Plan

46.5K 8.4K 1.3K
                                    

"Jika ratu adalah otak dari semua ini. Berarti cara yang harus kita lakukan pertama-tama adalah mencari tahu kelemahan ratu terlebih dahulu, jika iya kita ingin menggunakan metode membuat menderita secara perlahan." Leonard menyuarakan pendapat, dia menatap ketiga orang lainnya menunggu persetujuan.

Mikaila mengangguk. "Ya, benar. Tapi tidak perlu susah-susah mencari tahu apa kelemahan ratu. Karena saya sudah tahu," ujarnya dengan nada yang terdengar misterius.

"Apa itu Lady? Apakah itu Carlos?" tanya Leonard lagi.

Mikaila tersenyum miring, seraya menggelengkan kepalanya. "Tentu saja bukan, Irene tidak pernah menganggap Carlos, dia hanya mengganggap Carlos hanyalah alat. Irene begitu mencintai Kevlan. Otomatis kelemahan Irene adalah orang yang dicintainya tersebut."

"Kita memiliki dua rencana. Rencana pertama, buat Kevlan membenci Irene, rencana kedua dengan cara ... membunuh Kevlan agar Irene menderita," lanjutnya lagi.

Ketika mendengar opsi kedua Mikaila, semua orang yang ada di sana nampak menahan napas mereka. Ini terlalu gila, Kevlan adalah ayah kandung Mikaila apakah Mikaila akan benar-benar membunuh orang tuanya sendiri? Ini terlalu mengejutkan.

"Tapi ... membunuh Kevlan terlalu beresiko, apalagi dia adalah seorang Duke di kerajaan ini. Jadi kemungkinan rencana pertama lebih aman," kata Mikaila lagi.

"Ya benar Lady, ini terlalu beresiko terlebih Duke Kevlan adalah ayah kandung anda." Kali ini, Anhard angkat suara.

"Saya tidak peduli. Dia tidak pantas." Mikaila berkata dengan nada dingin, dia selalu mengatakan bahwa Mikaila adalah pembunuh. Bukankah dia lebih baik benar-benar membunuh? Sangat rugi di cap pembunuh, tapi tidak membunuh sama sekali.

Anhard terdiam selama beberapa saat, dia sangat tahu bahwa selama ini Mikaila hanyalah anak yang terabaikan di keluarganya, maka tak heran apabila Mikaila membenci mereka semua.

Menurut Anhard, Mikaila sama sekali tidak bersalah. Ini adalah salah mereka sendiri yang memperlakukan Mikaila secara tidak layak, sehingga mau tidak mau membuat membentuk kepribadian Mikaila yang seperti ini.

Tapi jauh dari itu, Anhard selalu kagum pada Mikaila, gadis kecil yang terlihat lemah itu begitu hebat menanggung bisa penderitaan selama bertahun-tahun. Jika saja dia menjadi Mikaila, kemungkinan besar dia sudah memutuskan untuk bunuh diri. Bagaimana tidak? Dianggap pembunuh oleh keluarganya sendiri, diabaikan, oleh tunangannya sendiri. Dan mendapatkan perlakuan tak pantas dari para bangsawan lain.

Mikaila ... sangat hebat bisa bertahan sejauh ini, dan membalas semua orang yang telah memberikanya rasa sakit dan membuatnya menderita.

"Leonard, karena kau yang berada di istana. Pantau terus kegiatan ratu, bersikaplah seperti orang yang belum mengetahui apa-apa, jika waktunya tiba. Kita akan membuat panggung yang sangat menarik untuknya." Perintah Mikaila yang langsung disanggupi oleh Leonard. "Saat ini, kita sudah memfokuskan semuanya pada mantan Viscount dan Viscountess Satalia. Jadi ... bagaimana? Apakah Tuan Anhard sudah mendapatkan barang bukti bahwa Viscount dan Viscountess Satalia pengikut kegelapan?" tanya Mikaila kali ini menatap pada Anhard.

"Sudah Lady, sesuai perintah anda saya sudah menemukan benda-benda kegelapan yang saya temukan di kediaman Satalia, dan beberapa bukti kuat lainnya Lady." Anhard segera menjawab, dia segera mengeluarkan benda-benda yang dia maksud.

Diantara lainnya adalah, Cincin, dan coretan-coretan mantra sihir terlarang.

Mikaila tersenyum tipis. "Bagus, tinggal langkah berikutnya adalah membuat Kevlan sangat membenci Irene," kata Mikaila dengan smirk khas andalannya.

+++

Casis melotot tajam pada Melvin yang kini tengah melakukan lompat katak, dia dihukum karena gagal memberikan saran yang bagus untuk junjungannya. Demi Tuhan, jika saja bisa. Dia ingin mengundurkan diri dari jabatannya saat ini, tapi jika dia mengundurkan diri tidak ada lagi yang memberikannya gajih begitu besar. Terlebih dia sudah melakukan sumpah setia pada Casis.

"Melvin apa kau tahu kesalahanmu? Ya, benar. Karena sudah memberikan saran yang salah. Kau tahu Melvin? Kau bilang wanita lebih menyukai lelaki yang lembut dan jujur. Tapi kau tahu apa Melvin? Bahkan Mikaila menatapku saja dia enggan." Casis berkata dengan nada kesal. Bayangan ketika Mikaila yang lagi-lagi mengusir dan menolaknya membuat Casis merasa frustasi.

Dia menatap Melvin yang kini tengah menggerutu sebal sambil menjalankan hukumannya. "Melvin, lihat aku. Apakah aku tidak lagi terlihat tampan? Apakah sekarang aku terlihat jelek? Astaga! Ini tidak boleh terjadi. Aku harus selalu terlihat tampan dan menawan." Casis berkata dengan heboh. Dia menatap Melvin dengan pandangan menuntut.

Sedangkan Melvin terlihat bingung, haruskah dia mengatakan hal bodoh seperti ini. Mengapa dia mempunyai atasan yang memiliki kelainan otak seperti ini? Apakah Dewa sedang menghukumnya?

"Anda sangat tampan Yang Mulia." Melvin menjawab dengan terpaksa dia memilih jalan aman karena dia takut. Casis akan marah-marah lagi terhadapnya.

"Apakah kau mengatakan jujur?" tanya Casis tak percaya. Kemudian dia mengambil sebuah cermin kecil menggunakan sihir untuk melihat wajahnya.

"Saya bersumpah dengan kepala saya sendiri Yang Mulia." Melvin buru-buru menjawab, takut kepalanya bisa-bisa menghilang.

"Lalu kenapa Mikaila tidak juga menyukaiku?" tanya Casis penasaran. Kali ini dia menatap Melvin penuh.

Melvin menelan salivanya susah payah, bingung ingin menjawab apa. "Mungkin itu karena Lady Mikaila saat ini, sedang tidak ingin jatuh cinta Yang Mulia. Sejauh yang saya tahu, Lady Mikaila adalah tipe gadis yang tangguh dan mandiri. Jadi sulit untuk membuatnya jatuh cinta."

Casis mengangguk, apa yang dikatakan oleh Melvin terdengar cukup masuk akal. "Kalau begitu apakah aku harus menunggu sampai dendam Mikaila tuntas?" tanyanya dengan jari telunjuk di dagu, pertanda dia sedang berpikir.

"Anda benar Yang Mulia," jawab Melvin dengan cepat.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menunggu Mikaila kalau begitu, menunggu sampai kapan pun, sama seperti dulu." Casis tersenyum miring. Kemudian dia pergi meninggalkan Melvin begitu saja.

Sedangkan Melvin yang ditinggalkan oleh Casis, menyumpah-serapahi junjungannya karena semua tugasnya sebagai putra mahkota kekaisaran, dilimpahkan kepadanya. Bahkan sekarang dia dihukum karena memberikan saran yang membuatnya gagal mendapatkan hati Mikaila sungguh sial.

Hai guys, gimana part ini? Sesuai janji aku double up. Tapi maaf ya tengah malem begini.

Selamat malam, selamat tidur.

Next ceffat? Spam komen di sini.

See you next chapter guys ❤️❤️



The Cold Villains Lady ✅Where stories live. Discover now