Dua Puluh Lima - Apogee

262 41 11
                                    

Out of Reach - Gabrielle



Keduanya tertidur setelah melewati malam dingin yang panjang, dan berakhir dengan Nanda yang terbangun lebih dahulu dibandingkan Awan. Tidak seperti biasanya.

Nanda menolehkan kepalanya ke arah Awan yang masih tertidur dengan sangat pulas. Sebelah tangannya terangkat, demi membelai lembut pipi Awan yang paling ia sukai. Rambut Awan yang sedikit ikal pun tak lewat dari perhatiannya.

Menurut Awan, mungkin dirinya tidak seperhatian laki-laki itu terhadapnya. Namun tanpa Awan ketahui, Nanda sudah mengetahui bagaimana laki-laki itu yang sebenarnya, walau hanya melalui penglihatannya, dan dari penuturan Kanna.

Bagaimana masa lalu Awan, dan tentang hidup laki-laki itu.

Nanda akui, dirinya memang terlalu kepala batu, dan hatinya penuh dengan prasangka buruk. Namun dirinya tidak pernah memiliki perasaan se-tak peduli yang Awan pikirkan.

Tapi tampaknya tidak terlalu ada bedanya. Kali ini pun ketakutannya itu masih sama besarnya...

"Hati-hati di jalan, Awan..."

Ucapnya pelan dengan hatinya yang terasa sangat sesak. 

Mungkin untuk orang lain ini merupakan masalah sepele. Namun tentu tidak seperti itu baginya. Ketakutan kemarin itu tidak bisa serta merta hilang lalu ia akan kembali hidup tenang. 

Awan berada di dekatnya saja ia masih begitu tidak percaya, apalagi kalau laki-laki itu pergi dan berada di luar jangkauannya.

Nanda masih ingin menghidupi Gemintang dengan jiwanya yang waras. Tidak disumpali dengan perasaannya yang kalut akan Awan yang bisa saja melupakan mereka kapan pun, bahkan mungkin tanpa laki-laki itu sadari.

Tidak percaya? Mungkin...

Terlalu berlebihan? Terserah... Nanda sedang tidak ingin berbohong tentang keadaan hatinya.

Apakah ia kuat? Tentu tidak. Namun ia harus bertahan untuk Gemintang, bukan?

Nanda beringsut perlahan, mencoba turun dari atas peraduan milik Awan yang seprainya sudah sangat tak berbentuk, dengan gerakan sesedikit mungkin agar laki-laki itu tak terjaga.
Ia mengawasi ke sekeliling ruangan itu. Betapa suasananya begitu hangat. Sehangat laki-laki itu dalam memperlakukannya. Kemudian ia teringat dengan suasana rumahnya yang juga terasa lebih penuh semenjak Awan menghabiskan waktunya lebih banyak di sana bersamanya dan buah hati mereka.

Buah hatinya dan Awan...

Kedua mata Nanda lalu memeta beberapa benda yang ada di dalam situ. Sebuah ransel yang biasa dibawa Awan untuk bekerja, dan sebuah travel bag besar yang sudah dipenuhi berlipat-lipat pakaian.

Awan benar-benar akan pergi. Dan ia tidak memiliki hak untuk melarang.

Dulu ia sempat melarang Adelia mati-matian, dengan keadaannya yang memiliki hak penuh atas wanita itu. Namun tak jua membuatnya mempunyai kekuatan untuk menahan Adelia berlalu dari kehidupannya dan Gemintang.

Terlebih dengan Awan sekarang. Apalagi ini menyangkut pekerjaan laki-laki itu. Pun dengan keadaan dirinya yang lebih memilih menghiraukan keberadaan Awan ketika laki-laki itu gencar sekali hendak jujur tentang perasaannya.

Sekali lagi Nanda menolehkan kepalanya ke arah Awan.

Sekali lagi Nanda mencoba menggapai helaian rambut laki-laki itu.

The Smell of Rain - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon