi cewek kok menye-menye lor telor'

'Jalanan gede neng, ngapa jadi bisa lo gak sengaja nyenggol'

Semua itu ujaran dari para murid yang menyaksikan. Tidak ada sama sekali yang membela Rinai.

"Ayoo Dira tunjukin aksi lo" seru Nindi bersorak bersama dua anteknya yang setia disamping perempuan itu.

"Adira, kalo mau gue bisa bantu" ucap Sinta bertepuk tangan.

"Lemah lo Rinai, gue aja pernah di tonjok sama Adira B aja tuh" sahut Andin meremehkan Rinai yang baru saja dijambak menangis kesakitan.

Nindi dan Sinta yang mendengar itu melototkan matanya. "Heh jubaedah bukannya lo nangis kejer hah! Sampe gamau ketemu Adira 2 minggu" semprot Nindi mendelik

Sedangkan Andin hanya menyengir polos.

__°°°__

Nindi, Sinta, Andin ini adalah siswi yang suka membully, namun mereka tidak ada yang berani berurusan dengan Adira dan tiga sahabatnya itu.

Jika dibanding bully membully Adira dkk lebih kejam daripada Nindi, Sinta, dan Andin.

Dulu saat belum tahu jika Adira, Bianca, Jeslyn, Ria si tukang bully. Nindi dan yang lain mencoba untuk mengganggu mereka, namun bukannya Nindi dkk yang menang, mereka malah babak belur semua.

Bukan-bukan ini yang Nindi, Sinta, dan Andin mau. Mereka pikir akan bermain jambak-jambak an atau menyiram dengan air pel. Tapi Adira dan ketiga lainnya bermain otot atau tangan yang membuat Nindi dkk mati kutu ditempat.

Tiga siswi itu malah menjadi bawahan Adira dan yang lainnya. Nindi,Sinta, dan Andin awalnya memberenggut kesal, namun lama kelamaan mereka terbiasa, karena Adira dkk sering membantu kebutuhan pokok mereka bertiga.

Jadi sampai saat ini mereka sangat-sangat menghormati Adira dan ketiga sahabat Adira itu, dan biasanya mereka akan membantu jika menyangkut bully membully.

__°°°__

"Gue peringatin lo sekali lagi Rinai, sampai lo cari masalah sama gue. Lo mati." bisik Adira tepat ditelinga Rinai.

Gadis yang mengerang kesakitan karena jambakan Adira sangat kuat seketika terdiam ketakutan.

"M-maaf kak maa--" ucapan Rinai terpotong  dengan suara bhas milik seseorang.

"ADIRA!"

Adira yang mendengar itu menoleh dan melihat Avandy yang kini berjalan menuju dirinya dengan amarah yang terlihat jelas dan tatapan tajam yang menghunusnya.

Sedangkan Rinai yang melihat itu semakin menangis meraung meminta dilepaskan. Senyum licik terpatri dibibir perempuan itu.

"Hiks.. kak Avandy tolong"

"S-sakit kak.."

"Hiks.. kak Av--"

Perempuan yang kini menangis terdiam bisu dengan muka memerah. Avandy yang dikira akan membelanya ternyata salah besar, karena Avandy..

"Adira sayang, are you okay?" tanya Avandy khawatir diikuti para sahabatnya yang berada dibelakang kekasihnya.

Avandy berjongkok dan memegang tangan Adira untuk diperiksanya, ia membolak-balikkan tangan kekasihnya. Avandy juga membawa Adira untuk berdiri dan memutar tubuh gadisnya.

Saat tidak ada sama sekali yang terluka, Avandy menghela nafas pelan dan memberi senyum tipis untuk Adira.

"Tidak ada yang terluka" ucap Avandy pelan dengan mata yang berkaca-kaca.

Adira sedari tadi hanya diam mendapat perlakuan seperti ini dari kekasihnya. Ia sama sekali tak membuka suara, hanya menatap wajah Avandy yang sangat ketara jika lelaki itu mengkhawatirkan dirinya.

"Ara, you okay. Jangan membuat kami khawatir" ucap Bianca dengan wajah sendu dan mengelus rambut Adira dengan penuh kasih sayang.

"Mengapa bisa seperti ini? Untung saja kamu tidak terluka" sahut Jeslyn lirih.

Ria, gadis itu menerjang tubuh Adira dan memeluknya erat. "Kamu pasti baik-baik saja" ucap Ria pelan.

Adira menatap mereka semua dengan pandangan yang sangat sulit diartikan. Perempuan itu mengurai pelukannya dan memberikan senyum tipis kepada Ria.

"I'm fine.." ujar Adira meyakinkan.

"Ayo pergi.." ucap Edgar.

Sebelum beranjak pergi Adira menatap Rinai dengan senyum miring dan menatap Nindi dengan berujar. "Urus gadis nakal ini Nindi" perintahnya.

Nindi, Sinta, Andin yang tadi melihat bagaimana Avandy dan para sahabat Adira yang sangat mengkhawatirkan Adira itu kini tersadar dan menganggukkan perintah dari si ratu bullying itu.

"Ayo Rinai, ini masih pemula" ucap Nindi menyeringai.

TBC
.
.
HAI REK MAKASIH YA YANG UDAH KASIH VOTE DAN KOMEN, DAN MAKASIH BUAT SI PEMBACA CERITA FIKSI INI❤
.
.
KALO CERITA INI GAK SESUAI SAMA YANG KALIAN MAU, TIDAK APA-APA JIKA KALIAN MAU BERHENTI MEMBACA
.
.
BUT, KEEP SPIRIT IN DOING ANYTHING FOR YOU!👋🏽

Ig @moon.star1407

🐻

Jiwa Bersama (ON GOING)Where stories live. Discover now