Chapter 19 : Kalung dandelion

72.1K 7.3K 2.1K
                                    

Mau jadi penulis hebat? Jangan Plagiat!!

PART DI PUBLISH ULANG DAN TIDAK ADA PERUBAHAN SAMA SEKALI. SELAMAT MEMBACA KEMBALI!!

ALASKALETTA 2 TERSEDIA DI WATTPAD DENGAN JUDUL "RAJALETTA" FOLLOW AKUN WATTPAD AUTHOR UNTUK MENDAPATKAN INFO UPDATE CERITA RAJALETTA 🔥👇👇

ALASKALETTA 2 TERSEDIA DI WATTPAD DENGAN JUDUL "RAJALETTA" FOLLOW AKUN WATTPAD AUTHOR UNTUK MENDAPATKAN INFO UPDATE CERITA RAJALETTA 🔥👇👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_

_

_

_

_

"Kamu adalah mekar indah yang di paksa untuk gugur."

—Milo Ananta—

_________________________________________

"Bawa Aku pergi...."

"...Milo."

"Kemana?"

"Kemanapun yang kamu mau."

Milo mendudukkan tubuh Aletta dengan sangat hati-hati di salah satu kursi kayu. Saat ini mereka berada di salah satu taman pinggir jalan.

Aletta meminta agar Milo membawanya pergi dari sekolah padahal jam pulang sekolah belum tiba. Tidak perlu Milo pertanyakan lagi apa sebab Aletta ingin meninggalkan sekolah pada saat proses belajar mengajar masih berlangsung.

Saat tiba di sekolah pagi tadi, Aletta sudah tidak ada di kelas. Beberapa murid mengatakan jika Aletta mempunyai masalah dengan Siswi dari kelas lain tapi Milo tidak tahu siapa namanya.

Milo juga sudah mencari Aletta kemana-mana tapi tak kunjung ia temukan. Hingga akhirnya ia menemukan gadis itu sedang menyendiri di Rooftop sekolah dengan wajah yang babak belur. Sudut mata Aletta berdarah, keningnya, sudut bibir kanannya terlihat robek, kedua pipinya memerah hingga terdapat cetakan telapak tangan disana. Dan juga, kulit rahang Aletta terlihat lebam membiru.

Ada apa dengan Aletta sampai-sampai ia mempunyai masalah dengan Siswi lain? Milo juga tidak tahu.

"Makasih, Milo." Ucap Aletta setelah sejak tadi hanya memilih untuk terdiam. Tatapannya terus terfokus pada awan-awan tebal hitam pekat di atas langit. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

"Gue nggak ngelakuin apapun, Aletta. Jadi Lo nggak perlu bilang makasih." Milo tersenyum, ia tak melepaskan tatapannya dari wajah yang di penuhi warna kemerahan itu.

Aletta menggeleng, ia kemudian menolehkan kepalanya kearah Milo.

"Kata Bunda, kita wajib bilang makasih sama orang yang udah bantuin kita. Nggak perlu dia bantu kita dengan cara yang besar ataupun kecil, kita harus tetap bilang terimakasih."

"Itu yang kamu lakuin sekarang buat aku dan juga hari kemarin." Aletta tersenyum tipis, tapi beberapa saat kemudian ia meringis kesakitan saat luka di sudut bibirnya terasa perih. Milo yang melihatnya hanya bisa terkekeh.

ALASKALETTA (Tersedia di Gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang