Sepuluh - Sideris

300 37 16
                                    

Nanda tengah menggelung lengan kemejanya hingga sebatas siku ketika merasakan ada sesuatu yang sedang menggelayuti sebelah kakinya dengan perlahan.

Kemudian Nanda menundukkan kepalanya, demi membalas sebuah tatapan memelas dari sepasang mata kecil nan legam, juga air wajah yang keberatan dan tidak ingin ditinggal.
Karena tadi Nanda sudah berjanji bahwa ia tidak akan pergi kemana-mana hari ini, dan tidak akan melewatkan kegiatan mengobrol sebelum tidur mereka yang belakangan memang sudah jarang sekali mereka lakukan, karena kesibukan Nanda yang sudah kembali padat dengan tulisannya, juga terkadang Gemintang yang sudah keburu mengantuk dan tertidur lebih dulu.

"Ayah enggak lama-lama, kan...?" Tanya Gemintang ingin memastikan janji Ayahnya yang sore ini terlihat begitu tampan dengan mengenakan kemeja kerja berwarna hitam. Pemandangan seperti ini jarang sekali dapat dilihat oleh Gemintang, kerena mampu dihitung oleh kedua jari-jemari tangannya yang putih dan gempal itu, Ayahnya pergi berangkat untuk bekerja ke kantor penerbit, seperti orang tua pada umumnya.
"Aku dan Abu-abu nanti tidurnya gimana...?"

"Gemintang sama Tante Kanna dulu, ya...? Ayah hanya sebentar, oke?" Bujuk Nanda dengan sambil melirik ke arah Kanna yang baru saja kembali dari dapur, dengan membawa dua toples cemilan berukuran cukup besar yang diapit oleh kedua lengannya yang langsing.
Kebiasaan Kanna kalau sedang datang bulan, nafsu makannya akan naik beberapa kali lipat.

"Nanti, kan, Om Awan datang kesini, Sayang," kata Kanna sambil meminta Gemintang untuk mendekat kepadanya. Biasanya kalau sudah bawa-bawa Om Awan, gadis kecil itu akan sedikit tenang, pikir Kanna. "Om Awan lagi di jalan sekarang, sambil bawa mainan untuk Abu-abu," terang Kanna lagi. 

Namun sepertinya bujukan Kanna tidak terlalu berhasil, kali ini. Gemintang memang seperti ini kalau mengetahui Ayahnya akan pergi tanpa membawa dirinya ikut serta. Karena biasanya Nanda memang akan ke luar rumah ketika Gemintang sedang berada di sekolah.

"Janji...?" Gemintang kembali bertanya seolah meminta diyakinkan sekali lagi oleh sang Ayah.

"Janji," jawab Nanda sangat lembut sambil menyodorkan kelingkingnya, "Ayah pulang sebelum jarum jam menunjuk angka 10, oke?"

"Oke..."


📖📖📖


Kedua mata Nanda terlihat sedikit memerah, dan dapat dipastikan bahwa penyebabnya adalah karena ia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalaman. Nanda baru bisa tertidur setelah hampir pagi, itu pun hanya sekitar 2 jam, karena Gemintang sudah keburu terbangun dan meminta dibuatkan sarapan pagi.

Nanda memejamkan kedua matanya sejenak, sebelum kembali mencoba berkonsenterasi agar dapat lebih jelas melihat nomor lantai yang bergantian setiap kali lift bangunan tersebut berbunyi. 

Lantai 25, unit 1 AB, gumam Nanda berulang kali di dalam hatinya.

Perkara pertemuannya malam ini dengan ibu kandung Gemintang cukup membuat isi kepalanya buyar dan sulit fokus. Bolak-balik menebak kepentingan apa yang terdengar begitu medesak, maka wanita itu meminta mereka bertemu malam ini.

Namun tentu tidak semudah yang dipinta wanita itu kemarin malam, karena Nanda tidak membawa Gemintang bersamanya malam ini.

Tidak satu kali pun...

Nanda mencoba menenangkan hatinya yang kembali bergemuruh.

Adelia Usman merupakan wanita paling sempurna bagi Nanda selama hidupnya ketika itu. Bukan karena parasnya yang rupawan, walau memang lah rupawan. Tapi lebih karena memang Adelia-lah satu-satunya wanita yang Nanda biarkan hidup, dan menetap di sekitarnya pada beberapa tahun silam.

The Smell of Rain - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang