Sunset

234 41 6
                                    

"Kenma-san! Udah sehat?" Sapa [Name] melihat Kenma kini duduk di sampingnya lalu mengeluarkan Nintendo dari dalam tas punggungnya.

Kenma kemudian menoleh lalu menatapi gadis ini. Kantung matanya sehitam mata panda, wajahnya pun terlihat lebih putih. Putih pucat tepatnya. Bukannya dia lebih mencemaskan?

"Sudah baikan kok. Kemarin sudah sembuh, cuma lemas aja." Kenma mulai mengaktifkan Nintendo miliknya.

"Syukurlah."

"Kamu?"

Kenma hanya bisa mendengar suara rintik hujan yang tak terlalu deras. [Name] hanya menaikkan bahunya sebagai jawaban.

"Kenma-san ada suka yang lain selain game?"

"Ngga tahu." Jawab Kenma. Tangannya mulai bergerak dengan lincah menekan tombol-tombol pada benda di tangannya.

"He... Game for life banget." [Name] mulai merogoh tas ranselnya. Dia kemudian mengambil dua bungkus permen yupi berbentuk beruang dan membagikannya dengan Kenma.

Kenma menatapi permen yang diterima dari [Name].

"Permen luar negeri." Sombong gadis itu lagi.

"Kenma-san suka nonton anime?" Dia mulai membuka topik pembicaraan baru lagi.

"Lumayan. Soalnya ada teman yang suka." Mulut Kenma kini penuh dengan permen jelly itu. Matanya fokus menatapi layar di depannya.

"Kenma-san nonton Shingeki no Kyojin?" Tanya [Name] penuh semangat.

"Nonton. Season 4 part 2 nya baru keluar kan."

"Iya. Lagu endingnya bikin sakit hati banget. Mana ada scene Eren menghilangkan, yakan. Keinget lagi entar dia bakal mati." Cerita [Name] menggebu-gebu.

"Spoiler." Kenma mengulumnya bibirnya.

"Kenma-san ngga baca manganya ya? Sorry sorry." Reflek gadis itu menutup mulutnya.

"Kamu baca manga Kimetsu No Yaiba?" [Name] menggeleng menanggapi pertanyaan dari Kenma.

"Nanti hashiranya banyak yang mati." Kenma membalas dendam. Dengan begini mereka impas yakan?

"Lah? Masa? He-" [Name] menutup mulutnya tak percaya.

"Aku juga dapet dari temen."

"Gitu ya... Kalau Kenma-san suka astronomi?"

"Ngga terlalu. Tapi benda-benda langit itu cantik banget ya." Kenma tersenyum sepintas. Level terakhir dari game ini sudah selesai. Kemarin seharian di tempat tidur dia hanya berguling-guling sembari memainkan Nintendo ini.

"Iya kan. Iya kan. Tambah lagi kalau matahari terbenam. Cantik bange- Kok kayak cepet banget busnya." [Name] sedikit menggerutu. Bus berwarna Biru itu sudah mendekat dan berhenti tepat di depan mereka.

"Ayo! Kamu belum buatin mie yang ngga pedes." Ujar Kenma menarik tangan [Name] tersenyum tipis lalu memandu gadis itu menaiki bus.

~

"Silahkan. Indomie paling populer sejagat raya." Name meletakkan dua piring mie kecoklatan di atas meja makannya.

"Itadakimasu."

Kenma membulatkan matanya.

"Enak." Ungkapnya langsung.

"Hoho." [Name] merasa bangga. Untung saja dia membawa stok sekardus mie instan ini.

"Kemarin cuma salah pilihan." Ucap [Name] memasukkan mie ke dalam mulutnya.

Akhirnya, dia bisa merasakan porsi pas Indomie. Bila satu terlalu sedikit, bila dua kebanyakan. Jadi, satu setengah memang ideal.

~

"Ketemu! Ketemu! Untung awannya udah pergi." [Name] berseru setelah sibuk mengotak-atik teleskop di balkon apartemen miliknya. Kenma hanya duduk manis di sampingnya menatapi langit yang mulai kemerahan.

"Mau lihat?" Tawar [Name] sedikit bergeser membiarkan kenma melihat planet yang dicarinya. Venus, sang bintang fajar yang juga sering terlihat kala senja.

Kenma mengintip lewat lensa teleskop itu. Dia bisa melihat sebuah lingkaran kekuningan di situ.

"Teleskopnya kurang ngezoom lagi."

"Ini sudah maksimal kan. Rata-ratanya teleskop cuma bisa segini kan."

"Ngga lah. Teropongnya NASA Saturnus aja jelas." Kenma menyipitkan matanya.

"Kurang jauh ngebandinginnya."

"Ada bulan kesorean." [Name] menunjuk Bulan sabit di langit yang mulai menggelap.

"Tsuki ga kirei desune..." Ungkap nya mencoba membidik bulan itu pada teleskop.

"Wow. Pori-pori bulan besar banget. Kurang skincare nih." Ocehnya lagi.

"Berapa dus pelembab yang dipake bulan ya, kalo dia skincare-an?" [Name] menempelkan kamera handphone miliknya pada lensa teleskop untuk mengambil gambar bulan dengan jelas.

"Bangkrut kalau bayarin skincare dia." Kekeh Kenma menatapi pemandangan di depan matanya. Keduanya terdiam sebentar.

"Yuhi mo kirei desuyone..." Ucap Kenma tersenyum menatapi langit ciptaan Tuhan di depannya.

"Ya, dan aku berharap waktu munculnya sunset sedikit lebih lama." Sahut [Name]. Dia menatap wajah tampan Kenma yang disinari cahaya oranye matahari. Kenma menoleh dan membalas senyuman gadis itu.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tokyo's Rain (Kozume Kenma x Reader)Where stories live. Discover now