Leonard and Serena

45.2K 8.1K 500
                                    

Tubuh Serena seakan kaku, dia segera berbalik dan menatap Leonard dengan tatapan yang sulit dipercaya.

Dia tidak menyangka bahwa Leonard, seorang lelaki yang telah dia cintai selama 9 tahun akan mengatakan hal itu.

Siapapun tolong, tolong beritahu Serena bahwa hal yang dia alami saat ini bukanlah mimpi.

"A-anda menerima saya, Yang Mulia?" tanya Serena yang masih belum percaya.

"Tidak," jawab Leonard dengan datar.

Jawaban yang keluar dari mulut Leonard membuat senyum Serena luntur seketika. Dia harusnya tau, bahwa Leonard tidak mungkin membalas perasaannya.

"Tidak salah lagi, maksud saya," lanjut Leonard dengan jahil.

Serena menatap Leonard dengan kesal, mengapa juga lelaki yang sering terlihat dingin seperti Leonard bertingkah menyebalkan dihadapannya.

"Jadi ... anda menerima atau menolak saya Yang Mulia, tolong jangan mempermainkan saya seperti ini." Serena berkata dengan serius.

Leonard mengembuskan napasnya pelan, lalu kemudian dia melangkahkan kakinya mendekati Serena. Sehingga tubuh mereka kini saling berhadapan. Mata beriris merah Leonard menatap Serena dengan dalam. "Aku mencintaimu Serena, jauh sebelum hari ini. Jauh sebelum kita bertemu secara resmi," ucap Leonard tak kalah serius. Suaranya berat, sehingga terdengar nyaman di telinga.

Serena semakin menatap Leonard tak percaya, apa-apaan ini? Bukankah jika itu adalah sebuah kebenaran, berarti selama ini dia tidak mencintai sendirian.

"Bagaimana bisa? Dan sejak kapan?" tanya Serena penasaran.

"Sejak kita masih kecil, aku masih ingat pertemuan pertama kali kita bertemu. Seorang gadis kecil yang sangat cantik memberikan kue pada anak lelaki malang yang tengah kelaparan," jawab Leonard, sambil mengingat kenangan lalu. Memorinya terlempar ke beberapa tahun lalu. Di saat dirinya susah, dan tidak dihargai sama sekali. Muncul sosok gadis cantik berambut merah muda dan memberikannya sebuah kue.

Di saat semua orang menatapnya seperti sampah, hanya gadis kecil itu menatapnya dan memperlakukannya secara berharga.

Sementara Serena merasa bingung, dia tidak ingat pernah memberikan Leonard sepotong kue saat masih kecil.

"Jika kau memang mencintaiku sedari dulu, mengapa kau tidak pernah mengatakan apapun padaku? Mengapa kau selalu menatapku seperti orang asing?" tanya Serena beruntun.

Leonard tersenyum tipis. "Menurutmu ... apa pantas, seorang pangeran yang terbuang sepertiku harus disandingkan dengan seorang putri bangsawan yang dijaga layaknya  permata sepertimu?" Leonard balik bertanya. Tatapan matanya berubah menjadi sendu.

Sejak kecil, dia diperlakukan berbeda karena warna matanya, orang bilang warna matanya yang merah sebagai simbol kutukan. Awalnya, para pejabat kerajaan menyarankan raja untuk membunuhnya. Akan tetapi ratu yang saat itu begitu mencintai putranya, menolak dan memohon pada Sang Raja untuk membiarkan Leonard untuk tetap hidup.

Dan tepat ketika umurnya berusia 2 tahun, ibu dan kembarannya meninggal. Leonard memang memiliki kembaran, wajahnya sama persis seperti Leonardo, hanya saja ... iris mata mereka yang membedakan.

Leonard tersenyum kecut, hari-hari tanpa ibu dan kembarannya membuat hidup Leonard semakin terlupakan. Semua orang menganggap Leonard layaknya sampah, keadaan diperparah saat Sang Ayah menikah lagi dan memiliki seorang anak laki-laki dari ratu barunya.

Posisi Putra Mahkota yang seharusnya menjadi miliknya, malah harus menjadi milik Carlos karena iris mata Leonard yang berwarna merah.

Sampai di suatu ketika, Leonard kecil yang terbuang mencoba kabur dari istana dengan harapan menemukan kebahagiaannya, akan tetapi dia salah. Dengan iris matanya yang berwarna merah ini membuat masyarakat membencinya. Leonard kecil pernah tinggal di jalanan.

The Cold Villains Lady ✅Where stories live. Discover now