Prolog

24.7K 2.7K 112
                                    

Haiii aku kembali dengan romcom yang akan menggelitik perut😂

Judulnya ganti jadi ONE LAST GAME ya

Rasanya nggak afdol kalo aku nggak ubah dari prolog wkwk XD jadi ini versi baru ya~~ kalian akan lebih suka ini deh :p

Ini kolabku dengan Kak Lyan lyanchan jangan lupa baca One Last Bug punya Kak Lyan ya❤

Part ini disponsori lagunya Superstar by Jamelia🥰

Part ini disponsori lagunya Superstar by Jamelia🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini merupakan hari pertama Rumbai bekerja. Dia sudah dua kali ganti kantor dengan masa kerja lumayan lama. Dia memutuskan keluar dari kantor lama karena satu kantor dengan mantan suaminya dan itu membuatnya gerah sendiri. Seniornya di SMA yang memberi tahu soal lowongan kerja di perusahaan ini. 

"Kak Duchess mau ke atas juga?" tanya Rumbai sebelum turun dari mobil.

"Tadinya mau ketemu temanku yang udah nerima kamu di sini, tapi kayaknya dia belum datang. Ini masih jam setengah tujuh pagi. Kamu yakin nggak apa-apa kelamaan nunggu?" 

"Nggak apa-apa, kok, Kak." Rumbai menyunggingkan senyum, lalu memeluk Duchess dengan erat. "Makasih banyak udah kasih tau lowongan di sini, Kak. Makasih untuk semua hal yang Kak Duchess lakukan biar aku nggak terpuruk terus." 

Duchess mengusap punggung Rumbai. "Iya, Rumbai. Kamu, tuh, udah kayak adikku. Semangat kerjanya. See you later."

Rumbai turun dari mobil setelahnya dan melambaikan tangan. Dia bergegas menuju lift yang yang sempat ditunjuk Duchess. Sambil berusaha menghilangkan rasa gugup, Rumbai menunggu lift yang sedang naik dari basemen dua. 

Tepat saat pintu lift terbuka Rumbai menyaksikan pemandangan yang tak terduga. Dia melihat seorang laki-laki dan perempuan sedang berciuman. Satu paha perempuan itu terangkat dan melingkar di kaki sang laki-laki. Bahkan tangan laki-laki itu sudah masuk ke dalam rok perempuan itu. Rumbai lebih terbelalak saat laki-laki itu menoleh ke arahnya. Demi Tuhan! Rumbai ingin mencuci mata setelah ini. Tadinya suci mendadak kotor karena suguhan tersebut.

"Ya, ampun ... maaf. Duluan aja." Kalimat Rumbai berhasil menunda kegiatan yang tengah berlangsung. Dia kenal laki-laki itu. Iya, dia kenal banget! Nama laki-laki itu adalah First.

"Kamu bukan CEO, kan? Kenapa naik lift ini?" tegur perempuan itu sambil membenarkan posisinya.

Mendengar teguran itu Rumbai langsung melihat tulisan pada dinding. Kenapa tulisan di dinding tidak terlihat oleh mata? Benar kata perempuan itu kalau lift yang dia tunggu merupakan lift khusus CEO, bukan lift pegawai. Tanpa pikir panjang Rumbai menunduk berulang kali. 

"Maaf, maaf. Saya permisi." 

Rumbai berlari pergi dengan cepat. Sepanjang jalan dia memukul kepalanya karena tidak menyadari tulisan yang tertera. Kalau tahu itu lift khusus CEO, dia takkan menonton hal yang luar biasa. Bicara soal CEO, itu berarti First adalah CEO? Rumbai langsung panik. 

"Bentar, bentar. Bukannya CEO perusahaan gue namanya Revan Salim?" Rumbai bermonolog sendiri mempertanyakan kebenaran yang dia baca sebelum diwawancara. "Kok, dia bisa naik lift itu kalo bukan CEO? Aduh, sialan! Gue berharap nggak pernah ketemu lagi. Kenapa malah ketemu, sih?!"

Setelah berlari dan mencari-cari lift khusus pegawai, Rumbai berdiri menunggu lift. Untung saja tidak perlu menunggu lama karena pintu lift terbuka dengan cepat. Tiba-tiba ada tangan yang masuk ke tengah-tengah pintu yang hendak tertutup. Hal itu membuat pintu lift kembali terbuka. 

"Hai, Rabbit," sapa First dengan senyum nakal.

"Shit!" umpat Rumbai pelan. Dia tidak mau menyapa balik. Harus pura-pura tidak kenal. Dengan tekad setinggi gunung Rumbai melengos dan menganggap First tidak ada. Pokoknya tidak boleh tergiur membalas sapaan First.

"Kamu mau pura-pura nggak kenal, ya?" First masuk ke dalam lift, lalu berdiri tepat di belakang Rumbai. "Padahal saya kangen sama Rabbit saya, lho. Pas banget takdir mempertemukan kita. Apa karena saya ninggalin barang di dalam tas kamu, ya?"

Diam dan tidak merespons. Rumbai tetap seperti itu menahan diri.

"Di dalam tas merah kamu ada borgol yang kita pakai untuk permainan waktu itu. Jangan lupa dikembalikan, ya," bisik First dengan diselipi suara nakal nan menggoda. 

Wajah Rumbai merah padam seperti kepiting rebus. Ya, Tuhan! Malunya setengah mati. Kenapa harus menyebutkan kalimat yang membuatnya ingat kegiatan waktu itu, sih? Rumbai ingin lenyap sekarang juga. 

"Oh, satu lagi. Sepertinya saya ninggalin penutup mata bulu-bulu di tas kamu." First berucap jahil sambil menahan tawa. 

Kalau boleh menukar waktu Rumbai tidak akan menekan lift khusus CEO itu ketimbang harus berhadapan dengan First sekarang.

"Lho? Pak First? Kok, nggak naik lift khusus CEO, Pak?" Seorang laki-laki yang hendak masuk ke dalam lift langsung bertanya begitu menyadari kehadiran First.

First menjawab sambil tersenyum. "Liftnya rusak." 

"Tapi Pak Revan udah di atas. Saya sempat ketemu. Apa Pak Revan naik lift ini juga, Pak?" tanya orang itu.

"Ayah saya naik lift khusus. Waktu saya mau nyusul tiba-tiba liftnya rusak," jawab First beralasan.

Percakapan itu sangat jelas. Tamatlah riwayat Rumbai sekarang. Ternyata First anak dari CEO perusahaan tempatnya bekerja. Ya, tuhan ... Rumbai salah memilih tempat bekerja! Semoga saja First tidak cerita sama ayahnya kalau dia mencakar punggung laki-laki itu. 

Aduh, lawak banget hidup gue!  Batin Rumbai.

🍓🍓🍓

Gimana prolog barunya nih?😍😍

Jangan lupa baca One Last Knot punya lyanchan ya ^^

Follow IG: anothermissjo

Salam dari Rumbai😍😍

Salam dari Rumbai😍😍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
One Last Game (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now