Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
♥♥♥
Sudah dua hari sejak felix dan hyunjin sepakat membatalkan pernikahan mereka, dua hari pula felix mengurung diri didalam kamar tanpa mau keluar kemanapun.
Ia hanya mengizinkan mama nya masuk itupun jika sudah di paksa untuk makan, diluar dari itu felix tak mengizinkan siapapun mendekatinya.
Berbaring sepanjang hari tanpa mau berbicara sepatah kata, menangis dalam diam sampai kedua mata tampak begitu sembab dan membengkak merah.
Felix tak mengerti dengan jalan pikiran hyunjin yang kadang susah untuk dirinya tebak, masih saja mencoba lindungi felix dari amukan orang tua dengan cara mengorbankan dirinya.
Hyunjin mengatakan dengan nada yang begitu tegas, bahwa alasan untuk membatalkan pernikahan karena hyunjin merasa tak cocok bersanding dengan felix, anak kecil yang masih manja dan suka menyusahkan, tidak cocok disandingkan dengan pria dewasa dan mapan seperti dirinya, hyunjin mengatakan felix begitu membosankan sampai dirinya tidak tahan.
Hyunjin berbohong. Berbohong yang terasa seperti tidak sedang berbohong.
Semua orang percaya pada ucapan yang hyunjin lontarkan sampai papa dan mama felix merasa tersinggung anak semata wayang mereka di rendahkan martabatnya oleh hyunjin.
Di depan mata felix hyunjin menerima tamparan keras oleh papa hyunjin karena di anggap begitu kurang ajar.
Di depan mata felix papa hyunjin menghina anak mereka sendiri dengan banyak sebutan kata kasar.
Di depan mata felix, semua orang percaya bahwa hyunjin lah dalang dari batalnya pernikahan ini.
Felix tidak disalahkan, sampai akhir pun hyunjin masih tetap berkorban untuknya, melindungi namanya, melindungi martabatnya.
"felix mau sampai kapan kamu begini nak, mama khawatir" ujar sang mama sambil mengetuk pintu kamar yang masih saja terkunci.
Felix tak menjawab, ia hanya diam dengan kesedihan yang tak kunjung hilang dari benaknya.
