Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
♥♥♥♥
Tidak terlambat, ini berjalan seperti yang felix harapkan, hyunjin nya telah kembali dalam pelukan.
Duduk manis di kursi dengan kedua tangan menopang dagu, senyum merekah tak mau luntur sedikitpun, mata enggan berkedip ingin terus pandangi punggung lelaki jangkung berselimut apron abu-abu yang kini tengah memasakkan makanan untuk dirinya makan.
Sedari tadi perut felix terus berbunyi, bahkan setelah makan di restaurant pun ia masih saja lapar. Hyunjin tentu tidak akan membiarkan pujaan nya kelaparan, alhasil ia pun berkutat dengan seperangkat alat memasak andalannya.
Lihat betapa lihai tangan besar itu memegang spatula, membalik tumisan beberapa sayur mayur dan juga udang yang sudah tercampur rata, harum semerbak masakan hyunjin penuhi dapur rumah mereka.
Seperti kebiasaan lama, ketika ia tengah berdiri, hyunjin bercekak pinggang layaknya ibu yang tengah mengandung sembilan bulan.
Lucu, hyunjin selalu seperti itu.
Felix merasa gemas hingga ia mendekat dan menggelayut manja, peluk hyunjin dari belakang dengan kekehan keluar dari bibirnya.
"hyunjinie" panggilnya dengan suara yang dibuat-buat agar terdengar imut.
Hyunjin menoleh kesamping tubuh tepat didepan wajah yang sengaja di istirahatkan di pundak.
hyunjin kecup sedikit hidung semestanya penuh perasaan. "sana, aku belum mandi dari siang, aku bau keringat sayang".
Felix mengendus, sesapi aroma tubuh yang masih tercium wangi masuk ke rongga hidung kecilnya.
"eung~ eung~ eung~" felix menggeleng tiga kali, memberi tahu bahwa hyunjin salah, dia tak memiliki bau badan, hyunjin wangi seperti biasa.
Ya sudah hyunjin bisa apa jika felix tak mau dengar, biarkan saja sampai felix puas memeluk tubuhnya, nanti juga akan lelah dengan sendirinya dan akan duduk tanpa di perintah.
