𖠾19𖠾

9 3 2
                                    

Jullia membaca komentar buruk yang berada di akhir panel pada bab pertama dari musim ketiga di komik Another Life. Ia masih terpaku akan komentar yang berisikan perbedaan gaya pewarnaan yang sangat menggangu.

"Udah, jangan dipikirin." Tora bersuara di hadapan Jullia.

Ia mengerti jika komentar bisa membuat seorang komikus jatuh, walau komentar buruk itu hanya satu. Tora bisa ingat saat pertama kali gaya menggambar Evan dikomen karena tidak bisa menggambar dengan gaya lokal. Evan menjadi sedikit merasa bersalah.

"Apakah salah gue gambar kayak gini? Emangnya style begini ada di larangan undang-undang negara?"

Evan mengeluarkan pertanyaan seperti itu dan Reina yang menenangkan dirinya bahwa menggambar dengan gaya seperti itu tidaklah salah.

"Orang yang komen sama kayak yang waktu itu. Paling sabtu depan udah gak komen gitu. Enggak usah dipikirin. Banyak orang yang kayak gitu, jadinya kita harus terbiasa." Evan mendekat, kemudian duduk di sebelah Jullia yang masih membuka isi komentar.

"Kalau gambarnya bagus bakal di puji, kalau gambarnya jelek bakal diejek. Walau sebenarnya ada tiga jenis pembaca komik. Ada yang mikirin grafisnya gak mikirin alur cerita, ada yang mikirin alur ceritanya aja grafisnya gak dipikirin, dan ada juga yang mikirin kedua-duanya. Jadi serius, hal kayak gini gak usah dipikirin," tambah Evan menatap Jullia dengan senyuman tipis.

Suasana menjadi lebih baik saat Andi datang dengan camilan dan berbagai minuman di kantong plastik. Seolah-olah tahu apa yang sedang membuat mereka merasa buruk pada saat yang sama.

Tangan-tangan mereka bergerak di atas tablet, atau bahkan graphic tablet. Mata mereka menatap pada layar yang memantulkan sinar ultraviolet. Suara gesekan antar dua benda itu mengisi keheningan di ruangan dingin tersebut.

Mereka yang mengerjakan bab yang berbeda, atau bahkan mengerjakan hal yang sama, membuat mereka merasakan bahwa menggambar adalah sesuatu yang menyenangkan. Membiarkan diri melepaskan beban dengan menggambar.

"Van, cara lu ngebedaian sifat tiap karakter kayak gimana?" Jullia mengeluarkan suara, tatapannya masih pada tablet, namun dalam detik selanjutnya, ia sudah menatap Evan yang sudah memperhatikan dirinya.

Evan masih belum berpindah tempat, ia masih berada di sebelah Jullia. Sontak rona merah menempel di wajah Jullia. Ia hampir melupakan jika dirinya menyukai Evan, dan di saat yang sama menyukai komikus bernama Ethanios.

"Cobalah menyatu agar mengerti cara mereka berpikir. Meleburlah. Jadi bagian dari petualangan mereka," jawab Evan dengan entengnya.

Tora dan ANdi tertawa cukup keras. "Ngomongnya emang gampang, pas diterapin susah banget," balas Andi.

"Hahahaha. Oh, iya, Jul. Mungkin lo belum tau. Kalau komikus nyari asisten pewarnaan, Biasanya untuk bagian shading sama efek sih, bukan full color kayak yang lu lakuin sekarang. Jadi kalau lu mau, lu bisa minta bayaran lebih ke dia." Tora bersuara, menatap Jullia dan Evan secara bergantian.

Evan tidak merespon, ia juga mengerti maksud dari kalimat Tora barusan. Sulit bagi orang lain unyuk mengikuti gaya yang dimiliki komikus aslinya. Karena itu, Evan sempat memberikan pemberitahuan akan adanya perbedaan gaya pada komiknya di musim ketiga itu.

Jullia menggeleng. "Gue terima berapa pun yang dikasih. Gue dari dulu cuman mau bekerja dengan apa yang gue sukai. Meskipun pendapatannya nggak banyak, gue bisa terima."

Jullia tersenyum lebar, menatap ketiga orang yang ada di dalam ruangan itu. Sehingga tempat menjadi lebih nyaman untuk ditempati.

𖠾𖣇𖠾𖣇𖠾𖣇𖠾

Terpaksa Melanjutkan Komik Karena Salah Akun✅Where stories live. Discover now