Delapan - Ecliptic

290 43 18
                                    

Awan membanting sebuah berkas yang sudah dikerjakannya dengan susah payah mulai beberapa hari yang lalu, bahkan sebelum cuti bersama tahun barunya habis.

Wajahnya masam sekali.

"Wan."

"Diem dulu, Ki, bentar. Gue pusing."

Kiki mengedikkan kedua bahunya saja lalu kembali ke dalam biliknya tanpa bersuara. Padahal tadi ia hanya ingin menyemangati Awan agar tidak perlu terlalu memikirkan kalimat pedas yang dilontarkan oleh atasan mereka.

"Wan," Kanna melakukan hal yang sama pada Awan.

"Sssttt..." Kiki menaruh telunjuk kanannya pada ujung bibir dan menarik lembut tangan Kanna untuk mencegah gadis cantik itu tidak berakhir seperti dirinya barusan. Karena terkadang Kanna bisa sangat mudah tersulut emosinya, apalagi yang Kiki ketahui, Kanna tengah datang bulan hari pertama pagi ini. Jangan sampai suasana team mereka cranky seharian.

"Kenapa?" tanya Kanna dengan raut wajah butuh penjelasan.

"Pak Hendrik, tadi komplen soal produk baru yang Beliau anggap enggak bakalan laku kalau kita jual," jawab Kiki mencoba menerangkan, "panjang lebar kasih tau kalau barang yang memiliki fungsi serupa udah ada di kita, dan harusnya Awan bisa kasih ide yang lain lagi buat dijadikan fokus produk baru. Sebenarnya sepele, tapi mungkin masih masalah anak kreatif kemarin itu, jadinya nyampur ke Awan."

"Terus???"

"Awan kena semprot."

"Lho, kan, bukan salah Awan??? Lagipula, itu kan, bisa kita jadiin item cadangan, kalau si customer enggak cocok dengan item yang utama, yang kata Beliau sudah duluan ada dengan fungsi yang sama."

"Ya, kaya enggak tau aja pak Hendrik gimana, sih, Na?" ini Ernest yang mengambil alih obrolan keduanya, "Beliau, kan, memang suka salah sasaran. Buat dia, mah, yang penting marah dulu aja... Nanti juga pada diem kalau akhir bulan ditraktir makan."

"Alaaahhh..." Kanna menggerutu tidak suka.

Kepala milik ketiganya serentak menoleh ke arah Awan yang terlihat bangkit dari duduknya dan perlahan mengemasi beberapa berkas, salah satunya yang tadi ia lemparkan begitu saja. Wajahnya kusut.
Awan jarang sekali seperti ini, maka ketiga anggota team-nya yang lain sudah paham bahwa keadaan hati Awan memang sedang tidak baik-baik saja.

Tapi mau bagaimana lagi? 

Dikomplen habis-habisan seperti ini akan terus-terusan ada kalau masih menjadi budak korporasi.

"Gue mau makan siang di luar. Pada mau ikut, enggak?" namun Awan sudah cukup dewasa untuk tidak berlarut-larut di dalam sakit hatinya terhadap atasan. Keluar kantor untuk mencari sesuatu yang bisa menaikkan mood-nya mungkin akan ia jadikan salah satu upaya agar keadaan hatinya membaik.

Semoga saja.

"Yuk!" Jawab Kanna dengan semangat yang dibuat-buat. Salah satu anggota team-nya sedang tidak enak hati, jadi Kanna akan menjadi teman yang supportif, dan menyenangkan kali ini. 

Lupakan deadline sejenak, pikir Kanna, karena percuma saja kalau dipaksa bekerja dengan kepala yang kurang waras, hasilnya akan jauh lebih buruk. "Ayam Geprek Pak Gembus, gue traktir!" Seru Kanna sedetik setelah ia meraih tas punggungnya yang berbahan denim.

"Okeeehhh!!!" seru Ernest dan Kiki berbarengan.


📖📖📖


Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.
The Smell of Rain - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Där berättelser lever. Upptäck nu