1

3.1K 326 14
                                    

"Lo bener-bener anak gak berguna, si*lan!" Bentakan kasar itu berasal dari seorang wanita paruh baya dengan balutan dress seksi. Wanita itu memarah-marahi seorang anak remaja berumur 15 tahun yang notabenenya adalah anaknya sendiri.

Anak itu sendiri kini meremat tangannya kuat, dia rasanya sudah tidak tahan dengan ibu kandungnya sendiri yang merupakan seorang pelacur disebuah club' malam kelas atas di Los Angeles.

Awalnya mereka tinggal di Indonesia, dengan keadaan serba kekurangan ditambah lagi dengan tanpa seorang ayah karena ayahnya yang telah meninggal dunia saat umur anak itu 5 tahun. Ibunya dulu sangat baik padanya, namun kini semuanya berubah semenjak ibunya ditawari menjadi seorang pelacur dengan gaji besar. Hidup yang serba kekurangan membuat ibunya akhirnya nekat menjadi seorang pelacur.

Ibunya yang merasa menghasilkan banyak uang akhirnya menjadi gelap mata, ibunya kini sering memakinya dan sering pula main fisik dengannya.

Awalnya ibu nya memaksanya untuk menjadi seorang gigolo, namun Berlian nama anak itu, menolak dengan keras keinginan itu hingga akhirnya ia menjadi seorang waiters diclub malam yang sama seperti ibunya.

Berlian ingin melawan tapi apalah daya, dia juga sangat menyangi ibunya. Ia tau betapa sakitnya ibunya, karena memilih pekerjaan yang beresiko ini. Akhirnya hanya satu kata terucap dari mulutnya.

"Maafin Berlian ibu."

Berlian sebenarnya adalah anak yang pemberani namun ia sulit untuk menjalin sebuah hubungan sosial. Dia tidak memiliki teman namun ia menjadi seorang pengamat lingkungan yang ditempati, yang dimana diisi oleh orang-orang bar-bar sehingga membuatnya sedikit tertular kebar-baran mereka.

"Enak banget Lo ngom-," ucapan ibunya yang bernama Belinda terpotong karena datang seorang wanita yang tak kalah seksi.

"Pstt Bel~"

"Apaan!" jawab Belinda dengan kesal.

"Klien yang ditumpahin wine sama anak lo, katanya bakal maafin kalau anak lo mau one night stand sama dia." Begitulah kira-kira bisikan yang disampaikan ke telinga Belinda. Belinda terlihat tersenyum lebar kemudian ia melihat ke arah anaknya yang benar-benar tak berguna menurutnya.

"Heh lo bocah sialan! Lo harus mau one night stand sama Bos Batubara yang baru aja lo tumpahin wine." Belinda yang tak memikirkan perasaan anaknya segera meraih tangan Berlian dan menyeretnya ke private room tempat bos yang dibicarakan kini berada.

Berlian terlihat menggeleng kuat. "Gak mau Bu! Berlian itu cowok! Berlian gak mau!"

Berlian menggigit tangan ibunya dengan kuat, kemudian melarikan diri secepat mungkin dari tempat itu. Belinda tentunya tak terima mulutnya terus mengumpati Berlian sambil terus mengejar anak itu.

Untungnya penjagaan di Club itu sangat ketat, sehingga membuat Berlian yang tak terikat kontrak apa pun bisa lepas dengan mudah berbeda dengan Belinda yang terkait kontrak dengan Club' itu sehingga para penjaga menahan Belinda yang akan keluar mengejar Berlian yang sudah nampak sangat jauh dari Club' elite itu.

"Hiks.. akhirnya gue milih buat ninggalin ibu disana," gumam Berlian sambil menangis tersedu memikirkan ibunya. Namun memang sebelumnya pun Berlian memang sudah merencanakan untuk kabur lepas dari kekangan ibunya, dia sudah menyiapkan sedikit uang untuk kembali ke tanah air, setidaknya disana dia masih memiliki nenek walaupun ia tidak tau apakah neneknya masih hidup atau telah berpulang kepada yang kuasa. Namun seperti nya opsi kedua adalah yang paling memungkinkan karena saat keberangkatan ia dan ibunya ke Los Angeles neneknya sedang sakit parah.

"Astaga, goblok banget, itu dokumennya make ketinggalan segala sih." Berlian baru menyadari jika ternyata ia hanya membawa uang nya saja tanpa membawa dokumen penting yang menjadi syarat untuk ia kembali ke tanah air.

"Apa gue tinggal disini aja? Lagian kemungkinan besar nenek hidup sangat kecil dengan uang pas-pasan begini keknya lebih baik gue sementara tinggal di negara ini dulu." Kakinya terus berjalan dan mulutnya tak berhenti bergumam untuk membuat sebuah keputusan.

Dia berjalan dengan mata lurus ke depan digang sepi dengan cahaya temaram. Jujur saja Berlian sangat takut dengan kegelapan namun ia tetap nekat memberanikan dirinya, dia mengalihkan rasa takutnya dengan terus bergumam acak.

Srek... Srek...

Bugh

Bugh

"Suara apa itu?" tanyanya dengan waspada menatap sekeliling. Suara itu terdengar semakin berisik ketika Berlian semakin melangkah maju.

Berlian semakin takut, tapi dirinya juga sangat penasaran dengan apa sebenarnya yang terjadi di depan sana. Bisa saja sebenarnya ada seseorang yang sedang dikeroyok di depan sana, memikirkan itu membuat jiwa tolong menolongnya bangkit.

Akhirnya ia pun nekat berjalan semakin dekat, dengan langkah dibuat sepelan mungkin.

Deg

Berlian mematung, sepertinya ini adalah pilihan paling fatal yang pernah ia buat.

Masih ada harapan kah untuk ia berputar balik melarikan diri ke tempat yang lebih aman. Pemandangan ini terlalu menakutkan untuknya, namun kini ada secuil rasa ingin menolong kepada orang yang kini sedang dikuliti hidup-hidup dan ditonton oleh banyak orang berpakaian hitam.

Orang yang dikuliti itu kini terlihat masih hidup dengan banyak memar ditubuhnya.

Itu membuat sekujur tubuh Berlian meremang. Berlian berusaha untuk mundur melarikan diri sebelum Ketahun orang-orang itu.

"Shit lambat banget gue, lebih baik langsung lari aja, mereka juga pasti bakalan bodo amat." Batinnya meronta, kaki pendeknya yang hanya terbalut sepatu lusuh itu akhirnya berlari secepat mungkin. Namun disaat berlari dan belum terlalu jauh dari tempat orang-orang menyeramkan itu dia malah menginjak sebuah kaleng soda yang tergeletak di tengah jalan.

Entah mengapa dengan spontan kakinya langsung berhenti berlari, kepalanya menunduk melihat sebuah kaleng soda yang telah penyok diinjak olehnya. Kemudian dengan patah-patah ia melihat ke belakang tubuhnya dan terlihat lah orang-orang itu yang kini sedang menatap dirinya dengan tajam.

Berlian langsung menegap, tubuhnya menghadap pada orang-orang itu.

Dia kini begitu canggung dan ketakutan, air mata menggenang dipelupuk matanya ketika melihat salah satu dari orang-orang berpakaian hitam itu mengacungkan sebuah revolver ke arah dirinya.

Berlian memberikan cengiran Pepsodent, dengan genangan air mata terjatuh melewati pipi bulatnya yang terlihat kemerahan.

"Ki-kita damai yah om, ok?" Rasanya saat ini dia akan tinggal kenangan saja, mereka tetap tidak mengalihkan pandangannya dari Berlian yang kakinya saja sudah bergetar hebat.

"Sa-saya pergi dulu yah om." Karena tidak ada respon apa pun Berlian mencoba melangkah kembali meninggalkan orang-orang menyeramkan itu.

"Diam disana," ucapan itu bagaikan perintah mutlak yang tidak bisa ditolak, kaki Berlian pun tak jadi melangkah karena itu. Tidak menjadi melangkah bukan berarti tak jadi pergi karena Berlian yang kini lebih memilih berlari secepat kilat meninggalkan mereka.

Dor

"Te dije que te detuvieras, hermanito."

......

Translate : "Aku menyurhmu berhenti, adik kecil."

.

.

.

TBC

Mi Diamante (On Going)Where stories live. Discover now