PART 69

6.7K 507 102
                                    

"Are you having pain? One to ten, how would you rate your pain?"

Hari ke hari keadaannya membaik. Jantung asing itu berdetak dengan baik di tubuh Delam. Delam melipat jempolnya.

"Four? Okey, not too painful. Great, Prince. Tomorrow we'll do extubate. Are you ready?"

Masih tak banyak yang bisa Delam lakukan selain mengedipkan mata dan bergerak sedikit. Besok dokter akan melepas ventilatornya, itu hal yang baik. Tama dan Iren memandangnya bangga.

--

Delam sudah beberapa kali merasakan ekstubasi. Rasanya masih sama, sedikit nyeri di tenggorokkan dan rasa ingin muntah. Tapi kali ini, mungkin karena alat itu terpasang lama, jadi nyerinya sangat luar biasa, ditambah tenggorokannya sangat kering, membuatnya tambah sakit. Seorang perawat meneteskan air lewat pipet.

Setetes air mata sampai lolos dari ujung mata Delam. Pengen maki rasanya. Ventilator itu digantikan dengan masker oksigen. Terapi oksigen akan dilepas perlahan saat keadaannya berangsur membaik. Seorang dokter pria yang ada di sana tersenyum padanya sembari mengusap-ngusap lengan Delam. Dia berkata kalau Delam melewati semuanya dengan sangat baik, Delam hebat.

Delam tak memikirkan banyak hal, dia masih belum tahu apa-apa, yang dia rasa hanya, dadanya perih, dan semuanya kaku. Iren dan Tama menghampiri dengan senyuman lembut. Mengatakan kalau Delam mendapat keajaiban di detik terakhir. Mami dan papinya itu lalu menangis.

Delam menundukkan kepalanya pelan, terlihat kasa putih yang melintang panjang di dadanya yang tertutup pakaian khusus. Oke. Delam benar-benar menangis sekarang. Ingin bersujud di hadapan Tuhannya, dan keluarga yang mendonorkan organ berharga itu untuknya.

"You must realize that what you saw with your son was all a miracle."

Dokter mengatakan itu pada Iren dan Tama. Mereka mengetahui tentang perjalanan pasiennya itu dari awal sampai akhirnya bisa ada di sini. Semua karena keajaiban. Sepasang orang tua dan putranya, menangis bahagia bersama detik itu.

--

Sejak hari itu, semuanya berjalan ke arah yang baik. Perkembangan-perkembangan terjadi setiap harinya. Tidak ada komplikasi, tidak ada penolakan. Seperti ... ini hadiah atas ujian berat yang mereka alami kemarin. Terutama hadiah untuk Delam, atas kesakitannya yang berhasil dia lewati. Walaupun perjalanan masih panjang. Selama satu bulan Delam tidak bisa bergerak karena otot-ototnya mengalami atrofi parah, dikarenakan selama hampir tiga bulan kemarin dia hanya berbaring, tidak bergerak, dengan sirkulasi darah yang buruk.

Delam jadi kembali seperti bayi. Dibantu dengan ahlinya, dia harus kembali belajar duduk, berdiri, dan makan sendiri. Untuk makan, oatmeal menjadi makanan pertama yang terkecap lagi di lidahnya, setelah sekian lama. Sebenarnya Delam mau sushi, jika bisa meminta, tapi untuk oatmeal saja, dia sudah menangis haru. Perlu beberapa hari untuk tangannya bisa memegang dan mengangkat sendok. Termasuk bicara.

Saat Delam mulai bisa mengeluarkan suara, memanggil 'Mami'. Iren menangis. Ini terasa seperti kembali ke masa lalu, saat bayinya pertama kali bisa memanggilnya 'Mami'. Bahagia tak terkira.

--

Setelah satu bulan lebih, kini Delam bisa duduk tegak, berjalan walaupun masih tertatih, dan berbicara walaupun masih lemah. Mami dan Papi selalu menemani. Menyemangatinya saat dia mulai mengayunkan kaki untuk satu langkah yang terasa berat, langkah demi langkah perlahan, perawat yang membantunya terapi selalu menghargai dengan kata 'Good Job'. Ahli terapinya selalu membawa Delam jalan-jalan ke taman dengan langkah pelan, melatih otot-ototnya agar kembali seperti sedia kala. Dan sepulang terapi, Iren dan Tama akan menyambut dengan senyuman. Membuat rasa lelah Delam hilang, dan bertekad lebih kuat, dia harus bisa kembali hidup normal seperti yang lainnya, agar bisa membalas kasih sayang mereka.

Delam 1999 (Selesai) Where stories live. Discover now