Anak pindahan

273 61 1
                                    

"Kenma. Sialan kau." Perkataan Taketora menyambut Kenma yang baru saja memasuki lapangan tempat mereka akan berlatih tanding. Apa salahnya? Dia hanya terlambat kurang dari satu jam. Dia pulang lebih awal dari yang dikiranya, mengapa dia diumpat? Latih tandingnya bahkan belum dimulai.

"Kau... Kau... Kok bisa!!!" Taketora terduduk di lantai dengan mata berkaca-kaca nampak sangat frustasi. Kenma melirik ke segala arah mencoba mencerna.

"Bisa apa?" Tanya Kenma dengan suara lesu khasnya.

"Bukan PDKT apanya? Orang mesra banget gitu." Sahut Lev yang nambah menbuatnya heran.

"Kalian cuma bikin Kenma bingung." Yaku menendang kaki jenjang milik Lev.

Tak lama, Handphone milik Kenma berdenting tanda pesan masuk. Dia membuka pesan dari Kuroo tersebut. Kuroo nampak berfoto selfie dengan background [Name] memakaikan bando kucing di kepalanya sembari keduanya tertawa karena lelucon dari gadis itu. Foto itu disusul dengan foto-foto lainnya yang menampilkan kedekatan keduanya.

Kenma memasang wajah kesal sembari menatap tajam Kuroo. Apakah dia wartawan? Sungguh menyebalkan.

"Kenma terkenal ya." Imbuh Fukunaga.

"Bukan, Fukunaga." Kenma langsung menyela perkataan temannya itu.

"Fukurodani sama shinzen udah sampe loh." Kuroo melenggang pergi ke arah keluar lapangan luas itu.

~

"Kenma-san... Latihan denganku yuk!" Suara cetar itu terdengar di telinga Kenma. Sungguh, rasanya Kenma ingin pergi ke pojok lapangan lalu bermain game disana.

"Em. Ayo." Balasnya dengan suara kecil andalannya. Hinata langsung bersemangat dan berjalan menuju tengah lapangan.

"Aku juga!" Lev menyahut mendekati keduanya sembari meloncat-loncat dengan kaki panjangnya. Kenma menghela nafas lebih panjang lagi. Waktu makan malam, cepatlah datang.

"Lev! Jangan lari! Latihan receive lagi!" Pekik Yaku yang nampak mendekat dengan kecepatan maksimal lalu menendang bokong pria tinggi itu.

~

"Eh, Lo pada mau lihat pacarnya Kenma ngga?" Kuroo mulai menggosipkan adik kelasnya bersama Bokuto.

"Pacar? Kenma? Seriusan?" Bokuto berbicara dengan heboh di ruangan makan itu. Kenma bisa mendengar, kepala ayam itu pasti sedang menggosipkan dirinya lagi.

"Sejujurnya, gue ngga pernah nyangka si Kenma itu bisa dapet pacar. Dari kecil dia jarang banget interaksi sama cewek." Kuroo memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.

"Cewek yang kemarin dibilangnya penjahat itu lagi. Padahal udah Deket banget."

"He? Ada fotonya?"

Kapten Fukurodani tersebut memelototkan matanya.

"Hm.... Kayaknya gue pernah liat deh. Dimana ya?" Ucap Bokuto berpikir keras.

"AKAASHIIII!" Teriaknya memanggil Akashii yang baru saja mengambil makanannya. Menghela nafas, Akashii menghampiri dua kapten tim itu lalu duduk bersama mereka.

"Pernah liat cewek ini?" Bokuto menyodorkan handphone Kuroo ke depan muka Akashii agar setter timnya itu bisa melihat gambar yang diambil Kuroo.

Akaashi menyipitkan matanya.

"Itu anak pindahan di kelasku, Bokuto-san." Akaashi berfikir dalam kepalanya. Bagaimana gadis itu bisa kenal dengan Kenma dan Kuroo? Apakah itu pacarnya Kuroo?

"Kenma no kanojo."

Petir bagai menyambar di depan matanya. Akashii terkejut bukan main. Tidak, bagaimanapun wajar bila Kenma mendapat pacar. Jangan menilai dari luarnya.

~

Cahaya surya yang sedikit tertutup awan menembus kaca pada dinding kamarnya. Suara pelan dari tetes air hujan terdengar di ruangan sunyi tersebut. Di meja dekat jendela kamarnya, [Name] bersantai menatapi pemandangan kota Tokyo ketika hujan mereda ditemani dengan para kucing yang diasuhnya sementara.

Gadis itu sedari tadi mengusap matanya yang mulai berubah kemerahan karena terlalu sering diusapnya. Dia mengumpat pelan dalam hatinya. Kepalanya kini ikut berdenging. Pandangannya tambah mengabur karena matanya sudah berkaca-kaca.

Dia menggeledah laci di bawah meja itu, mencoba menemukan kacamatanya. Segera dikenakannya kacamata itu dengan harapan pandangannya membaik meski tak sepenuhnya. Dia menghela nafas pelan.

Pandangannya masih tidak jelas juga. Dia melepaskan kacamata bulat itu lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tetesan air tetap jatuh dari ujung dagunya. Dia bangun hendak menuju tempat tidurnya namun keseimbangannya hancur. Terduduk kemudian menangis tanpa ragu lagi.

"MIAOO!!" Pekikan seekor kucing membuatnya mengangkat wajah lagi.

"Bom-bom, Yoyo, sini!" Panggilnya pada dua ekor kucing yang bersitegang tadi.

"Heh! Ngga boleh berantem!"




Readertachi, mumpung lagi libur yakan, doain saya bisa selesaikan cerita ini sebelum masuk sekolah lagi. Wkwk.

One more time, don't be silent reader, please.

Tokyo's Rain (Kozume Kenma x Reader)Where stories live. Discover now