15 - *ೃ༄ 𝙌𝙪𝙞𝙣𝙙𝙞𝙘𝙞

Start from the beginning
                                    

Jimin tertawa, "Tapi kelihatanya Beomgyu sudah mengerti?" Yiseul tidak menghiraukan Jimin yang menggodanya. Ia lanjut membalik halamannya. "Saat di taman bermain lututku terluka, dan bekasnya bertahan cukup lama." Yiseul menunjuk gambar dirinya dengan bekas luka di lutut kanannya sedang berjongkok di antara rak pasar swalayan. "Aku mengingatnya dengan jelas karena bekas itu masih ada sampai sekarang." Yiseul menunjukkan Jimin bagian lututnya, terlihat samar warna kemerahan di sana.

Setiap Yiseul membolak-balikkan halamannya, Jimin terus menatap lamat foto-foto masa kecil Yiseul. Memerhatikan apakah ada persamaan antara wajahnya dengan Sienna yang dikenalnya. Namun tampak jelas bahwa keduanya berbeda kontras.

Siapapun yang mengenal Sienna kemudian melihat potret masa kecil Yiseul, akan berpendapat sama dengan Jimin.

"Yiseul," Jimin menahan tangan Yiseul agar berhenti sejenak. "Apa masih terdapat ruang kosong di album milikmu itu?"

"Hmm, aku akan memeriksanya." Yiseul segera membalikkan setiap halamannya hingga sampai pada halaman akhir. Hanya terdapat satu bagian yang belum diisi oleh foto. "Rupanya masih ada. Kenapa Jimin-ssi?"

"Aku ingin menitipkan ini padamu," Jimin mengulurkan tangannya. Menunggu Yiseul untuk mengambil alih benda tersebut dari tangannya.

"Apa ini?" Yiseul melihatnya sejenak. "Yang berada di tengah itu, Sienna?"

Jimin mengangguk, benda yang baru saja diberikan kepada Yiseul adalah foto yang sama dengan yang Jimin tunjukkan pada Jieun beberapa hari lalu. Dan entah kenapa, Jimin tak lagi ingin menyimpannya. Di samping fakta yang masih ia ragukan kebenarannya, Jimin harap, memberikan benda tersebut untuk disimpan oleh Yiseul bukanlah keputusan yang salah.

"Aku akan menyimpankannya untukmu. Setidaknya sampai kalian menemukan gadis bernama Sienna ini." Senyumnya tampak begitu tulus. Jimin berkonklusi bahwa tidak tersirat sedikit pun pikiran buruk di dalam benak gadis itu.

Tanpa disadari oleh Yiseul, Jimin tersenyum masam dibalik wajahnya yang ditundukkan.

Dia adalah kau.

Sejemang, batin Jimin kembali kosong yang kemudian dirasuki oleh berbagai macam emosi yang menyesakkan. Mestinya Jimin bersyukur kalau Sienna masih hidup, itu artinya kejadian 10 tahun yang lalu bukanlah kesalahannya.

Namun Jimin tak pernah luput dari rasa bencinya yang begitu dalam. Rasa sakit hatinya oleh sebab Taehyung terus menyalahkannya mengenai hal apapun yang ada sangkut pautnya dengan Sienna. Jimin masih ingat dengan sumpahnya, dimana ia akan membunuh Sienna jikalau gadis itu masih hidup. Toh, Jimin berbuat salah atau tidak pun, Taehyung akan selalu memojokkannya.

Sama saja.

Jadi, bolehkah Jimin menyingkirkan Yiseul menggunakan caranya sendiri?

[]

"Taehyung, kau sudah bangun?" Yoongi mendedikasikan waktu tidurnya demi membantu Taehyung. Semalaman terpapar sinar monitor membuat Yoongi berkeinginan untuk menukar matanya dengan sepasang bola mata yang baru.

Taehyung melewati sisi belakang sofa yang diduduki oleh Yoongi "Hyung-" ditariknya bahu Yoongi dari belakang hingga membentur sandaran sofa itu. "Jangan bilang kau tidak tidur semalaman demi membantuku?" Taehyung berjalan menyusuri sisi sofa, kemudian duduk di sebelah Yoongi.

"Ya. Apa kau terharu melihatku sepeduli ini denganmu?"

Taehyung tergelak. Jujur, agak merasa bersalah telah menyusahkan Yoongi. Rambut Yoongi yang berminyak membuat Taehyung yang melihatnya merasa semakin iba. Sebegitu totalitasnya Yoongi membantu persoalannya.

Cavaliere [M]Where stories live. Discover now