The Boy Behind The Door

30 9 1
                                    

02 Januari 2022
Hantuukeju

Park Jongseong (Jay)

⌗⌗⌗

Silahkan bayangkan protagonis (usia, ciri fisik, gender) sesuai keinginanmu.

⌗⌗⌗

BLAM!

Aku refleks membanting pintu. Tanganku singgah di dada, di mana jantungku terasa akan menghantam tulang rusuk.
Tadinya aku berniat akan menyekop tumpukan salju yang menutup jalur masuk di halaman depan, namun saat aku akan keluar, ada pria asing yang berdiri tepat di depan pintu rumahku.

Well, mungkin kau akan berkata, 'mungkin dia hanya orang asing yang ingin bertanya alamat. Kau tidak perlu se-terkejut itu’. Benar. Mungkin aku juga akan berpikir seperti itu kalau dia tidak dalam keadaan 'telanjang'.

Kupikir dia benar-benar sakit jiwa. Orang mana yang tidak memakai sehelai benang pun di musim seperti ini?!

Aku mengintip lewat jendela, dan dia masih berdiri di tempat yang sama. Sebenarnya apa maunya? Tapi kalau kupikir-pikir, dia sama sekali tidak melakukan sesuatu yang mengancamku. Jika dia hanyalah pria gila yang mesum, pintuku pasti sudah didobrak dari tadi.

Kuputuskan memberinya pakaian dari celah pintu, dan dia menerimanya. Dia menerima kemudian langsung memakainya di tempat yang sama.

Eh? Dia terlihat akan pergi meninggalkan halaman depan, lantas aku memanggilnya dengan setengah berteriak, "Hey!"

"Masuklah, di luar sangat dingin."

Aku tidak tahu apa yang kupikirkan, namun aku tidak bisa membiarkan seseorang yang bahkan tak beralas kaki berkeliaran di cuaca seperti ini.

⌗⌗⌗

Dia menggelengkan kepala. Entah sudah berapa banyak pertanyaan yang aku kulontarkan, dan dia hanya menjawab dengan reaksi yang sama. Aku menyerah, dia bahkan tidak ingin memberi tahu namanya. Atau jangan-jangan dia tidak bisa bicara?

Kami sudah duduk di depan tungku api dalam waktu yang lama, namun kulitnya masih berwarna sangat putih dan pucat. Dia terlalu bersih sekaligus menawan untuk seseorang yang tidak punya rumah. Argh, aku semakin penasaran dengan orang ini.

"Kau tidak lapar?"

Dia menggeleng.

"Mengantuk? Ingin tidur?"

Lagi-lagi dia menggeleng.

"Aku akan memasak, jadi-"

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku."

Tubuhku membeku.

Suaranya terdengar dalam, lembut, dan rendah bersamaan.

⌗⌗⌗

Satu bulan berlalu sangat cepat. Keberadaan Jay di rumah sangat membantu—ah, aku memberinya nama, karena rasanya sangat aneh harus terus memanggil dengan 'hey', dan katanya dia baik-baik saja dengan nama itu. Ternyata Jay sangat pintar. Dia juga beberapa kali membantu tugas kuliahku. Kami membuat lagu, melukis, bahkan memanggang biskuit bersama. Ah...aku tiba-tiba memikirkan, apa dia akan terus tinggal bersamaku?

"Sebentar lagi aku akan pergi."

"Eh?" Aku menatapnya bingung. Baru saja memikirkannya.

"Kenapa?—Um, maksudku, ke mana?"

"Ke tempat asalku?" jawabnya.

Pernyataan itu terdengar seperti pertanyaan.

Dia tersenyum kemudian mengelus puncak kepalaku dengan telapak tangannya. Aku yang masih memproses apa yang terjadi hanya menatapnya seperti anak anjing yang menatap majikan.

"HEE?! Kenapa kau melakukan itu?" Aku menjauhkan diri sambil memegangi kepalaku dengan dua tangan.

Jay tertawa pelan.

Aku terpaku menatapnya. Ada yang salah dengan otakku. Bagaimana bisa suara terdengar tampan?

⌗⌗⌗

Musim dingin berakhir. Jay menghilang. Rumahku terasa berbeda. Apa dia pulang ke rumahnya? Tapi kenapa dia pergi tanpa memberitahuku?

Aku masuk ke dalam kamar mandi. Kakiku menginjak baju dan celana basah di atas lantai. Ah, ini baju Jay sebelum dia menghilang.


⌗⌗⌗


"Jay!?" Aku menjatuhkan skop-ku.

Dia menyengir dengan santai sementara aku langsung mendorongnya masuk ke rumah.

Aku berbalik setelah dia selesai berpakaian. "Kenapa kau selalu muncul tanpa pakaian?!"

Dia melangkah mendekat kemudian mengecup pucuk hidungku, "Karena peri tidak pakai baju, Kitten.."

"Hah?"















END

⌗ Winter Psithurism ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang