Chapter 14: Duduk sebangku

Start from the beginning
                                    

Aletta meninggalkan Apotek Setelah selesai membayar obatnya. Ia melanjutkan perjalanannya ke sekolah dengan berjalan kaki yang jaraknya masih satu setengah kilometer.

Jika naik angkot, Aletta harus berpikir lima kali. Uangnya akan kembali berkurang jika Seperti itu. Jadi, Aletta lebih memilih untuk berjalan kaki saja.

Ia harus kuat agar bisa sampai ke sekolah. Semoga saja hari ini ia tidak telat.

🦋🦋🦋

"Pak, saya mohon tolong buka gerbangnya. Saya janji mulai besok tidak akan telat lagi."

"Pak, saya mohon. Kali ini aja, besok-besok kalau saya telat lagi, Bapak tidak perlu buka gerbangnya lagi untuk saya."

"Tapi kali ini saya sangat memohon bantuan Bapak. Izinkan saya untuk masuk kedalam." Entah sudah keberapa kalinya kata-kata yang sama itu keluar dari mulut Aletta. Gadis itu telat empat menit setelah pintu gerbang sekolahnya telah di tutup.

"Izinkan saya untuk masuk kedalam, Pak." Ulang Aletta dengan wajah yang memelas, berusaha melakukan berbagai cara agar satpam yang berjaga di depannya saat ini mengizinkannya untuk masuk. Jari-jari kecilnya memegang erat besi pada pagar.

"Kamu adalah Siswi yang saya catat mempunyai keterlambatan sebanyak enam belas kali. Kamu fikir sekolah ini apa? Milik orangtua kamu?" Ketus pak satpam dengan memberikan tatapan jengahnya pada Aletta.

"Saya tahu, Pak. Tapi saya mohon kali ini aja, saya sangat memohon." Aletta menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Pak satpam menghela nafas panjang "Awas saja kalau setelah ini kamu telat lagi. Catatan keterlambatan kamu di daftar buku saya, akan saya serahkan ke guru BK. Biar mampus kamu di hukum." Dengan raut wajah yang terlihat marah, pak satpam tetap membukakan pintu gerbang untuk Aletta.

Aletta tersenyum senang sambil menghela nafas lega. Ia berjanji mulai hari ini dan seterusnya ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Aletta melangkah masuk, kemudian berbalik kembali menghadap pak satpam.

"Makasih Pak-"

"Halah... Sudah-sudah... Saya tidak butuh kata terimakasih mu. Cepat pergi dari hadapan saya. Udah sana!" Pak satpam mendorong pelan kedua bahu Aletta agar gadis itu menjauh darinya.

Sadar akan kehadirannya yang hanya membuat kerisihan, Aletta dengan pelan melangkah menjauh. Sepertinya orang-orang di sekolah memang sudah membencinya, buktinya saja satpam itu sudah bosan berhadapan dengan dirinya yang selalu datang terlambat.

Aletta terus berjalan menyisiri koridor, ia tidak akan langsung ke kelasnya melainkan ke kelas Raja terlebih dahulu. Jika saja bukan karena tugas sekolah Raja, Aletta juga sangat malas untuk bertemu dengan cowok itu lagi.

Drrt... Drrt...

Aletta yang hendak berbelok di persimpangan koridor menuju tangga untuk naik ke kelas Raja, terhenti begitu saja saat ponselnya yang berada di saku seragamnya bergetar. Buru-buru gadis itu membuka Room chat dan membaca pesan yang baru saja masuk.

Raja Ganendra:

"Tugas sekolah gue jangan sampai hilang. Ingat itu baik-baik. Hari ini gue ada urusan, gue nggak masuk sekolah. Kali ini Lo juga bisa bebas dari gue, Aletta. Tapi jangan harap hal itu untuk besok.

Karena hari ini kita nggak ketemu, siap-siap aja besok Lo bakalan berurusan sama gue. Gue nggak akan lepasin Lo, Letta.

DASAR JALANG!

Tidak bertemu dengan Raja dan hanya membaca pesan dari cowok itu saja sudah membuat mental Aletta menjadi Down. Kata-kata Raja selalu kasar, entah saat mereka bertemu ataupun lewat pesan pun sama saja. Apakah cowok itu tidak bisa bersikap lembut sedikit saja? Dan sekali lagi, Aletta terlalu naif. Raja bersikap lembut? Sangat tidak mungkin.

ALASKALETTA (Tersedia di Gramedia)Where stories live. Discover now